Memperbaharui Pelayanan Kita Kepada Tuhan
Timothy Yeung—Vancouver, Kanada
PENDAHULUAN
Meskipun melayani Tuhan adalah kewajiban setiap orang Kristen yang dilahirkan kembali, kadang-kadang kita mungkin menemukan bahwa pelayanan kita kurang kuat dan kurang terarah. Beberapa saudara dan saudari yang melayani, bergumul dengan dasar-dasar iman mereka, dan akhirnya meninggalkan gereja. Yang lain kurang memiliki kekuatan untuk melakukan pelayanan mereka karena masalah pribadi dan faktor eksternal. Bagaimana kita memperoleh ilham dan kekuatan dari Tuhan untuk terus melayani dengan giat? Jawabannya adalah memperbaharui sikap kita terhadap pelayanan melalui pembinaan rohani. Bagaimana pembinaan iman kita membantu memperbaharui pelayanan kita kepada Tuhan?
1. MELAYANI TUHAN DENGAN POLA PIKIR YANG DIPERBARUI
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12:1-2)
Paulus memberitahu kita bahwa ketika kita melayani Tuhan, kita harus melayani dengan pikiran yang diperbarui. Ini berarti membuang pola pikir lama kita—pola pikir dunia. Dunia lebih berfokus pada hasil, pencapaian, dan metrik lainnya untuk menilai kinerja, daripada melihat keyakinan dan nilai inti. Apa yang Tuhan inginkan dari kita dan bagaimana Dia menilai pelayanan kita berbeda dengan bagaimana dunia mengukur kesuksesan. Jadi, bagaimana pola pikir yang seharusnya kita tanamkan?
Kita harus mulai dengan mengajukan pertanyaan: Apakah pekerjaan Tuhan itu? Apakah itu mengacu pada melakukan tugas-tugas di gereja? Tindakan amal? Atau mempersembahkan korban? Ketika diminta untuk mendefinisikan “pekerjaan Tuhan,” Yesus memberikan jawaban yang lugas:
“Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”” (Yoh 6:28-29)
MEMBANGUN KEMBALI IMAN KITA PADA AJARAN YANG SEHAT
Ketika kita melayani Tuhan, janganlah kita melupakan dasar-dasar iman kita—kebenaran yang menuntun pada keselamatan. Dasar-dasar melayani Tuhan tidak terletak pada melakukan pekerjaan gereja tetapi pada iman kepada-Nya. Ini berarti percaya kepada firman Tuhan dan memiliki keyakinan yang mendalam pada ajaran yang sehat:
“Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.” (2 Tim 1:13-14)
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” (2 Tim 3:14-15)
Jika kita ingin melayani Tuhan dalam pelayanan tertentu atau menjadi sukarelawan untuk tugas-tugas gereja, marilah kita merenungkan sikap dan hubungan kita dengan firman Tuhan. Apakah kita ingin melayani orang lain atau menjadi sorotan, tetapi tidak tertarik untuk mempelajari doktrin dasar, dan menganggap bahwa ini hanya untuk para simpatisan atau orang yang baru percaya? Apakah kita menikmati cara memperdalam pengetahuan Alkitab dengan cara yang tampaknya baru dan tidak jelas tetapi kurang bersemangat untuk membangun fondasi yang kuat di atas dasar kepercayaan? Sebaliknya, kita harus memiliki sikap rendah hati terhadap firman Tuhan dan iman yang tak tergoyahkan pada dasar kepercayaan. Hanya melalui kerendahan hati, kita dapat memiliki wawasan tentang firman Tuhan dan memperkuat fondasi kita sehingga kita tidak akan terpengaruh oleh pengetahuan dan penalaran duniawi, atau mencoba menggunakan logika untuk mengubah pemahaman tentang dasar kepercayaan. Itulah sebabnya Paulus mendorong Timotius untuk tidak menyimpang dari pola firman yang sehat. Inilah cara yang benar dan yang paling penting untuk melayani Tuhan.
Marilah kita merenungkan sikap dan hubungan kita dengan firman Tuhan.
Saudara-saudara, apakah kita membangun diri kita di atas iman yang paling suci (Yud 1:20)? Marilah kita memperbarui pelayanan kita dengan pemahaman yang lebih mendalam dan keyakinan akan pola ajaran yang sehat, yang membuat kita lebih bijak dalam menerima keselamatan, dan yang diberikan kepada satu-satunya Gereja Sejati.
2. MELAYANI TUHAN DENGAN KEKUATAN YANG DIPERBARUI
Ketika kita melayani Tuhan dalam berbagai pelayanan gereja, baik itu melalui pelayanan pemuda, khotbah, menterjemah, mengajar pendidikan agama, atau berpartisipasi dalam kelompok besuk, awalnya kita merasa gembira dan mendapat banyak pembelajaran. Tetapi setelah itu kita mulai merasa lelah. Mungkin kita kurang kekuatan untuk melanjutkannya lagi.
Ketika ini terjadi, kita tidak termotivasi lagi dan mudah merasa tidak puas. Kita membandingkan diri kita dengan pekerja lain dan bertanya-tanya mengapa kita yang melakukan semua pekerjaan berat, atau mengapa orang lain tidak berpartisipasi. Kita mulai fokus pada kelemahan orang lain dan apa yang tidak mereka lakukan, yang membuat kita bahkan semakin merasa kecil hati. Bahkan mungkin ini dapat membuat kita berpikir untuk berhenti atau mengurangi komitmen kita, dan mulai fokus pada kehidupan kita sendiri. Bagaimana kita mencegah diri kita dari kelelahan? Apa yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali semangat kita dalam pelayanan?
Kita pikir hal-hal tertentu baik untuk gereja, keluarga kita, dan diri kita sendiri; kita secara impulsif berdebat atau berjuang untuk apa yang kita yakini adalah yang terbaik.
Memperbarui Kasih Kita Kepada Yesus Dengan Iman Pada Keselamatan-Nya
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Rom 12:1, penekanan ditambahkan)
Paulus adalah manusia yang terkadang merasa kecil hati. Dia menghadapi penganiayaan, kelaparan, terkurung dalam penjara, bahaya, saudara palsu, kesepian, dan tantangan lainnya (2 Kor 11:23-27). Tetapi bagaimana Paulus mempertahankan semangatnya dan bertahan dalam melayani Tuhan? Itu semua kembali ke dasar imannya. Melalui iman, Paulus percaya bahwa Yesus mengasihi dan mati untuknya, dan fakta-fakta inilah yang terpenting.
Berfokus pada belas kasihan Tuhan adalah kunci untuk menghidupkan kembali motivasi kita untuk melayani Dia. Inilah satu-satunya cara untuk mendorong diri kita maju dan kembali pada tugas ketika kita merasa lelah dan putus asa.
“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.” (1 Tim 1:15-16)
Paulus menganggap pengorbanan dan keselamatan Yesus baginya sangat pribadi. Imannya yang teguh dalam keselamatan senantiasa mengingatkannya akan kasih Yesus, dan mengilhaminya untuk hidup bagi Yesus setiap hari. Bahkan meskipun Yesus datang untuk menyelamatkan seluruh dunia, Paulus tahu bahwa dia adalah orang yang paling berdosa dari semua orang berdosa dan bahwa Yesus telah mati untuknya.
Ketika kita fokus pada salib, semua hal lain, termasuk kesulitan, penganiayaan, dan kelemahan orang lain, menjadi pudar. Tidak heran Paulus menulis:
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Rom 8:35-37)
Jika kita pernah merasa lelah melayani Tuhan, kita harus memeriksa iman kita (2 Kor 13:5). Iman menghasilkan pengharapan, dan pengharapan menghasilkan kasih, dan kasih dalam Yesus Kristus dapat membantu kita menanggung semua kesulitan dalam kehidupan dan pelayanan kita. Kasih yang mendorong Paulus untuk melayani melalui kesulitan juga akan membantu kita melayani Yesus sampai akhir. Oleh karena itu, kita harus berdoa dan memohon Tuhan untuk menambahkan iman kita.
3. MELAYANI TUHAN DENGAN ARAH YANG DIPERBARUI
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12:2)
Alasan lain terkait sikap lemah untuk melayani mungkin karena kita kurang memiliki arah. Bayangkan mengemudikan kapal tanpa navigasi atau mengemudi mobil tanpa tujuan, itu membuang-buang waktu dan energi. Kita akan menjadi frustrasi, dan setiap menit yang berlalu akan terasa seperti selamanya. Kita memerlukan arah agar termotivasi. Kadang-kadang, itu bukan karena kita kurang fokus tetapi karena kita sedang menuju ke arah yang salah. Alih-alih diarahkan oleh kehendak Tuhan, kita bersikeras pada kehendak kita sendiri, dan perjuangan yang dihasilkan antara keduanya menghabiskan waktu dan energi kita. Lihatlah pelayanan Petrus sebelum dia menerima Roh Kudus:
“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”” (Mat 16:21-23)
Petrus percaya pada hal yang benar, bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia meninggalkan semua untuk mengikuti Yesus karena dia ingin melayani Yesus. Karena itu, dia sangat mengasihi Yesus, sampai-sampai ia ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Petrus mengasihi Yesus menurut logikanya. Namun, Yesus dengan tegas menegurnya dan mengusir Setan, karena pada saat itu, Petrus tanpa disadari telah bekerja bagi Setan untuk menentang rencana keselamatan Yesus. Arah Petrus berlawanan dengan arah Yesus, yang menimbulkan masalah bagi Petrus dan pelayanannya.
Hal ini dapat terjadi pada siapa pun di antara kita hari ini. Kita melakukan apa yang benar di mata kita sendiri. Kita pikir hal-hal tertentu baik untuk gereja, keluarga kita, dan diri kita sendiri; kita secara impulsif berdebat atau berjuang untuk apa yang kita yakini adalah yang terbaik. Namun, pelayanan sejati bukanlah tentang mengikuti penilaian kita; untuk itu kita perlu mengesampingkan diri, merendahkan diri, dan mencari kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan dapat sangat berbeda dari rencana dan pilihan kita. Kadang-kadang kehendak-Nya bertentangan dengan logika pada umumnya—hikmat-Nya tersembunyi di dalam waktu dan pengaturan-Nya. Tanpa kerendahan hati, kita tidak akan pernah benar-benar memahami kehendak dan waktu Tuhan. Itulah sebabnya Paulus berkata tentang keselamatan Yesus:
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rom 11:33-36)
Penting untuk berserah pada kehendak Tuhan ketika melayani Dia. Kadang-kadang kita harus belajar bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Atau bahwa Tuhan melakukan segala sesuatu dengan cara-Nya, sambil melatih kita untuk taat kepada-Nya. Ketika Yesus berdoa di Taman Getsemani, kehendak-Nya sendiri bergumul dengan kehendak Bapa, itulah sebabnya Dia sangat menderita:
“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”” (Mat 26:36-39)
Yesus, yang memiliki tubuh seperti manusia yang lain, secara alami akan merasa takut akan siksaan penyaliban yang akan datang. Dia tidak ingin minum cawan pahit, sehingga Dia meminta Bapa surgawi untuk mengambilnya. Namun, ada pelajaran penting dalam pergumulan ini: ketika Yesus memilih untuk menerima kehendak Bapa surgawi, Dia memilih arah baru, dan kekuatan-Nya diperbarui. Dia berkata:
“”Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Luk 22:42-44)
Kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tetapi kekuatan dari Tuhan, yang berasal dari ketaatan kepada-Nya. Ketika kita memilih untuk menyerahkan hidup kita, kita memperoleh hidup. Pelayanan kita akan diperkuat ketika kita melayani Tuhan dengan arah ketaatan total yang baru ini.
KESIMPULAN
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yes 40:29-31)
Iman, pembinaan rohani, dan pelayanan tidak dapat dipisahkan. Jika pelayanan kita kepada Tuhan tidak dibangun dan didasarkan pada keyakinan akan ajaran yang sehat, maka pelayanan kita akan sia-sia di mata Tuhan. Selain itu, ada begitu banyak yang harus dibina saat melayani Tuhan. Cara untuk menjadi korban yang hidup dan berkenan bagi-Nya adalah dengan melayani dengan pola pikir yang diperbarui oleh iman pada ajaran yang sehat, kekuatan yang diperbarui oleh iman akan keselamatan-Nya, dan arah yang diperbarui dengan ketaatan pada kehendak-Nya. Ini adalah bagian yang Tuhan ingin kita kerjakan sehingga kita senantiasa termotivasi dan dipakai untuk memuliakan nama-Nya.