Ayat Kunci
“Janganlah kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat” (Ibrani 13:2).
Pertanyaan Renungan:
- Bagaimana caranya agar kita dapat senantiasa percaya bahwa kuasa Allah tidak terbatas adanya di dalam memimpin dan membimbing jalan hidup kita?
Berbagi Makanan Rohani
Di suatu hari yang panas terik, Abraham duduk di pintu kemahnya. Kemudian ia melihat ada tiga orang di depannya. Segera Abraham berlari dan mengundang mereka untuk beristirahat, memulihkan diri dengan hidangan yang menyegarkan. Tanpa diketahuinya, Abraham telah menyambut Allah dan malaikat-Nya.
Peristiwa ini memberikan teladan bagi kita di dalam menyambut tamu:
1Abraham begitu proaktif dan ramah. Begitu ia melihat ketiga tamu, segera ia berlari dari pintu kemah menyongsong mereka, bahkan memohon mereka agar kiranya bersedia untuk menerima pelayanannya. Pada hari ini, hubungan antar sesama manusia begitu dingin. Umumnya, satu dengan yang lain saling tidak peduli, bahkan terhadap tetangga sekalipun. Teladan Abraham mengingatkan kita bahwa antar sesama manusia, perlu adanya kehangatan sehingga tercipta suatu keakraban.
2Abraham menyambut dengan rendah hati. Bukan hanya berlari, Abraham juga bersujud di hadapan mereka—menunjukkan suatu ketulusan yang amat sangat, sambil berkata, “Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini” (Kej 18:2-3). Meskipun Abraham adalah seorang yang memiliki banyak ternak serta hamba laki-laki, perempuan dan orang-orang yang terlatih dalam berperang; ia sendiri berlari dan sujud untuk menyambut tamu tersebut dengan segala kerendah-hatiannya. Sungguh, suatu perbuatan yang mengharukan.
3
Abraham menyediakan yang terbaik dalam menyambut tamu. Walaupun Abraham hanya menawarkan sepotong roti bagi para tamu agar mereka dapat segar kembali, Abraham kemudian mengambil tepung terbaik untuk dibuatkan roti bundar dan seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya untuk diolah menjadi hidangan serta dadih dan susu. Suatu perjamuan yang berlimpah. Demi ketiga orang tamu yang baru saja dikenalnya, Abraham rela untuk menggerakkan seluruh anggota rumahnya untuk bekerja dan menyediakan makanan terbaik. Kadangkala, di dalam membantu orang lain ataupun saudara-saudari seiman, mungkin saja kita “hitung-hitungan” sehingga kita berprinsip asalkan diri kita tidak dirugikan, maka bolehlah membantu. Namun, contoh perbuatan yang dilakukan Abraham dengan kerelaan hati menunjukkan suatu kebenaran tentang menjamu atau menolong orang lain dengan tulus.
4Abraham sendiri yang menyambut tamu-tamunya. Ia berdiri di dekat mereka dan melayani tamunya saat mereka makan (Kej 18:8). Perbuatan Abraham yang demikian adalah teladan yang baik. Tanpa disadari, para tamu yang dilayani adalah Allah dan kedua malaikat-Nya. Saat itu, Allah kembali menegaskan janji-Nya yang telah difirmankan sebelumnya bahwa pada waktu yang sama tahun yang akan datang, istrinya—Sarah—akan melahirkan seorang anak laki-laki. Sedang Sara mendengarkan perkataan tersebut dari belakang pintu kemah, ia tertawa dalam hati. Sebelumnya, Abraham pernah tertawa dalam hati saat Tuhan menyampaikan janji tersebut untuk yang pertama kalinya. Namun, dengan rendah hati Abraham menerima janji itu. Kali ini, Sara yang tertawa dalam hati sehingga Tuhan berfirman, “Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku sudah tua? Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?” (Kej 18:13-14) Pada penampakkan Tuhan kepada Abraham kali ini, Ia juga meneguhkan iman Sara. Dengan demikian, di akhir perikop ini, kita dapat memperoleh kebangunan rohani dengan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang mustahil bagi Tuhan!
Gambar diunduh tanggal 10-Oktober-2021 dari situs [https://thanksforalmightygodssalvation.wordpress.com/2018/08/28/god-promises-to-give-abraham-a-son/]