Ayat Kunci
“Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu” (Kejadian 13:17).
Pertanyaan Renungan:
- Bagaimana caranya agar kita dapat membuat pilihan yang bijak dalam setiap keputusan dalam perjalanan hidup?
Berbagi Makanan Rohani
Dari Mesir, Abraham kembali ke tanah Kanaan. Adapun kekayaannya sangat banyak, termasuk kawanan ternaknya. Lot, keponakan Abraham yang selama ini mengikutinya, juga memiliki domba dan lembu. Namun, karena banyaknya harta mereka, tanah yang mereka tinggali tidak cukup luas, sehingga terjadi perkelahian antara gembala Abraham dengan gembala Lot. Tanpa rasa syukur dan rasa puas, peningkatan jumlah kekayaan seringkali membawa banyak kekecewaan dan perselisihan.
1Menghadapi masalah demikian, Abraham sebagai seorang yang lebih tua membuat suatu keputusan yang bijaksana. Ia memanggil Lot untuk kemudian berdiskusi bersama-sama. Ia berkata kepada Lot, “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat…Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri” (Kej 13:8-9).
Abraham meminta Lot untuk memilih terlebih dahulu. Padahal secara umur, Abraham lebih tua. Namun, ia tidak menggunakan status tersebut untuk mengambil keuntungan terlebih dahulu dari orang lain. Ia justru memilih pilihan yang tersisa bagi dirinya dari apa yang telah dipilih oleh orang lain. Sikap mengalah dan bijaksana dari seorang yang lebih tua semacam ini layak ditiru untuk kita—sebab suatu saat, kita akan memiliki kesempatan untuk menjadi orang yang lebih dituakan.
Akhirnya, Lot memilih tanah yang lebih banyak airnya. Andai saja Lot dapat selalu berada di dekat Abraham dan tidak melangkah semakin jauh dekat Sodom, ia tidak perlu jatuh ke dalam situasi yang menyedihkan di masa yang akan datang. Sangat disayangkan bahwa keegoisan Lot membuatnya hanya mencintai kesia-siaan dunia dan bukan mencintai berkat rohani dari Tuhan. Pilihannya menjadi peringatan bagi kita. Seringkali kita lebih menyukai kesenangan-kesenangan duniawi, dibandingkan dengan mengejar kesempurnaan rohani—hingga akhirnya kita terjerat semakin dalam. Hendaknya kita memohon bimbingan dan perlindungan Tuhan dari waktu ke waktu agar kita tidak kehilangan arah tujuan hidup.
2Yang tersisa untuk Abraham hanyalah tanah dengan padang dan pepohonan. Tampaknya ia menderita kerugian yang besar. Namun, ia adalah orang yang sungguh-sungguh mengenal dan taat pada Tuhan. Ia justru menganggap Tuhan sebagai harta kekayaannya yang paling berharga. Setelah Lot berpisah, berkatalah Tuhan pada Abraham, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya” (Kej 13: 14-15). Sungguh suatu berkat yang besar. Di satu sisi, yang dimiliki Lot hanyalah keindahan sesaat. Di sisi lain, yang diperoleh Abraham adalah kekekalan yang berlangsung selamanya.
Sama halnya, pada hari ini, segala sesuatu yang kita peroleh di dalam Tuhan Yesus memiliki nilai yang kekal. Tuhan meminta Abraham untuk bangun dan berjalan melintasi negeri itu, dan Abraham melakukannya. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menekankan bahwa Tuhan Yesus telah menjanjikan kepada kita segala berkat rohani di sorga (Ef 1:3). Hendaknya kita menanggapi janji tersebut dengan serius dengan cara mengejar secara aktif janji tersebut dan merasakannya di dalam kehidupan kita sehari-hari; hingga kemuliaan Tuhan dapat dinyatakan melalui diri kita kepada orang-orang sekitar.
Gambar diunduh tanggal 01-Oktober-2021 dari situs [https://unrudodespertar.tv/lot-la-busqueda-de-lo-material/]