Ayat Kunci
“Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan” (Kejadian 5:22).
Pertanyaan Renungan:
- Apakah panjangnya umur seseorang berkaitan erat dengan makna kehidupannya? Bagaimana caranya kita mengukur sebuah makna kehidupan?
- Bagaimana caranya agar kita dapat bergaul dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari?
Berbagi Makanan Rohani
Dalam pasal yang ke-5, penulis kitab Kejadian menjelaskan tentang keturunan Set, anak Adam. Bila dibandingkan dengan keturunan Kain di pasal 4, kita dapat menemukan perbedaan yang nyata antara keduanya. Dari perbandingan ini, kita dapat merenungkan beberapa pengajaran:
1Keturunan Kain tidak dicatatkan berapa panjang jumlah umur mereka, sedangkan keturunan Set tercatatkan jumlah umur mereka. Keturunan Kain berjalan menjauhi Tuhan. Meskipun keturunan mereka berhasil dan berjaya, kehidupan mereka justru jauh daripada Tuhan. Di mata Tuhan, kesuksesan yang telah mereka raih tidak ada nilainya. Dengan demikian, sepanjang apa pun jumlah umur mereka, bukanlah sesuatu yang signifikan.
2Keturunan Kain dan Set sama-sama meneruskan anak perempuan dan anak laki-laki. Namun, Alkitab secara istimewa mencatatkan bahwa keturunan Set menjalani kehidupan mereka dengan memperanakan anak laki-laki dan anak perempuan. Teladan keturunan Set memberikan kita sebuah pelajaran berharga, yaitu: Dengan kita mendidik generasi penerus untuk hidup saleh serta hidup melayani Tuhan, barulah panjangnya umur tersebut dapat memiliki nilai yang sejati. Dalam hidup, manusia ingin meraih dan mencapai banyak hal. Tetapi pencapaian yang sejati adalah keberhasilan di dalam menghasilkan generasi penerus yang beriman dan saleh. Hari ini, hendaknya kita bekerja lebih giat di dalam membangun iman kerohanian generasi penerus.
3Setelah berumur sekian tahun, seluruh keturunan Set mengakhiri kehidupan mereka dengan frase “lalu ia mati.” Di satu sisi, frase tersebut mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa panjangnya umur manusia, suatu hari ia akan meninggalkan dunia materi ini; sehingga harapan kita hendaknya jangan hanya pada dunia semata, melainkan pada kekekalan yang dari Tuhan yang tidak binasa—inilah harapan terbesar kita. Di lain sisi, frase “lalu ia mati” mengingatkan kita bahwa seluruh keturunan Set hidup bersama-sama dengan Tuhan, dan mereka pun mati di dalam Tuhan.
Dari kedua keturunan Adam, Kain dan Set, Alkitab menitik-beratkan pada seorang keturunan Set yang bernama Henokh. Ketika ia berusia 65 tahun, ia memiliki seorang anak yang dinamai Metusalah. Henokh hidup bergaul dengan Tuhan dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
Dari sisi jasmani, di antara para leluhurnya, Henokh memiliki usia terpendek. Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa ia hidup bergaul dengan Tuhan dan akhirnya ia diangkat oleh Tuhan langsung memasuki hidup kekal. Dengan demikian, kehidupannya bermakna serta membuktikan kebenaran bahwa manusia dapat memperoleh pengharapan akan hidup kekal. Pada hari ini, oleh karena kita telah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maka kita sudah seharusnya lebih memahami makna akan kehidupan yang telah diberikan Tuhan pada kita. Hendaknya kita meneladani kehidupan Henokh; hendaknya kita memiliki kehidupan rohani yang berlimpah—berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah (Mi. 6:8). Selain itu, ceritakanlah pada angkatan penerus puji-pujian kepada Tuhan, kekuatan-Nya serta perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya (Mzm. 78:4). Dengan demikian, generasi penerus dapat memiliki hati yang bertekad untuk melayani Tuhan. Kelak, dengan penuh tanggung jawab, kita dapat menghadap Tuhan serta menerima dengan sukacita mahkota kekal dan mulia yang akan Tuhan berikan kepada kita.
Gambar diunduh tanggal 07-Juli-2021 dari situs [https://discover.hubpages.com/religion-philosophy/Truth-about-Cain-and-Able-Part-Two]