1. Selama Bumi Masih Ada
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Philip Shee
“Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (Kej. 8:22)
Kni adalah janji Allah setelah air bah surut, ketika Nuh membangun mezbah bagi Allah dan mempersembahkan korban bakaran. Setelah itu, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya, dan sekali lagi memberi mereka perintah untuk beranak-cucu dan memenuhi bumi (Kej. 9:1b). Dengan berkat ini, keluarga Nuh dan seluruh binatang yang keluar dari bahtera memulai hidup baru, dengan keyakinan bahwa Allah akan selalu menyediakan dan memelihara bumi.
Seperti yang dikatakan pemazmur, “Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.” (Mzm. 104:27). Hal ini menyatakan akan pemeliharaan Allah sepanjang sejarah, bagaimana Dia mengatur musim sesuai dengan waktunya. Perubahan musim ini mempengaruhi masa menanam, menabur, dan menuai. Tetapi yang lebih penting, seiring keluarga Nuh memulai masa baru di bumi; pernyataan Allah bahwa musim akan berjalan sesuai waktunya, juga memberi makna rohani bahwa Allah akan menyatakan rancangan-Nya bagi umat manusia sesuai waktu-Nya.
Allah menggunakan musim-musim sebagai petunjuk dalam rancangan-Nya. Hal ini diulangi beberapa kali dalam Alkitab. Ketika Salomo merenungkan akan kehidupan manusia, dia menulis, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pkh. 3:1). Ketika para murid bertanya apakah Yesus akan memulihkan kerajaan Israel setelah kebangkitan-Nya, Dia menjawab, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Juga ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Tesalonika mengenai kedatangan Tuhan kedua kalinya, dia juga menekankan pada “waktu dan musim” (1Tes. 5:1-2). Melewati setiap musim, kita pun akan mendapatkan manfaatnya jika kita merenungkan akan makna rohani dan menanggapi rancangan Allah di dalamnya.
MUSIM PANAS
“Inilah yang diperlihatkan Tuhan ALLAH kepadaku: Tampak sebuah bakul berisi buah-buahan musim kemarau. Lalu berfirmanlah Ia: ‘Apakah yang kaulihat, Amos?’ Jawabku: ‘Sebuah bakul berisi buah-buahan musim kemarau.’ Berfirmanlah TUHAN kepadaku: ‘Kesudahan telah datang bagi umat-Ku Israel.’” (Am. 8:1-2a)
Ini adalah nubuatan mengenai penghakiman yang akan datang, sebagai tanggapan Allah atas kemerosotan iman dan perbuatan orang Israel. Walaupun berulang kali Allah menunda hukuman-Nya (Am. 7:1-6), orang Israel tetap tidak mau bertobat. Mereka terus menekan dan menipu orang miskin, beribadah dengan tidak tulus, lebih mementingkan pekerjaan daripada urusan kerohanian, bahkan menyembah dan bersandar pada berhala (Am. 8:4-6, 14).
“Pernyataan Allah bahwa musim akan berjalan sesuai waktunya, juga memberi makna rohani bahwa Allah akan menyatakan rancangan-Nya bagi umat manusia sesuai waktu-Nya.”
Allah menggunakan penglihatan keranjang buah musim panas untuk menunjukkan bahwa kerajaan itu akan segera hancur dan dosa-dosa mereka akan dihakimi. Masa anugerah, di mana Allah masih memberikan kesempatan sudah lewat, dan Dia tidak lagi memaafkan (Am. 7:8, 8:2). Nubuat ini juga berlaku pada masa anugerah sebelum penghakiman tiba, selaras dengan nubuat Petrus tentang akhir zaman:
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” (2Ptr. 3:9-10)
Ketika mengatakan kepada murid-murid-Nya mengenai tanda-tanda akhir zaman, Tuhan Yesus juga menggunakan musim panas sebagai perumpamaan untuk memperingatkan kita:
“Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu… Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya… Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.” (Mrk. 13:23-29)
Ketika musim panas mendekat, panas teriknya yang menggambarkan kesengsaraan dan penghakiman yang akan terjadi pada akhir zaman, itulah waktu bagi kita untuk merenungkan anugerah dan penyelamatan Allah. Anugerah Tuhan dinyatakan melalui tiang awan, yang melindungi orang Israel dari terik matahari saat mereka melewati padang gurun (Bil. 14:14).
Lebih jauh lagi, nubuat datangnya musim panas juga mengingatkan kita untuk “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia;” (Luk. 1:36). Sebab, “betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah.” (2Ptr. 3:11b-12a). Maka setelah menang atas dosa dan penderitaan di akhir zaman, kita “tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.” (Why 7:16)
MUSIM GUGUR
“Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan.” (Yes. 55:10)
Musim gugur adalah permulaan musim hujan di Israel, yang juga dikenal sebagai hujan awal. Hujan awal menggemburkan tanah setelah panas terik musim panas berlalu. Ini adalah waktu untuk menabur, yang akan menentukan jumlah makanan yang dihasilkan sepanjang tahun itu.
“Ketika musim panas mendekat, panas teriknya yang menggambarkan kesengsaraan dan penghakiman yang akan terjadi pada akhir zaman, itulah waktu bagi kita untuk merenungkan anugerah dan penyelamatan Allah.”
Murka Allah seringkali ditunjukkan dengan menahan hujan. Seperti Musa memperingatkan bangsa Israel: “Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil.” (Ul. 11:16-17a)
Sebaliknya, anugerah Allah ditunjukkan dengan turunnya hujan pada musimnya, yang bukan hanya akan membuat benih bertumbuh, tetapi juga menumbuhkan rumput, sebagai makanan ternak. Seperti yang dinyatakan Yesaya, “Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas.” (Yes. 30:23)
Makna rohani musim gugur terkandung dalam perbuatan Allah menabur benih rancangan keselamatan-Nya. Ia meletakkan rancangan itu dalam firman-Nya, dimulai dari Perjanjian Lama, dengan nubuat dan perlambangan Kristus dan gereja-Nya. Firman ini kemudian digenapi pada masa Perjanjian Baru dan di zaman modern ini. Seperti yang ditulis nabi Hosea: “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” (Hos. 6:3)
Ketika musim gugur tiba, marilah kita merenungkan rancangan penyelamatan Allah, yang dirancang sebelum penciptaan dunia, dan marilah kita memohon hikmat dari-Nya, agar kita mengerti rencana-Nya dan dengan keyakinan penuh mempertahankannya. (Ef. 1:4-10)
Musim gugur juga mengingatkan agar kita mencari dan membangun iman kita di atas dasar yang benar, yaitu Kristus, karena Dia sendiri berfirman: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.” (Yoh. 5:39). Seperti Paulus menulis kepada jemaat di Korintus: “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1Kor. 3:11)
Iman yang dibangun di atas semangat yang buta, tanpa dasar pengertian yang benar selaras dengan kebenaran yang didirikan Allah, tidak akan membawa kita pada keselamatan. Karena alasan ini, Paulus menaikan doa untuk bangsa Israel.
“Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.” (Rm. 10:1-4)
MUSIM DINGIN
“Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya.” (Mzm. 74:17)
Musim dingin adalah masa hujan terlebat di Israel, seperti pernah dikatakan Ezra, ketika semua orang laki-laki Yehuda dan Benyamin duduk di halaman rumah pada tanggal dua puluh bulan sembilan, menjadi masa terbasah dalam setahun (Ezr. 10:9). Karena alasan inilah, Tuhan Yesus juga mengingatkan, “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin.” (Mat. 24:20)
Hujan lebat di musim dingin dibutuhkan agar benih dapat bertumbuh setelah masa menabur di musim gugur. Ini menunjukkan kesetiaan Allah, karena Dia telah berjanji untuk “membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya.” (Ul. 28:12a)
Secara rohani, musim panas yang kering menggambarkan penghakiman Tuhan karena dosa. Sebaliknya, musim dingin melambangkan kesetiaan Allah melaksanakan rancangan-Nya: Pada waktu itu [ketika Mesias ditikam (Zak. 12:10)] akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran.” (Zak. 13:1);
Dan lagi: “Pada waktu itu akan mengalir air kehidupan dari Yerusalem… Hal itu akan terus berlangsung dalam musim panas dan dalam musim dingin.” (Zak 14:8). Apabila orang-orang merendahkan diri, berdoa, dan berbalik dari kejahatan mereka, Allah akan mendengarkan dari surga, mengampuni dosa mereka dan memulihkan negeri mereka (2Taw. 7:14)
Dengan dilatari kesetiaan Allah, musim dingin menjadi waktu bagi kita untuk dengan sabar menantikan bab terakhir rancangan-Nya: kedatangan Tuhan, panen buah-buah. Seperti Yakobus menasihati:
“Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (Yak. 5:7-8)
MUSIM SEMI
“Mintalah hujan dari pada TUHAN pada akhir musim semi!” (Zak. 10:1)
Ketika pergantian dari musim dingin ke musim semi di Israel, kadangkala hujan masih turun. Ini dikenal dengan hujan musim semi atau hujan akhir. Hujan di musim semi ini sangatlah penting untuk kematangan bulir gandum dan kacang-kacangan. Datangnya musim semi juga menandakan masa panen pertama.
Datangnya musim semi ini menunjukkan kesetiaan Allah, dengan menggenapi nubuat Mesias di Perjanjian Lama mengenai kedatangan-Nya, dan janji-Nya untuk mencurahkan Roh-Nya kepada semua manusia. Pencurahan Roh Kudus yang dijanjikan terjadi pertama kali pada hari raya Pentakosta musim semi, sama seperti nubuat nabi Yoel ketika dia berbicara mengenai hari terakhir (Yl. 2:23; Kis. 2:1-4, 16-18). Kejadian ini diikuti dengan kedatangan Mesias, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya (Yoh. 7:37-39, 16:7).
Sementara Tuhan dengan setia menggenapi janji-Nya dengan mencurahkan Roh Kudus di Hari Pentakosta, Zakharia mengingatkan untuk memohonkan hujan akhir. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Roh Kudus dapat tertunda. Ini didukung oleh tanggapan nabi Yeremia atas ketidaksetiaan orang Israel: “Sebab itu dirus hujan tertahan dan hujan pada akhir musim tidak datang.” (Yer. 3:3) Demikian juga, ketika Musa mengingatkan orang Israel sebelum mereka masuk ke tanah perjanjian, dia mengingatkan mereka akan peringatan Allah:
“Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir… Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil.” (Ul 11:13-17a)
Jika kita mengingat ayat di atas ketika kita meninjau kembali sejarah gereja para rasul yang mengalami kemunduran pada akhir abad pertama (Kis. 20:28-30; Why. 2-3) dan ajaran sesat dan praktisi kafir yang menyusup masuk ke gereja, kita tidak perlu merasa heran Roh Kudus berhenti diturunkan hingga sekarang, di zaman akhir, Dia kembali diturunkan untuk memulihkan gereja-Nya sekali lagi.
KESIMPULAN
“Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.” (Ul. 11:11-12)
Inilah kesetiaan Allah. Seperti Dia memelihara negeri itu dan memberikan hujan pada waktunya, dari awal hingga akhir tahun, maka Tuhan juga pasti akan menggenapi rancangan keselamatan-Nya pada waktu-Nya. Ia telah menabur benih-benih rancangan keselamatan-Nya di musim gugur, dan hujan musim dingin menyirami mereka supaya mereka tumbuh dan menghasilkan buah. Hujan musim semi telah tiba dan tidak lama lagi panen buah yang pertama. Datangnya musim panas berarti penghakiman atas dosa. Sebagaimana musim bergulir, begitu pula rancangan keselamatan Allah. Dan jika kita merenungkan makna rohani dari setiap musim, kita akan dapat mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi.