3. Berakar dan Bertumbuh
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Fu Ming Tse—Taichung, Taiwan
Berakar dan Bertumbuh
Kita telah melihat terjadinya pergeseran dalam masyarakat, perubahan gaya hidup, dan benturan ideologi dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Tekanan-tekanan ini begitu menantang nilai-nilai Kekristenan, menyebabkan berbagai permasalahan dalam jemaat, seperti adanya penyimpangan perilaku dan juga semakin menjauhnya orang-orang percaya dari Tuhan. Karena itu, kita harus memiliki akar yang kuat dalam iman dan terus mengejar pertumbuhan rohani, yang akan membantu kita membedakan antara yang benar dan yang salah, mempertimbangkan dengan bijaksana untung rugi antara yang didapat dan yang harus dikorbankan, serta dapat menentukan tujuan hidup yang benar. Menempatkan diri kita dengan tepat di masa-masa yang sangat cepat berlalu, selalu berubah, dan semrawut ini, memungkinkan kita untuk bisa beradaptasi dan berdiri teguh dalam kebenaran.
MEMILIKI IMAN YANG BERAKAR
Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur. Di antara benih yang ditaburkan:
”Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.Tetapi, sesudah matahari terbit, layulah ia, dan menjadi kering karena tidak berakar.” (Mat. 13:5-6)
Tuhan Yesus menjelaskan benih ini melambangkan orang yang mendengarkan firman lalu menerimanya dengan gembira. Namun, karena tidak berakar, mereka hanya bertahan sebentar saja. Mereka segera menjadi murtad ketika datang penindasan atau penganiayaan oleh karena firman itu (Mat. 13:20-21). Sebagai murid-murid Tuhan, kita harus berakar kuat di dalam iman sebelum kita dapat menjadi kokoh, bertumbuh, dan menghasilkan buah.
Menerima firman Tuhan, memahami rahasia kebenaran, serta merasakan keselamatan yang berharga dari Tuhan, akan menghasilkan iman yang tak tergoyahkan. Iman seperti inilah yang akan mencapai tujuan iman kita, yaitu keselamatan jiwa (1Ptr. 1:9). Jika benih ini tidak berakar, kemudian menjadi layu, maka upaya yang kita keluarkan dalam menabur pun menjadi sia-sia. Allah pernah memperingatkan bahwa “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah.” (Hos. 4:6). Untuk memiliki iman yang berakar dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen dan juga dalam pelayanan kita kepada Tuhan, kita harus menetapkan tujuan-tujuan berikut ini:
1. Berakar di dalam Kristus
Dalam sejarah gereja, ada seorang rasul bernama Paulus. Mulanya, dia tidak mengenal Yesus dan menganiaya orang-orang yang percaya kepada-Nya (Kis. 9:1-5). Setelah dipanggil menjadi percaya, Paulus menyatakan betapa berharganya pengenalan akan Kristus itu (Flp. 3:8). Baginya, tidak ada penindasan, atau kesesakan, atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang yang dapat memisahkan dia dari kasih Kristus (Rm. 8:35-39).
Bahkan, Paulus tidak menghiraukan nyawanya sendiri ketika memberitakan Injil dan juga menyelesaikan tugas yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepadanya (Kis. 22:22-24). Dia telah sangat mengenal, sangat yakin, dan sangat mengasihi Yesus. Dia mengakarkan seluruh hidupnya begitu dalam pada Kristus, membuat dia hidup dan mati untuk Tuhan (Rm. 14:7-8). Paulus menulis, “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1Kor. 3:11)
Tuhan Yesus telah melakukan banyak mujizat di dunia, termasuk memberi makan lima ribu orang hanya dengan beberapa ketul roti saja. Tetapi ketika Dia mulai berbicara tentang roti hidup, banyak orang tidak lagi mengikuti Dia. Pada saat itu, Tuhan Yesus juga bertanya kepada murid-murid, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus menjawab Dia, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yoh. 6:66-69)
Kedua contoh ini mengingatkan kita bahwa iman tidak boleh diakarkan pada hal-hal materi, hubungan antar-individu, ataupun kesembuhan jasmani (Luk. 17:11-19). Sebaliknya, iman harus diakarkan pada Kristus.
2. Berakar di dalam Gereja
Gereja adalah tubuh Kristus (Ef. 1:22-23), yang telah ditebus oleh darah-Nya yang berharga (Kis. 20:28). Gereja inilah yang menjadi tempat bagi Allah untuk menyatakan hikmat-Nya dan menjalankan anugerah keselamatan-Nya (Ef. 3:10). Melalui Roh Kudus yang dijanjikan, Dia mendirikan gereja sejati-Nya pada akhir zaman, membuka rahasia akan kebenaranan keselamatan-Nya, mengumpulkan umat-Nya dari segala bangsa, segala suku bangsa, segala tempat, dan semua orang akan datang ke Bukit Sion rohani ini (Kis 2; Yes. 2:2-4).
Gereja Sejati inilah pokok anggur yang benar, yang pernah disebutkan Tuhan Yesus (Yoh. 15:1-8):
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” (Yoh. 15:5-6)
Secara khusus, Tuhan Yesus menekankan pentingnya menjadi satu dengan-Nya. Jika kita selalu tinggal di dalam-Nya, Dia pun akan tinggal di dalam kita. Hanya dengan demikianlah kita dapat berbuah banyak, dan menikmati kehidupan rohani yang berlimpah. Dengan berakar pada Pokok Anggur, kita akan memiliki batang yang kokoh, yang menopang kita sehingga tetap teguh dan kuat. Gereja adalah rumah Allah dan gerbang surga (Kej. 28:17). Di sanalah terdapat hadirat Allah dan tempat kediaman Roh Kudus. Kita harus menjaga diri kita tetap berada dalam kasih Allah dan berakar di dalam gereja, yaitu rumah Allah.
3. Berakar dalam Kebenaran
Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (1Tim. 3:15). Dan, kebenaran adalah dasar iman kita. Paulus menasihatkan kita untuk bertekun dalam iman ini, tidak bergeser dari Injil, yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit (Kol. 1:23).
“Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. 1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.” (2Tim. 1:13-14)
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kol. 2:6-7)
Paulus mengingatkan kita bahwa Roh dengan tegas mengatakan bahwa di akhir zaman akan ada orang yang murtad dari iman, mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan (1Tim. 4:1). Hari kedatangan Tuhan tidak akan tiba sebelum kedurhakaan datang terlebih dahulu – di mana si pendurhaka menyatakan dirinya. Oleh karena itu, janganlah kita lekas bingung dan gelisah (2Tes. 2:1-12). Kita harus lebih sungguh-sungguh lagi memperhatikan Injil yang telah kita terima, atau kita akan hanyut dibawa arus, dan disesatkan oleh berbagai ajaran asing. Kiranya hati kita diteguhkan oleh kasih karunia, sehingga kita dapat berjaga-jaga dan berdiri dengan teguh dalam iman (Ibr. 2:1, 13:9;
BERTUMBUH SECARA ROHANI
Alkitab menggambarkan seseorang yang percaya kepada Tuhan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air. Ia tidak takut dengan panas terik ataupun kekeringan; ia akan terus bertumbuh dan menghasilkan buah (Yer. 17:8). Mazmur 1 juga menggemakan pesan ini, menambahkan bahwa orang-orang yang merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam akan sama seperti pohon yang subur tersebut, yang daunnya tidak pernah layu. Jika kita ingin bertumbuh dan berakar di dalam iman, kita harus bersandar pada Tuhan dan firman-Nya.
1. Memiliki Hati yang Benar
Dalam perumpamaan tentang penabur, Tuhan Yesus berbicara mengenai empat jenis hati (Mat. 13:3-23). Yang pertama, sebagian benih jatuh di pinggir jalan, lalu burung-burung datang dan memakannya. Ini mengacu pada firman di hati kita yang diambil oleh si jahat, karena mereka tidak memahami-Nya. Sebagian benih jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tanahnya tipis. Benih ini bertumbuh dengan cepat, tetapi mereka layu saat matahari bersinar terik. Ini dapat terjadi ketika firman tidak berakar dalam hati kita – seperti rumah yang dibangun di atas pasir, yang hanyut ketika hujan dan banjir datang. Sebagian benih jatuh di tengah semak duri; ini adalah orang yang hatinya diperdaya oleh kekuatiran dan kekayaan dunia. Terhimpit oleh kekuatiran-kekuatiran ini, kerohanian mereka pun tidak dapat bertumbuh. Kelompok terakhir adalah benih yang jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, dan tiga puluh kali lipat. Ini adalah orang-orang yang mendengarkan firman dengan hati yang baik dan luhur, menjaganya, dan menghasilkan buah dalam ketekunan (Luk. 8:15). Seperti Paulus berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya.” (2Tim. 1:12) Orang yang mendengarkan Firman dan menumbuhkannya bersama-sama dengan iman (Ibr. 4:2), akan dapat mendengar Firman dan memahaminya.
2. Dari Susu Menjadi Makanan Keras
Alkitab berkata:
“Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” (Ibr. 5:12-14)
Paulus menganggap Gereja Korintus sebagai anak kecil di dalam Kristus, yang hanya dapat meminum susu, dan bukan makanan keras. Mereka masih berperilaku seperti manusia duniawi, yang dipengaruhi oleh iri hati, perselisihan, dan perpecahan (1Kor. 3:1-3).
Saat ini, perpaduan antara teknologi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh pandemi yang merajalela, telah menciptakan situasi yang tidak menentu. Dengan sedemikian banyaknya informasi yang beredar melalui internet dan berbagai media, kita harus lebih lagi berwaspada dan bisa memilah agar dapat menjaga diri. Jika tidak waspada, media yang kita konsumsi dapat menjadi jerat, membiarkan hal-hal buruk mengakar dan mengacaukan iman kita. Dan pada akhirnya, menjerat kita.
3. Bertumbuh Menjadi Dewasa
Bertumbuh menjadi dewasa adalah hasil alami dari pertumbuhan. Proses pertumbuhan ini memerlukan perawatan dan pemupukan, sehingga dapat memicu kedewasaan mental dan kemajuan rohani. Paulus menggambarkan terjadinya hal ini pada saat:
“Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” (Ef. 4:13-14)
Setelah dewasa sepenuhnya, kita akan dapat membedakan kebenaran dan tipu daya. Pada zaman Paulus, sebagian orang percaya meninggalkan Kristus untuk mengikuti Injil yang lain (Gal. 1:6-7). Dia memperingatkan agar mereka tidak membiarkan pikiran mereka disesatkan dari kesetiaan mereka kepada Kristus, sebab setan pun dapat menyamar sebagai malaikat terang untuk memperdaya manusia (2Kor. 11:3-4, 14). Oleh karena itu, waspadalah terhadap orang-orang yang memberitakan Yesus yang lain, roh yang lain, atau Injil yang lain, betapa pun manis kedengarannya.
Musa adalah teladan yang baik dalam hal kedewasaan rohani:
“Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.” (Ibr. 11:24-27)
Musa dapat mempertahankan nilai-nilai ketika menghadapi godaan yang besar, hal yang hanya dapat dicapai melalui kedewasaan rohani. Musa dapat melihat melampaui godaan Mesir dan penderitaannya sendiri, untuk dapat melihat pada Allah yang tidak terlihat, dan upah-Nya.
Hari ini kita hidup dalam masyarakat yang dengan cepat berubah. Kita tidak dapat menghindar dari dampak pandangan-pandangan idealisme dan ragam budaya. Walaupun kita tidak dapat mengendalikan lingkungan kita, namun kita dapat menjaga diri kita agar tidak tersesat dalam perputaran roda yang sangat hebat di zaman kita ini. Ini karena Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya (Ibr. 13:8). Karena iman kita adalah iman yang menang dan mengalahkan dunia (1Yoh. 5:4). Maka kita akan memperoleh bagian dalam Kristus, jika kita teguh berpegang pada keyakinan iman kita yang semula, sampai pada akhirnya (Ibr. 3:14).