Ayat Kunci
“Firman Tuhan kepada Kain: ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya’ ” (Kejadian 4:6-7).
Pertanyaan Renungan:
- Akibat dari dosa sungguh mengerikan. Bagaimanakah cara kita mengatasinya?
- Bagaimana sesama saudara dapat hidup bersama secara rukun?
Berbagi Makanan Rohani
Setelah Adam dan Hawa diusir keluar dari taman Eden, karena mereka telah berbuat dosa, Allah mengaruniakan kepada mereka sepasang anak laki-laki, yaitu Kain dan Habel. Berpaling dari kesalahan, Adam dan Hawa berusaha untuk mengajarkan kedua anak laki-lakinya untuk menyembah dan menghormati Allah—salah satunya adalah dengan cara memberikan korban persembahan kepada-Nya. Namun, sikap perbuatan antara kedua anak itu ternyata berbeda.
Habel
Sekalipun Habel adalah seorang adik, korban persembahannya justru diperkenan Allah—sebab persembahannya:
1Mempersembahkan yang terbaik. Habel mempersembahkan korban anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya (Kej. 4:4).
2Sesuai dengan hati Allah. Persembahan dengan iman juga harus disertai dengan perbuatan yang baik. Jika iman tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak. 2:17).
Kain
Sekalipun Kain menghormati Allah, imannya tidak disertai dengan perbuatannya. Bahkan pada akhirnya Kain gagal dan meninggalkan Allah. Seumur hidupnya ia jalani dalam ketakutan, karena Kain:
1Ingin melayani Allah dengan caranya sendiri. Pada saat Allah tidak berkenan atas korban persembahannya, Kain menjadi marah—hatinya panas dan wajahnya menjadi muram. Pada hari ini, kita ingin menghormati Allah dan melayani-Nya. Namun, saat kita lebih mengutamakan hikmat dan cara pribadi di dalam pelayanan, dibandingkan mengandalkan hikmat-Nya dan kehendak-Nya—maka sesungguhnya kita hanya memuaskan hawa nafsu pribadi.
2Berkeras hati. Walaupun Allah memberitahukan dengan lembut kepada Kain alasan bahwa persembahannya tidak diperkenan dan mengingatkannya bahwa saat ia berbuat baik—iman dan perbuatan menyatu—maka Allah akan berkenan kepadanya. Bahkan Allah melanjutkan peringatan-Nya: Jika Kain tidak berbuat baik, maka dosa sudah mengintip di depan pintu (Kej. 4:7). Tetapi Kain bersikeras pada kehendaknya sendiri dan menolak untuk menaati peringatan Allah. Setelah melakukan dosa sekalipun, Kain tetap tidak mau mengaku dosa dan bertobat. Ia memiliki akhir yang menyedihkan.
3Iri hati. Kain sama sekali tidak berusaha untuk menyenangkan hati Allah, memahami hati Allah. Sebaliknya, setelah persembahannya tidak dikenan-Nya, Kain membenci saudaranya, Habel. Sama halnya, hubungan antar manusia pun seringkali berujung pada perselisihan dan konflik—yang diawali oleh iri hati. Kiranya kita selalu bersandar pada kekuatan Allah agar kita dijauhkan dari hati yang demikian.
Gambar diunduh tanggal 28-April-2021 dari situs [http://www.marysrosaries.com/collaboration/index.php?title=File:Sacrifice_of_Abel_and_Cain_03.jpg]