1. Berakar dalam Kristus (Bag. 1)
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Michael Chan — Leicester, Inggris
Berakar Dalam Kristus (Bagian 1)
Alkitab memberitahukan kita bahwa di akhir zaman, kehidupan kita akan menjadi semakin sulit, dan dunia akan menjadi semakin kacau. Meskipun kita bukanlah dari dunia, tetapi kita akan tetap menghadapi berbagai pencobaan dan ujian yang sama. Sebab hidup kita ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2Kor. 5:7). Dengan memiliki iman yang sepenuhnya berakar di dalam Kristus, maka kita akan dapat menghadapi tantangan apapun yang menghadang kita.
Setiap struktur fisik, baik itu alami ataupun buatan, membutuhkan fondasi. Agar suatu objek dapat bertumbuh dan berkembang, fondasi ini harus memiliki akar yang dalam. Dengan demikian, jika kita memiliki akar yang kuat dalam Kristus, maka bukan saja kita akan dapat bertahan melalui badai kehidupan, tetapi kita juga akan berkembang dan bertumbuh secara rohani.
Pertanyaannya adalah, apakah langkah-langkah yang harus kita ambil untuk berakar di dalam Kristus?
KESULITAN DALAM BERAKAR
Bagaimanapun keadaan kita, di manapun kita berada, dan berapapun usia kita, kita pasti akan menghadapi tantangan-tantangan dalam iman. Tantangan ini tidak terbatas pada periode tertentu dalam hidup kita, dan tidak hanya datang dalam bentuk sakit-penyakit atau permasalahan dalam pekerjaan. Tantangan ini dapat muncul secara jasmani, rohani, ataupun keduanya.
Dalam Matius 7:24-27, Yesus menggambarkan dua jenis rumah: yang satu dibangun di atas batu karang, dan satu lagi di atas pasir. Kedua jenis rumah ini menghadapi angin dan banjir yang sama, tetapi hanya rumah yang dibangun di atas batu yang tetap berdiri. Kita semua akan menghadapi tantangan yang sama dalam hidup ini; jadi yang penting di sini adalah bagaimana kita membangun dasar iman yang kuat dan berakar, sebelum masalah-masalah tersebut timbul.
Tantangan seperti apa yang akan kita hadapi?
A. Tantangan dari Luar
“Celakalah dunia dengan segala penyesatannya; memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” (Mat. 18:7)
Yesus menegaskan bahwa penyesatan akan muncul disebabkan karena manusia dan hal-hal di dalam dunia. Tantangan eksternal ini tidaklah dapat dihindari, dan dapat menyebabkan kita tersandung. Karena itu, kita harus waspada dan siap menghadapi tantangan eksternal ini, baik dalam bentuk apapun juga. Berikut adalah beberapa jenis tantangan eksternal yang mungkin kita hadapi.
1. Ajaran sesat dan ideologi
Kita harus menjadi dewasa dan tidak lagi terombang-ambing oleh pengaruh masyarakat (Ef. 4:14). Di akhir zaman, semakin banyak ajaran sesat yang akan muncul (2Ptr. 2:1), tetapi itu bukanlah hal baru. Akan muncul kembali ide-ide yang pernah kita dengar sebelumnya, baik dari Alkitab ataupun dari ideologi manusia, tetapi sedikit dimodifikasi untuk membuatnya tampak seperti wahyu-wahyu baru. Dalam masyarakat yang lebih luas, banyak konsep yang tampaknya baik dan telah mengubah hati manusia, tetapi sesungguhnya tidak didasarkan pada Alkitab.
2. Godaan dan Penyesatan
Di dunia ini, kita akan menghadapi godaan daging, seperti hawa nafsu dan keserakahan (2Tim. 3:6;
3. Kejahatan dan kefasikan
Yesus mengatakan kepada kita bahwa kedurhakaan akan bertambah di seluruh dunia, menyebabkan kasih menjadi berkurang (Mat. 24:12). Hal ini dapat terlihat dari cara orang berperilaku. Kejahatan dan kefasikan akan semakin berlimpah, dan ketimpangan serta ketidakadilan akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Inilah keadaan dunia sekarang.
B. Konflik Batin
“Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang… Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Mat. 15:11, 18-19)
Ketika berbicara mengenai kesucian atau kemurnian, Tuhan Yesus menekankan bahwa apa yang keluar dari hati manusia-lah yang menajiskannya. Entah baik atau buruk, tindakan seseorang dikendalikan oleh pikiran dan perasaannya (Ams. 4:20-27). Hati kitalah yang menentukan apakah kita berkenan di mata Tuhan, sebagai orang yang mengikuti ajaran Alkitab, atau mengikuti perilaku dunia.
Tantangan dari luar dapat mempengaruhi kita dan masuk ke dalam hati kita. Namun terkadang, konflik itu berasal dari dalam hati atau pikiran kita sendiri, yang belum sepenuhnya dewasa. Apabila kita membiarkan konflik dalam diri kita semakin memburuk, akan timbul bahaya tersedianya ruang bagi si Iblis, dengan membiarkan kepahitan dan kemarahan meledak menjadi perkataan yang jahat dan dosa. Perkataan kita menjadi jahat dan bertentangan dengan standar alkitabiah (Ef. 4:25-31). Berikut adalah beberapa bentuk konflik batin yang harus diwaspadai:
1. Mementingkan diri sendiri
Di akhir zaman, “manusia akan mencintai dirinya sendiri,” (2Tim. 3:1-2). Yang berarti, orang-orang akan semakin egois. Kita dapat melihat hal ini dari meningkatnya protes, pemogokan, dan keluhan. Terjadinya peristiwa-peristiwa ini mungkin dapat dimengerti, tetapi pada dasarnya hal ini diakibatkan rasa tidak senang dan kepentingan pribadi. Apabila kita merasa tidak puas, kita langsung mengeluh dan menentang keadaan yang terjadi. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh berpusat pada diri sendiri, tetapi berpusat pada Tuhan. Sayangnya, disadari atau tidak, kita masih cenderung berpusat pada diri sendiri. Hal ini dapat terjadi saat kita berada dalam situasi yang menekan kita, atau dipermalukan, atau diremehkan oleh orang lain.
2. Mentalitas yang suka membanding-bandingkan
Mengapa muncul perselisihan? Karena kita memiliki nafsu untuk mendapatkan kesenangan dan hal-hal yang tidak kita miliki (Yak. 4:1-3). Kita hidup di dunia yang penuh persaingan, sehingga mempengaruhi kita untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Bukan hanya dalam hal lahiriah atau materi saja, tetapi juga dalam pencapaian kita. Bahkan kita mungkin akan melihat seberapa besar penghormatan yang kita terima di gereja, dibandingkan dengan saudara seiman lainnya. Perbandingan seperti ini akan melahirkan keangkuhan, kecemburuan, dan perasaan tidak suka.
“Apabila kita membiarkan konflik dalam diri kita semakin memburuk, akan timbul bahaya tersedianya ruang bagi si Iblis”
3. Perilaku yang tidak taat
Seringkali, ketika kita mendengar sesuatu yang tidak kita sukai, atau merasa ditantang, kita akan membalasnya. Ketika kita merasa tertindas dan tertekan, hal-hal ini akan membuat konflik batin dalam diri kita. Namun, Paulus mengatakan kepada kita bahwa kita harus melakukan segala sesuatunya tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kita tidak bercela, dan bercahaya seperti bintang-bintang di dunia (Flp. 2:14-16).
Dalam kehidupan, kita akan menghadapi berbagai tantangan eksternal dan konflik batin. Jika kita tidak berakar kuat, kita akan dengan mudah terpengaruh atau tergoda oleh hal-hal ini, yang akan mengakibatkan kita terjatuh.
MEMBANGUN AKAR KITA
A. Berakarlah di dalam Tuhan dan Firman-Nya
1. Tuhan adalah Satu-satunya Allah yang Benar
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar.” (Yoh. 17:3a)
Allah itu hanya satu, tetapi kita dapat menjadi keliru apabila kita melihat Dia terpisah dari Firman-Nya. Ketika kita mendengarkan khotbah, kita dapat lupa bahwa pesan tersebut merupakan firman Tuhan, dan itu berasal dari Allah sendiri. Allah dan kebenaran-Nya tidak dapat dipisahkan. Kita tidak dapat berkata bahwa kita percaya kepada Tuhan, tetapi tidak setuju dengan bagian-bagian tertentu dalam Alkitab.
Dalam pekerjaan penginjilan, kita dapat bertemu dengan denominasi lain yang memegang keyakinan bahwa kita tidak perlu berbahasa Roh ketika menerima Roh Kudus ataupun dibaptis dengan cara diselamkan – walaupun di dalam Alkitab tercantum penjelasan mengenai hal-hal ini, dan Tuhan Yesus sendiri juga memperkatakan akan hal ini. Bagaimana mereka dapat percaya kepada Kristus, tetapi tidak percaya pada firman-Nya?
Kita harus berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam perangkap ini. Jika ada ajaran Alkitab yang tidak dapat kita terima, maka kita sedang meragukan Tuhan. Bagaimana kita dapat berkata bahwa kita takut dan hormat akan Tuhan, jika kita tidak mengikuti perintah-Nya? Jika kita percaya bahwa Dia adalah satu-satunya Allah yang benar, maka kita juga harus menerima bahwa firman-Nya adalah satu-satunya kebenaran.
2. Yesus adalah satu-satunya Juruselamat
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” (1Tim. 2:5-6)
Yesus adalah satu-satunya jalan menuju Bapa (Yoh. 14:6). Ini adalah pengajaran yang perlu kita pegang dengan teguh, dan ini adalah satu-satunya cara untuk berakar dan dibangun dalam iman.
3. Kebenaran ditemukan dalam satu gereja sejati
Melalui gereja, Allah mengungkapkan rahasia yang tersembunyi dari angkatan-angkatan terdahulu (Ef. 3:5, 10). Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, yang dibangun di atas para rasul dan para nabi (1Tim. 3:15; Ef. 2:19-20). Hari ini, apabila kita berakar di dalam Tuhan dan firman-Nya, percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat kita, maka kita tidak boleh melihat gereja sebagai entitas yang terpisah. Begitu kita tunduk pada kebenaran yang Tuhan berikan kepada gereja-Nya dan menerima baptisan, maka kita dicangkokkan ke dalam tubuh Kristus (1Kor. 10:17, 12:12-13).
“Kita harus terus memperbarui pikiran kita dan berakar di dalam Tuhan, firman-Nya, dan Kristus Juru Selamat kita, yang melalui-Nya kita menuju kepada Bapa.”
Oleh karena itu, gereja bukanlah sekadar organisasi manusia. Secara rohani, gereja itu sempurna karena dibentuk oleh kebenaran Allah yang lengkap—mereka yang menerima kebenaran akan masuk menjadi anggotanya, sedangkan mereka yang tidak percaya akan berada di luarnya. Jika kita tidak berakar di dalam kebenaran, dan di dalam Kristus sebagai Juruselamat kita, kita sedang berakar di tempat yang salah. Kita memang dapat bertumbuh dan semakin yakin dalam kepercayaan kita, tetapi bertumbuh dalam kepercayaan yang salah. Karena itu, kita harus terus memperbarui pikiran kita dan berakar di dalam Tuhan, firman-Nya, dan Kristus Juru Selamat kita, yang melalui-Nya kita menuju kepada Bapa. Di dalam dunia, Yesus Kristus hanya dapat ditemukan di dalam gereja sejati.
4. Kebenaran tetap tidak berubah
Tuhan dan firman-Nya tidak akan berubah; mereka akan tetap sama (Mzm. 102:27, 119:89). Hari ini, gereja sejati milik Allah telah menerima kebenaran keselamatan yang lengkap, dan kita harus memegang kepercayaan ini (Ef. 3:10). Jika kita tidak berakar dalam pemahaman ini, walaupun jika kita giat melayani di gereja, maka dasar kita keliru dan kita tidak akan bertumbuh dalam iman.
B. Mengapa Kita Harus Berakar?
1. Kehendak Tuhan
Kehendak Allah adalah menyatakan diri-Nya dan kebenaran-Nya kepada umat manusia, karena Dia ingin agar semua orang diselamatkan (1Tim. 2:4; Mat. 16:17). Tuhan memilih untuk menyatakan kebenaran-Nya melalui gereja, agar kita semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan dan menerima keselamatan-Nya. Jika Tuhan tidak berkehendak menyatakan kebenaran-Nya, tidak ada harapan bagi kita untuk menemukan dan memahami hal-hal tentang Tuhan, seberapa banyakpun upaya yang kita habiskan. Mungkin ada hal-hal yang belum kita pahami, tetapi hanya melalui Tuhan, dan atas kehendak-Nya, maka kita dapat menyelidiki dan menemukan pengajaran rohani yang lebih mendalam (Yoh. 16:13;
2. Wahyu dari Roh Kudus
Tuhan telah memberi kita Roh Kudus-Nya sehingga kita dapat memahami hal-hal tentang Allah (1Kor. 2:11-13). Roh Kudus mengajar kita sehingga dapat memahami dan mengatakan hal-hal tentang Allah. Roh Kudus bukan saja menjadi jaminan warisan surgawi kita (Ef. 1:13-14), tetapi Dia juga akan membantu kita berakar dan bertumbuh dalam kebenaran Tuhan. Karena alasan ini, kita harus menghargai karunia Roh Kudus dan semakin mendekat kepada Tuhan melalui doa dan saat teduh.
3. Rencana Tuhan
Tuhan ingin menyatakan kebenaran-Nya kepada umat manusia. Dia telah menganugerahkan Roh Kudus untuk menerangi dan membimbing kita menemukan kebenaran-Nya. Tetapi Tuhan memiliki rencana dan jadwal-Nya, kapan wahyu-wahyu ini akan terjadi. Yesus menyoroti hal ini ketika Dia memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka diberkati untuk melihat dan mendengar hal-hal yang diharapkan dapat disaksikan oleh orang-orang kudus pada masa lampau (Luk. 10:23-24). Tuhan memiliki waktu-Nya sendiri kapan rahasia-Nya akan dinyatakan, dan Dia memilih gereja-Nya untuk menjadi pelayan-pelayan dari rahasia-rahasia tersebut (1Kor. 4:1). Sebagai gereja sejati di akhir zaman, kita bersyukur kepada Tuhan bahwa kita telah menerima Injil keselamatan yang lengkap, dan terus memperdalam dan memperjelas pemahaman kita akan kebenaran-Nya. Tuhan memilih siapa yang akan menerima pengertian (Mat. 13:11). Jika kita mencari dengan rendah hati, melalui kuasa Roh Kudus, Dia akan memberikan kita hikmat untuk memahami kebenaran-Nya, (1Kor. 1:26-31, 2:13-16).