Wahyu 1:1-3
Ketiga ayat pertama kitab ini menguraikan nama, asal mula, tujuan, cara wahyu tersebut diberikan, waktu penulisan, dan perkataan- perkataan yang membawa berkat.
Arti Ketiga Ayat
Mereka yang membaca kitab ini harus mengetahui terlebih dahulu dengan jelas arti ketiga ayat yang dimaksudkan, memperhatikan sifat dan arti dari kitab ini. Dikarenakan, ketiga ayat tersebut merupakan kata pendahuluan seluruh kitab Wahyu sehingga para pembaca dapat mengenal dengan jelas pentingnya kitab ini.
Kemudian, saat pembaca meneliti ayat-ayat selanjutnya, hendaknya bersandar pada bimbingan Roh Kudus. Selain itu, pembaca hendaknya juga memiliki hati yang bersih dan bersikap saleh, sering berdoa, memuji karunia Tuhan, dan memohon petunjuk dari Roh Kudus. Inilah cara-cara yang berkenan di dalam menyelidiki kitab ini (Why 5:8–14).
Wahyu Yesus Kristus
Pada bagian awal kitab Wahyu, Yohanes menuliskan sebagai berikut, “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus- Nya, Ia telah menyatakannya kepada hambaNya Yohanes” (Why. 1:1).
Jika kita membaca ayat ini, maka kitab Wahyu dapat juga disebut sebagai “Kitab Wahyu Yesus Kristus,” sebab memang demikianlah tujuan dari kitab tersebut. Kitab Wahyu bukanlah sekedar wahyu yang dapat dipandang sama secara umum sama seperti kitab- kitab wahyu tokoh-tokoh tertentu yang beredar di dunia ini.
Kitab ini juga tidak dapat disebut sebagai Wahyu Yohanes, sebab isi dari kitab tersebut bukanlah wahyu dari Yohanes secara pribadi. Yohanes bukanlah sang pengarang kitab tersebut, melainkan ia hanyalah sebagai seorang pencatat kitab.
Dalam pandangan kekristenan secara umum, seringkali menggunakan istilah kitab “Wahyu Yohanes” dan sedikit sekali khalayak umum menggunakan istilah kitab “Wahyu Yesus Kristus.” Jika dalam sebutan istilah saja kita belum memiliki pengenalan yang jelas, bagaimana mungkin kita dapat memahami kitab tersebut secara utuh dan akurat?
1. Wahyu Yesus Kristus
Kitab ini adalah wahyu dari Yesus Kristus. Hal ini diberitahukan dengan jelas pada awal kalimat ayat pertama. Kitab-kitab nubuatan dalam Perjanjian Lama saja tidak memiliki penekanan yang begitu jelas seperti yang dinyatakan pada kalimat awal kitab Wahyu.
Penekanan tersebut juga berfungsi sebagai kesimpulan dari seluruh Alkitab. Selain itu, kitab ini merupakan satu-satunya kitab nubuatan dalam Perjanjian Baru. Inilah kebenaran yang ingin disampaikan oleh sang pencatat kitab Wahyu, agar para pembaca dapat memahami hal-hal penting yang disampaikan di dalamnya.
2. Yang Dikaruniakan Allah Kepada-Nya
Kita mengenal Tuhan Yesus sebagai Allah Yang Benar (Yoh. 1:1–14, 10:30, 14:6-11;
Peran Yesus Kristus
Penekanan peran Allah di dalam kitab Wahyu ini adalah sebagai Anak Manusia, Ia masih terus-menerus melakukan pekerjaan keselamatan oleh Roh Kudus dan Ia berkedudukan sebagai Anak Manusia. Oleh karena itu, dikatakan bahwa wahyu Yesus Kristus yang dikaruniakan Allah kepada-Nya (Why. 1:1).
Peran Yesus sebagai Anak Manusia pun ditekankan dalam surat Paulus kepada jemaat Filipi dengan kalimat sebagai berikut, “Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:6-8; Ibr. 5:8-9). Dengan demikian, dalam pekerjaan keselamatan, Yesus tetap menghormati Allah dan memuliakan Allah dengan menjadi teladan sebagai Anak Manusia sampai Ia menyelesaikan pekerjaan keselamatan di dunia.
Pekerjaan Yesus Kristus
Kitab Wahyu justru mencatatkan pekerjaan-Nya yang terakhir, sampai Kerajaan Kristus menjadi sempurna dan Yesus akan menjadi Raja sampai selama-lamanya (Why. 11:15). Mengenai pekerjaan terakhir Yesus, rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, menjelaskan, “Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya” (1Kor. 15:24-25).
3. Apa yang Harus Segera Terjadi
Penulis kitab Wahyu mencatatkan, “…supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi…” (Why. 1:1). Apakah yang dimaksudkan dengan frasa “apa yang harus segera terjadi”? Frasa ini menunjukkan hal yang harus segera terjadi dalam waktu dekat, seperti yang tercantum pada pasal 4 dan seterusnya. Petunjuk tersebut diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya, bukan untuk semua orang secara umum.
Sama halnya dengan contoh peristiwa Tuhan Yesus bersama murid- murid di dalam Injil Matius. Pada saat itu, murid-murid datang dan bertanya kepada Yesus, “ ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak’” (Mat. 13:10-11).
Menjadi Hamba Tuhan
Pada akhir jaman, hanya hamba Allah yang setia yang dapat bekerja untuk Tuhan di dalam kesetiaan mereka. Oleh karena itu, hendaklah setiap jemaat menjadi hamba dari Allah sehingga beroleh petunjuk dari-Nya tentang apa yang harus segera terjadi. Barulah jemaat tersebut dapat setia sampai akhir di dalam melakukan kehendak-Nya, memberikan Injil dan bersaksi demi kebenaran, serta memperingatkan orang banyak bahwa penghakiman Tuhan telah tiba—sehingga mereka dapat bertobat, kembali kepada Tuhan. Inilah tanggung jawab yang berat bagi hamba-hamba-Nya pada akhir jaman (Why. 10:10-11, 11:3, 14:6-7).
Tuhan Yesus pernah memberitahukan kepada murid-murid-Nya tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, melalui perumpamaan seorang tuan dengan hamba-hamba-Nya. Menjelang kedatangan- Nya, tanggung jawab sebagai hamba diberitahukan dengan jelas dalam perumpamaan tersebut dan hal ini pun juga mengingatkan kita akan tanggung jawab kita sebagai hamba-hamba-Nya.
Tuhan Yesus akan datang kembali untuk menghakimi dengan adil. Ia memberi upah kepada hamba yang baik dan memberi hukuman kepada hamba yang jahat. Demikian halnya, Ia akan melakukan perhitungan kepada hamba yang telah diberi tugas yang dipercayakan kepadanya.
Tetapi di tengah-tengah angkatan yang jahat dan bengkok hatinya oleh karena Iblis, kedurhakaan semakin bertambah-tambah. Semakin hari, keadaan dunia semakin serupa seperti pada jaman Nuh dan Lot—yaitu telah rusak dan penuh dengan kekerasan (Kej. 6:11-13, 19:13; Luk. 17:26-30; Mat. 24:37-39). Jika Anak Manusia datang kembali kelak, akankah Ia mendapati iman di bumi?
Tanggung Jawab Hamba
Dalam keadaan akhir jaman yang demikian—di tengah-tengah angkatan yang jahat—Tuhan Yesus menegaskan kembali tanggung jawab hamba-hamba-Nya melalui hal-hal yang dituliskan di dalam kitab Wahyu. Dengan demikian, para hamba-Nya dapat mengerti kehendak-Nya, memberitakan peringatan-Nya dengan sekuat tenaga, menyatakan kasih-Nya; supaya jangan ada yang binasa melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2Ptr. 3:9).
Oleh karena itu, setiap hamba Tuhan hendaknya membaca kitab ini. Jikalau kita mengabaikannya, maka kita tidak akan dapat mengetahui kehendak Allah sehingga pekerjaan yang kita lakukan tidak berkenan di hadapan-Nya.
Hamba yang Bijaksana
Ada hamba yang baik, ada pula hamba yang jahat. Hamba yang baik mempersembahkan dirinya bekerja untuk Allah. Di luar, ia melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya dengan sekuat tenaga. Di dalam, ia pandai mengurus rumah Allah. Hamba yang bijak memberikan makanan pada waktunya, sembari ia sendiri pun berjaga-jaga, siap sedia, pinggangnya tetap terikat dan pelitanya tetap menyala. Dengan setia ia menantikan tuannya pulang, sehingga ia memperoleh upah. Tetapi hamba yang meninggikan dirinya, ia berusaha memperoleh berkat-berkat duniawi, menyangka ibadah sebagai sumber keuntungan. Ia tidak memperdulikan tanggung jawabnya sebagai hamba. Hamba yang demikian akan dihukum lebih berat (Ref. Luk. 19:12-27; Mat. 25:14- 30; Luk. 12:35-47; Mat. 24:24-51;
Inilah tugas-tugas yang dinyatakan Yesus kepada hamba-hamba- Nya. Di akhir zaman ini, seorang hamba berkepentingan untuk bersaksi, sehingga melalui dirinya wahyu Allah dinyatakan kepada jemaat dan umat dunia (Why. 11:3).
Syarat Menjadi Hamba
Seperti apakah syarat-syarat seorang hamba? Menurut apa yang tertulis dalam kitab ini, ada beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan:
- Menerima meterai Allah yang hidup. Penulis kitab Wahyu menggambarkan bagaimana seorang malaikat Allah membawa meterai Allah untuk memeteraikan dahi hamba hamba Allah (Why. 7:2, 3),
- Bersaksi untuk Yesus, seperti halnya malaikat yang menolak untuk disembah oleh Yohanes karena ia juga adalah hamba sama seperti Yohanes dan saudara seiman lainnya yang memiliki kesaksian Yesus (Why. 19:10),
- Mengikuti segala perkataan kitab ini, seperti halnya malaikat dan Yohanes serta saudara-saudari seiman dan para nabi dan semua yang menuruti firman Tuhan (Why. 22:9),
- Bersaksi bagi firman Allah tanpa rasa takut mati. Penulis kitab Wahyu menjelaskan bagaimana banyak jiwa yang telah dibunuh—yaitu mereka yang dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki (Why. 6:9-11),
- Berada dalam kesusahan dan ketekunan menantikan Yesus. Pada awal kitab Wahyu, Yohanes memperkenalkan dirinya, “Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus” (Why. 1:9).
4. Malaikat yang Diutus-Nya
“…Dan oleh malaikat yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes” (Why. 1:1). Sedangkan, terjemahan Alkitab mandarin versi Lü Chen Chung (Luzhenzhong—Today’s Chinese Version—TCV) berbunyi, “Dan Ia menyampaikannya melalui malaikat-Nya— dengan tanda—memberitahukan kepada hamba-Nya Yohanes.”
Agar sesuai dengan arti bahasa asalnya, ayat ini sebaiknya menggunakan terjemahan versi TCV. Melalui malaikat-Nya, Allah menyatakan wahyu-Nya dengan jelas melalui penglihatan yang dicatat dalam kitab ini.
Pengenalan Mendalam
Yohanes mempunyai pengenalan mendalam tentang Tuhan Yesus. Di dalam Injil Yohanes, keilahian Tuhan Yesus, yaitu Firman yang menjadi manusia, dijelaskan dengan lebih rinci dibandingkan dengan kitab-kitab Injil lain. Karena itu, murid yang dikasihi Tuhan ini menjadi rasul yang memperoleh penglihatan wahyu Allah untuk dicatatnya, dan tersimpan sampai akhir zaman, untuk dinyatakan kepada hamba-hamba-Nya.
Pengenalan Mendalam
Dengan lambang-lambang yang dinyatakan kepada Yohanes penglihatan ini menyampaikan rahasia Allah, dan apabila waktunya sudah dekat, makna lambang-lambang dalam penglihatan ini berangsur-angsur akan dinyatakan. Sebelum waktunya tiba, gulungan kitab ini tertutup, dan tidak ada seorang pun yang dapat membuka atau melihatnya.
Namun, apabila kitab ini telah dibuka, janganlah dimeteraikan lagi, sebab waktunya sudah dekat. Sebagai hamba, kita harus menyatakan firman ini dengan sekuat tenaga, memberitakan kehendak Allah (Ref. Why. 5:1-3, 1:3; Dan. 8:26; Why. 22:10, 10:10, 11).
5. Yohanes Telah Bersaksi
Penulis kitab Wahyu mencatatkan, “Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya” (Why. 1:2).
Ayat ini adalah kelanjutan ayat sebelumnya. Yohanes menulis kitab ini untuk menyampaikan kesaksian firman Allah yang dinyatakan melalui malaikat, tentang kesaksian yang diberikan Yesus Kristus kepada hamba-hamba-Nya, yaitu apa yang disaksikan oleh Yohanes melalui penglihatan-penglihatan. Dan segala sesuatu yang disaksikan oleh Yohanes merujuk pada seluruh penglihatan dalam kitab Wahyu, seperti yang dicatatkan dalam pasal 1 ayat 11 dan 19.
Perkataan Allah
Kitab ini adalah firman Allah. Bahasa asal ‘firman’ adalah logos (Yoh. 1:1), yang diterjemahkan sebagai “perkataan Allah”. Dalam kitab-kitab Injil dan surat-surat lainnya yang ditulis oleh Yohanes, ada disebutkan tentang firman Allah, yang artinya sama. Yohanes membuat banyak kesaksian tentang firman Allah. Jelaslah, bahwa Yohanes sungguh mengetahui rahasia firman Allah. (Ref. Yoh. 1:1- 18;
Kesaksian Allah
Oleh karena kitab ini adalah firman Allah, maka kita tidak boleh mengabaikannya. Dalam kitab Wahyu, Tuhan Yesus telah memberikan kesaksian tentang diri-Nya. Dalam kitab Wahyu, Yohanes pun juga memberikan kesaksian tentang apa yang telah dilihatnya dan telah didengarnya.
Dengan demikian, di dalam kitab Wahyu terdapat kesaksian yang diberikan dari dua pihak—Tuhan Yesus dan Yohanes. Melalui kesaksian ganda ini, ayat-ayat yang tercatatkan dalam kitab Wahyu memiliki dukungan kesaksian yang kuat untuk dipercaya.
Sebagai hamba Tuhan, setelah kita memahami kesaksian yang terkandung dalam kitab Wahyu, marilah kita beritakan kehendak Allah ini dengan segenap kekuatan, agar kita tidak mengecewakan Allah yang telah memberikan petunjuk.
6. Berbahagialah yang Membacakan, Mendengarkan dan Menuruti
Penulis kitab Wahyu mencatatkan suatu penghiburan penting, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya,sebab waktunya sudah dekat” (Why. 1:3).
Ayat ini merujuk pada mereka yang membacakan kitab ini kepada orang-orang, atau mereka yang mendengarkan dan menuruti apa yang ada tertulis dalam kitab ini; kesemuanya akan diberkati Tuhan. Alkitab terdiri dari 66 kitab, tetapi hanya kitab Wahyu— yang pada bagian awalnya telah menyatakan perkataan yang membawa berkat. Jelaslah betapa pentingnya kitab ini, sehingga kita perlu lebih memperhatikannya.
Nilai Kitab Wahyu
Pada waktu dulu, banyak penginjil dan jemaat meremehkan nilai kitab Wahyu. Mereka menganggap bahwa kitab tersebut tidak ada gunanya, sangat sukar dimengerti seperti halnya menjala angin dan menangkap bayang-bayang. Padahal, kitab ini adalah kitab terpenting dalam Alkitab. Karena waktunya belum tiba, maka ada selubung yang menutupi. Kelak, niscaya saat selubung dibukakan, banyak orang akan berbondong-bondong menyelidiki kitab ini.
Tujuh Berkat
Di dalam kitab ini, perkataan berkat ini selalu diulang dengan tujuan untuk membangkitkan perhatian para pembaca. Perkataan berkat ini dicatatkan sebanyak tujuh kali di dalam kitab ini, menunjukkan bahwa mereka yang menuruti nubuat dalam kitab ini akan memperoleh berkat yang sempurna.
Selain ayat di atas, masih ada enam kali sebagai berikut ini:
- Berbahagialah orang-orang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini (Why. 14:13),
- Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya (Why. 16:15),
- Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:9),
- Berbahagialah dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu (Why. 20:6).
- Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini (Why. 22:7),
- Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya (Why 22:14).
Ayat-ayat di atas, semuanya mengandung pengajaran yang penting dan ketujuh ucapan bahagia tersebut merujuk pada kebenaran untuk mencapai kesempurnaan di dalam menuju pada keselamatan. Ketujuh ucapan bahagia juga mengingatkan kita agar selalu waspada dan berjaga-jaga dalam setiap waktu.
Yang Membacakan
Frase “yang membacakan…kata-kata nubuat ini” merujuk pada orang yang membacakan kitab ini kepada orang banyak. Kata “yang membacakan” atau ὁ ἀναγινώσκων (o anaginoskon) merujuk pada pembacaan suatu hal secara publik,1 dibacakan kepada banyak orang agar diketahui secara umum oleh orang banyak. Alkitab mengatakan, “Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi” (Rm. 10:18).
Namun, pada pasal terakhir kitab ini, hanya dikatakan, “Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini” (Why 22:7). Jelaslah, kata kerja “membaca” dan “mendengar” yang dicatatkan pada awal kitab ini adalah dasar permulaan agar kita dapat “menuruti” kata-kata nubuat. Setelah kita membaca dan mendengar, maka kita dapat menuruti; barulah kita akan mendapatkan berkat. Alkitab mengatakan: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28; Yak 1:22–25).
Kata-Kata Nubuat
“Nubuat” yang dimaksudkan dalam kitab ini—dari awal sampai akhir—adalah nubuat tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua (Why 1:7, 22:7, 20). Saat menjelang kedatangan-Nya, nubuat kitab ini baru diberitahukan, agar jemaat (gereja) rohani pada akhir zaman dapat melakukan persiapan.
Jelaslah bahwa kitab ini bukan hanya ditulis untuk ketujuh jemaat pada saat itu, juga bukan sekedar nubuat tentang sejarah gereja; melainkan nubuat yang telah dicatatkan pada zaman perjanjian lama dan perihal akhir zaman yang telah dicatatkan dalam perjanjian baru. Semuanya dirangkumkan dalam nubuat kitab ini dan lambat-laun akan digenapi (Why. 22:6).
Nubuat kitab ini sebagian telah dinubuatkan dalam kitab nabi-nabi Perjanjian Lama, tetapi kitab ini disusun secara sistematis, supaya dapat diselidiki secara menyeluruh oleh hamba-hamba Allah pada akhir zaman.
Dengan demikian, barangsiapa yang menganggap bahwa kumpulan nubuat yang telah disusun oleh Yohanes dalam kitab Wahyu hanyalah sekedar penghiburan bagi ketujuh jemaat yang sedang dianiaya dan sekedar merupakan kumpulan catatan sejarah gereja masa lampau; maka pandangan tersebut adalah pandangan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan atas kata- kata nubuat yang telah disampaikan oleh-Nya kepada hamba-Nya, Yohanes.
Catatan Kaki:
1 Bultmann, Rudolf. “Ἀναγινώσκω, Ἀνάγνωσις.” Ed. Gerhard Kittel, Geoffrey W. Bromiley, and Gerhard Friedrich. Theological dictionary of the New Testament 1964–2021: hal. 343–344. Edisi Elektronik.
7. Waktunya Sudah Dekat
Waktunya sudah dekat, menunjukkan waktunya akan tiba dengan cepat, untuk mengingatkan akan dekatnya waktu itu. Pada saat waktunya sudah dekat, Allah akan memberitahukan rahasia yang dilambangkan oleh penglihatan. Jika waktunya belum tiba, manusia tidak dapat mengetahuinya sekalipun hikmat manusia digunakan semaksimal mungkin (Ams. 3:7;
Masa Kedatangan-Nya
Penggenapan nubuat Tuhan ada masanya. Sama halnya, kedatangan Tuhan yang kedua juga ada masanya. Tetapi masa yang ditetapkan Allah, tidak seorangpun yang tahu (Mat. 24:36, 25:13; Kis. 1:7). Walaupun waktunya tak dapat diketahui dengan pasti, umat kudus yang sejati—jika ia senantiasa berjaga-jaga— maka oleh hikmat rohani, ia akan dapat mengetahui bahwa waktunya sudah dekat.
“…sebab waktunya sudah dekat…” dapat diselidiki dari tanda- tanda tentang kedatangan-Nya kembali, yaitu dari perubahan keadaan dunia, jemaat yang menjadi tawar hati, nubuat para nabi, pengajaran para rasul, dan semua hal yang tercatat dalam kitab ini. Seperti yang diutarakan Tuhan Yesus dalam Injil Matius, bahwa saat kita dapat melihat semua tanda-tanda yang diberikan, maka kita dapat mengetahui bahwa waktunya sudah dekat (Mat. 24:32– 39).
Datang Seperti Pencuri
Firman Tuhan juga memberikan kita beberapa petunjuk lainnya tentang kedatangan Tuhan kembali. Dengan demikian, meskipun tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan tepatnya waktu kedatangan Tuhan yang kedua kali; dari petunjuk-petunjuk yang sudah diberikan dan melalui bimbingan Roh Kudus, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas bahwa waktunya sudah dekat.
Firman Tuhan mengatakan, ”Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu” (Why. 3:3). Dari peringatan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ketika seseorang bertobat, menuruti firman Tuhan yang telah diterimanya dan selalu berjaga-jaga; maka ia dapat mengetahui dengan segera kapan pencuri akan datangnya (Mat. 24:42–44).
Seperti Pada Malam Hari
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika mengatakan, “Tetapi tentang zaman dan masa, tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam…Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar” (1 Tes. 5:1-6).
Selain kitab Wahyu, surat
Dipimpin Dalam Roh
Tuhan Yesus pernah berkata, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu…” (Kis. 1:7-8).
Selain itu, di dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus juga pernah menyampaikan, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran…dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:13).
Dari dua perkataan Tuhan Yesus di atas, jelaslah bahwa kita perlu bersandar pada kekuatan Roh Kudus dan dipenuhi oleh Roh Kudus, agar kita dapat mengerti hal-hal yang akan datang, terutama tentang hal-hal yang berkaitan tentang kedatangan-Nya yang sudah dekat.