7. Jalan Tuhan Adalah Jalan Terbaik
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Jinq Horng Teo – Singapore
MENERIMA TUHAN DALAM HIDUP
Haleluya, dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi.
Saya lahir di Sabah pada tahun 1990, dalam sebuah keluarga yang menyembah para leluhur. Pada tahun 2006, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas, teman sekolah mengajak saya ke gereja mengikuti serangkaian sesi pengenalan tentang kekristenan. Setelah beberapa minggu saya mendengarkan sesi tersebut, saya merasa bahwa saya harus menjadi orang Kristen, karena saya tertarik dengan pesan kasih yang diajarkan oleh agama ini. Tetapi karena ada beragam denominasi, jadi saya memutuskan untuk membaca Alkitab bagian per bagian sebelum memutuskan gereja mana yang akan saya pilih, karena saya merasa bahwa gereja harus mengikuti apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Lalu, pada bulan November 2006, orang tua menyarankan agar saya pergi ke gereja bersama kerabat saya, yang merupakan jemaat Gereja Yesus Sejati. Pada mulanya, saya sangat terkejut dengan cara doanya. Tetapi setelah beberapa waktu, saya menjadi terbiasa dan bahkan saya ikut berdoa memohon Roh Kudus pada kebaktian Jumat malam. Saya mempelajari kebenaran yang hanya ditemukan di Gereja Yesus Sejati sehingga akhirnya saya memutuskan untuk hanya mengunjungi gereja ini.
Dalam sebuah KKR di musim semi tahun 2008, selama sesi doa saya memohon Roh Kudus dengan sepenuh hati. Tiba-tiba tubuh saya mulai bergetar. Saya merasa seperti ada yang menggerakkan tubuh saya. Gerakannya sangat beraturan dan saya tidak pernah kehilangan keseimbangan. Saya tidak meragukan bahwa Roh Kudus-lah yang menggerakkan saya. Walaupun demikian, saya belum menerima Roh Kudus, karena saya belum berbicara dalam bahasa Roh.
Pada bulan Agustus 2008, saya pindah ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan. Tidak lama setelah itu, saya semakin menyadari bahwa Tuhan begitu mengasihi saya dan sedang menunggu saya untuk menerima anugerah keselamatan-Nya, sehingga saya memutuskan untuk menerima baptisan. Saya ingin dibaptis pada bulan November tahun itu, tetapi ayah saya tidak setuju karena ia ingin saya menunggu hingga berumur 21 tahun.
Suatu malam di bulan Januari 2009, ketika sedang doa malam, saya merasa lidah saya berputar. Saya segera menyadari bahwa saya telah menerima Roh Kudus. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Beberapa malam kemudian, saya bermimpi, saya melihat sesosok pria yang tinggi dan terang. Saya tidak dapat melihat wajah-Nya, tetapi saya tahu bahwa Dia-lah Tuhan. Dia kemudian mengeluarkan tangan-Nya dan memeluk saya. Saya langsung merasakan kehangatan pada seluruh tubuh saya.
Melalui peristiwa tersebut, saya menyadari bahwa Tuhan sangat mengasihi saya. Saya meminta tolong kepada sepupu saya untuk berbicara kepada ayah saya mengenai baptisan. Dan sekali lagi, ayah saya ingin saya menunggu beberapa waktu lagi. Meskipun jawaban dari ayah saya seperti itu, saya merasa bahwa saya tidak dapat menunggu lagi, jadi saya memutuskan dibaptis pada bulan Mei 2009 di Singapura. Ibu saya sengaja datang ke Singapura untuk menyaksikan baptisan saya. Ibu juga menyuruh saya untuk memberitakan injil kepada ayah, saudara, dan kerabat saya. Ketika saya bertanya kepada Ibu, “Bagaimana dengan Ibu?” Ia hanya menjawab, “Jangan memikirkan saya.”
BELAJAR PERCAYA DAN BERSERAH PADA TUHAN
Karena anugerah Tuhan, saya bergabung dengan kelompok paduan suara pada bulan September 2009. Dan pada bulan Desember 2009, gereja di Singapura mengadakan kebaktian pekabaran injil, di mana kelompok paduan suara kami dijadwalkan untuk menampilkan beberapa pujian. Sesaat sebelum penampilan, saya secara tidak sengaja tersedak tulang ikan ketika makan malam. Saya berdoa dan kemudian mencoba mengeluarkan tulang tersebut, tetapi tidak berhasil. Saya tidak ingin pergi ke dokter, karena jika saya pergi ke dokter, saya mungkin tidak dapat kembali ke gereja tepat waktu untuk bernyanyi. Jadi saya berkata kepada saudara seiman yang duduk di meja yang sama dengan saya, lalu salah seorang dari mereka menyarankan agar semua orang di meja itu berdoa bersama di dalam hati. Setelah berdoa, saya berjuang untuk beberapa saat–awalnya tulang terasa telah hilang, tapi ketika saya meragukannya, tulang itu terasa kembali. Kemudian saya berkata kepada diri saya sendiri untuk berserah kepada Tuhan dengan iman. Setelah itu tulang ikan itu hilang begitu saja. Walaupun kejadian ini tampaknya kecil, tapi hal ini mengajarkan saya untuk beriman kepada Tuhan.
“Saya semakin menyadari bahwa Tuhan begitu mengasihi saya dan sedang menunggu saya untuk menerima anugerah keselamatan-Nya.”
Antara bulan Januari dan April 2010, saya mengalami berbagai penyakit. Pertama, saya terserang penyakit tenggorokan yang mengganggu saya selama dua hingga tiga bulan. Setelah pergi ke dokter, saya diberi obat antibiotik. Awalnya sangat membantu, tetapi setelah itu saya menyadari bahwa saya ternyata alergi terhadap obat tersebut, karena menyebabkan ruam di seluruh tubuh saya. Karena itu saya harus mengkonsumsi obat pereda alergi. Selain itu, saya juga sempat mengalami kehilangan suara, flu, dan nyeri pada gusi yang dikarenakan oleh gigi bungsu. Tapi anehnya, penyakit ini datang satu per satu, tidak pernah terjadi bersamaan. Ketika kehilangan suara, saya tidak mengalami sakit tenggorokan. Dan saya mengalami flu ketika saya memperoleh suara saya kembali. Setelah semua itu, barulah saya mencabut gigi bungsu saya.
Ketika saya mengalami masa-masa tersebut, bahkan saudara-saudara di sekitar saya merasa bahwa ada yang salah dengan saya. Suatu hari seorang saudara bertanya kepada saya. “Apa yang telah kau lakukan? Kamu terlihat seperti memiliki banyak masalah.” Saya sendiri juga tidak tahu jawabannya. Saya mulai berpikir bahwa Tuhan sedang menghukum saya. Dan saya bersyukur kepada Tuhan untuk hal ini, walaupun saya tidak mengetahui apa kesalahan saya.
Suatu hari, saya tidak dapat lagi menahan beban batin karena sakit-penyakit yang terus-menerus menyerang saya, jadi saya berdoa kepada Tuhan sambil menangis. Setelah berdoa, saya dengan santai membuka Alkitab dan berhenti pada kitab Mazmur 73. Ayat ini sangat menenangkan saya: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap; gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” (Mzm. 73:26)
Saya berkata kepada diri saya bahwa Tuhan pasti akan mengangkat penderitaan saya, karena Dia telah menghilangkan tulang ikan pada tahun lalu. Tapi pada saat yang sama, saya merasa bahwa Tuhan ingin saya belajar untuk menahan sakit dan menerima kekuatan dari-Nya ketika menderita. Pada hari itu, saya sungguh menyadari bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan dan sumber kekuatan saya; Dialah satu-satunya tempat sandaran saya setiap waktu. Saya telah belajar untuk menahan segala penderitaan dengan hati yang penuh sukacita.
“Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap; gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” (Mzm. 73:26)
ANUGERAH DAN PENGHIBURAN DALAM PENCOBAAN
Pada bulan Juni 2010, saya kembali ke Sabah untuk beristirahat. Ketika tiba, saya memohon Tuhan dalam sesi doa harian saya, agar saya dapat beristirahat dengan baik. Dan saya bertanya kepada Tuhan, “Adakah tujuan dari kepulangan saya ini?” Setelah merenungkan pertanyaan ini untuk beberapa saat, saya terpikir bahwa saya harus menginjili keluarga saya, walaupun setiap hari saya sudah mendoakan keselamatan mereka. Saya memilih Ibu untuk diinjili, memberitahukan kepadanya tentang perbedaan antara berbagai agama dan denominasi, karena ia tampak tertarik dalam hal itu. Tapi setelah beberapa waktu, saya menyadari bahwa hatinya masih belum dapat menerima kebenaran, karena dia tetap mengajukan pertanyaan yang sama tanpa sungguh-sungguh mendengarkan ataupun menerima jawaban saya. Kemudian saya berhenti memberitakan injil; tetapi saya terus mendoakan keselamatan seluruh keluarga saya.
Dalam kurun waktu tersebut, saya sempat melihat ke cermin ketika mandi, dan saya melihat segumpal daging berukuran sebesar bola tenis di leher saya. Saya melakukan autopsi, yang menyimpulkan bahwa gumpalan itu adalah tumor jinak. Keluarga saya memutuskan untuk membuangnya. Ketika keputusan ini dibuat, saya bertanya kepada Tuhan apakah saya dapat menghindari operasi ini. Pada saat yang sama, saya juga memohon kepada Tuhan untuk melakukan apa pun yang diperlukan.
> Pembaptisan saya pada May 2009
Pada tanggal 4 Agustus 2010, saya menjalani dua operasi pertama, yang dilakukan di Singapura. Pada tanggal 20 Agustus, ibu dan saya kembali mengunjungi ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan ulang. Saya merasa senang pada hari itu, berpikir bahwa Tuhan telah mempersiapkan saya untuk menjalankan operasi, dan penderitaan saya dapat berakhir. Tetapi hal yang tidak diharapkan terjadi: Ahli bedah mengatakan bahwa saya mengidap penyakit papillary thyroid carcinoma. Kami sangat terpukul, terutama ibu saya, yang langsung tidak dapat berkata-kata ketika mendengar kabar tersebut. Ketika itulah Ibu mulai belajar cara untuk berdoa. Secara ajaib, setelah beberapa hari berdoa, saya dan Ibu merasa sangat tenang. Dua minggu kemudian, ibu saya digerakkan oleh Roh Kudus dan mulai bergetar ketika berdoa. Dan kurang dari dua minggu setelah itu, dia mulai berdoa dalam bahasa roh.
Bagi saya sendiri, saya sangat tercengang ketika pertama kali tahu bahwa saya mengidap kanker. Saya telah melihat banyak kerabat yang menderita kanker pada umur seperti saya, tapi ketika hal ini terjadi pada saya, saya benar-benar sulit untuk menerimanya. Ketika seorang pendeta setempat mengetahui kondisi saya, dia menguatkan saya dengan Roma 8:28: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Saya mengingat ayat ini dalam hati, berharap penyakit saya membaik. Ketika ibu saya menerima Roh Kudus, saya percaya bahwa seluruh penderitaan saya adalah untuk alasan tersebut, dan bahwa saya akan disembuhkan ketika kehendak Tuhan sudah terjadi.
Pada tanggal 29 September 2010, saya melakukan operasi kedua untuk mengangkat sisa-sisa tiroid saya. Sebelum itu, saya masih bertanya kepada Tuhan apakah saya dapat melakukannya tanpa operasi, tapi saya juga berkata bahwa biarlah kehendak Tuhan yang terjadi. Operasi berhasil, tapi diikuti dengan banyak masalah selama dua bulan setelah operasi. Pertama-tama, setelah operasi saya mengalami tekanan darah yang tidak biasa, dan harus masuk ke ruang perawatan penuh selama satu malam. Setelah dua malam menginap di rumah sakit, saya akhirnya pulang.
Beberapa hari kemudian, saya kembali dirawat karena mengalami infeksi luka yang serius, yang membutuhkan antibiotik melalui pembuluh darah. Dokter ingin mengobatinya dengan obat antibiotik yang pernah membuat saya alergi. Bersyukur pada Tuhan sebelumnya saya telah mengetahui bahwa saya alergi terhadap obat itu, sehingga dokter menggunakan antibiotik jenis lain.
Selama masa ini, saya juga kehilangan suara saya. Ketika saya diizinkan pulang dua hari kemudian, saya diharuskan membawa sebuah mesin untuk mengurangi kelebihan nanah dari tubuh saya selama dua minggu. Selama masa ini, saya harus sering ke rumah sakit untuk menjaga luka saya, karena luka itu terbuka kembali dan tidak dapat dijahit kembali.
“Ahli bedah mengatakan bahwa saya mengidap penyakit papillary thyroid carcinoma. Kami sangat terpukul, terutama ibu saya, yang langsung tidak dapat berkata-kata ketika mendengar kabar tersebut. Ketika itulah Ibu mulai belajar cara untuk berdoa.”
Setelah luka itu akhirnya sembuh, dokter menemukan sesuatu yang tumbuh dalam rongga hidung saya. Ukurannya kecil. Dokter mengambil daging lebih itu dengan penjepit dan dikirim ke laboratorium untuk biopsi. Bersyukur kepada Tuhan, hasil biopsinya negatif. Tetapi karena biopsi ini, saya mengalami mimisan terus-menerus malam itu, dan harus kembali dirawat di rumah sakit. Akhir bulan November 2010, saya masuk ke rumah sakit untuk terakhir kali, karena saya harus diisolasi selama beberapa hari untuk pengobatan yodium radioaktif.
Puji Tuhan, selama sakit saya merasa damai sejahtera. Terkadang saya bertanya-tanya apakah saya dapat benar-benar melewati cobaan berat ini. Dan, apakah saya masih diberikan waktu untuk mempersiapkan kepulangan saya ke surga, karena saya merasa belum siap untuk bertemu Tuhan. Suatu ketika, perasaan ragu dan takut ini begitu kuatnya sehingga saya hampir putus asa. Saat itulah saya melihat satu kartu buatan tangan yang diberikan oleh saudara-saudara untuk saya. Ada satu ayat penguatan yang berbunyi, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya.” (Yes. 42:3a) Syukur pada Tuhan, ayat ini sangat memberikan ketenangan dan harapan untuk saya.
Sungguh, kepedulian kecil sangatlah berharga untuk orang yang lemah dan sakit. Kidung puji-pujian, kartu ucapan, hadiah kecil, atau bahkan pesan teks singkat dapat menjadi cara untuk menghibur mereka agar tetap percaya pada kuasa Tuhan.
JALAN TUHAN ADALAH JALAN YANG TERBAIK
Melewati hampir seluruh masa pengobatan, ibu tinggal bersama saya di Singapura untuk merawat saya. Setiap kali ada kebaktian dan setiap kali saya tidak berada di rumah sakit, saya mengajak ibu ke gereja untuk belajar Alkitab. Ibu saya sering berkata agar saya tidak keasyikan dengan agama. Tapi ketika pertama kali didiagnosa mengidap penyakit tumor jinak, ibu saya mulai percaya kepada kuasa Tuhan untuk melindungi saya, karena saya adalah orang Kristen. Setelah itu, ketika Ibu menyadari bahwa saya menderita kanker, ia secara proaktif bertanya bagaimana caranya berdoa kepada Tuhan, berkata bahwa ia akan mendoakan saya. Ketika Ibu mulai berdoa, ia merasakan kedamaian dalam hatinya dan mulai percaya bahwa Tuhan itu ada. Akhirnya, ketika menerima Roh Kudus, Ibu dijamah oleh kasih Tuhan. Puji Tuhan, ibu saya dibaptis sesaat sebelum saya dilarikan ke rumah sakit untuk terakhir kalinya pada bulan November 2010.
“Kepedulian kecil sangatlah berharga untuk orang yang lemah dan sakit. Kidung puji-pujian, kartu ucapan, hadiah kecil, atau bahkan pesan teks singkat dapat menjadi cara untuk menghibur mereka agar tetap percaya pada kuasa Tuhan.”
Awal 2011, saya melanjutkan pendidikan di Singapura. Seorang teman berkata pada saya bahwa dia telah melihat gumpalan daging di leher saya sejak bulan Maret dan April 2010. Awalnya saya berpikir, “Kenapa kamu tidak memberitahu saya lebih awal?” Tapi setelah itu, saya mengerti bahwa waktu Tuhan belum tiba.
Pada bulan Juli 2011, saya melakukan pemeriksaan ulang. Hasilnya menunjukkan bahwa semua sel kanker telah hilang. Sekarang, saya hanya perlu mengkonsumsi obat-obatan dan melakukan pemeriksaan secara rutin.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah membimbing dan mempersiapkan saya untuk semua cobaan ini. Pertama, Dia mengizinkan saya untuk mengerti bahwa semua hal adalah mungkin ketika bersama-Nya. Kemudian, Dia mengajarkan bagaimana melewati kesukaran, mempersiapkan saya untuk rasa sakit dan penderitaan yang bertambah banyak. Dia juga mengizinkan saya untuk mengetahui alergi saya pada obat-obatan tertentu, jadi saya dapat mengurangi penderitaan saya setelah operasi. Tapi yang terpenting, Dia telah membawa ibu saya ke dalam kawanan domba-Nya.
> Luka saya setelah operasi kedua.
Kesimpulannya, semua penderitaan yang telah saya lalui menunjukkan kepada saya bahwa jalan Tuhan adalah jalan yang terbaik. Walaupun semua hal kelihatannya sulit pada awalnya, segala sesuatunya akan terlihat menjadi indah, apabila kita taat dan membiarkan Tuhan menentukan apa yang terbaik untuk kita. Dia juga yang akan menghibur dan membimbing kita selama proses tersebut, dan mengizinkan kita menyaksikan rencana-Nya yang indah di balik semua penderitaan kita.
Kiranya segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.