4. Anggaplah Suatu Kebahagiaan
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Lok Sze Chan – Edinburgh, Inggris
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, saya membagikan kesaksian ini. Pada bulan September 2018, setelah ulang tahun saya yang keempat puluh, saya didiagnosis menderita kanker yang sangat langka: tumor liposarcoma sepanjang tiga puluh sentimeter di perut saya. Tumor sarkoma muncul di jaringan lunak dan pengikat tubuh, seperti tulang, lemak, atau otot. Tumor saya kemungkinan berasal dari sebuah sel lemak yang berubah menjadi ganas.
MENGHADAPI YANG TIDAK DIKETAHUI
Sebelum saya mengetahui diagnosis ini, satu-satunya gejala yang saya alami adalah perut kembung. Saya pikir saya hanya bertambah berat badan, sampai ibu saya bertanya apakah saya hamil. Ini membuat saya sadar bahwa jika itu hanya lemak perut, perut saya akan terasa lembut dan lembek. Tetapi sebaliknya, perut saya terasa keras. Setelah tes kehamilan menunjukkan negatif, saya berkonsultasi dengan dokter yang mengarahkan saya untuk pemindaian ultrasound, karena ia mencurigai adanya kista ovarium.
Pemindaian ultrasound pertama menunjukkan indung telur saya sehat. Tetapi pemindaian kedua menunjukkan adanya gumpalan besar di sekitar ginjal kanan yang mendorongnya ke depan badan saya. Berita itu mengejutkan saya, dan ketika meninggalkan rumah sakit bersama suami saya, saya menangis. Tiba-tiba saya merasa takut dan cemas dengan masa depan saya. Tetapi yang terutama, saya menguatirkan kedua anak saya yang masih kecil, yang baru berusia tujuh dan sepuluh tahun saat itu.
Syukurlah, akhir pekan itu adalah awal KKR tahunan gereja di Edinburgh, dan temanya adalah “Percayalah Kepada Tuhan Dengan Segenap Hatimu.” Ketika memasuki aula gereja, saya melihat judul tersebut di spanduk dan saya merasakan rasa nyaman dan syukur yang mengalir deras. Seolah-olah Tuhan tahu apa yang saya butuhkan. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita harus mempercayai Tuhan dalam segala hal. Tetapi saat itu, kata-kata di spanduk itu begitu hidup bagi saya dan memberi makan jiwa saya di masa ketidakpastian yang sangat besar ini. Selama tiga hari kebaktian, saya dapat meletakkan kekuatiran dan beban saya di hadapan Bapa surgawi. Saya memperoleh penghiburan yang sangat saya perlukan.
Selama masa-masa sulit, kebanyakan orang Kristen cenderung merenungkan kehidupan dan iman mereka, memperbaiki segala kesalahan, dan lebih mendekat kepada Tuhan. Saya pun tidak berbeda. Tiga hari yang dihabiskan di rumah Allah adalah kesempatan yang baik untuk bercermin. Saya memohon pengampunan atas dosa dan kelemahan saya; memohon iman untuk dapat sepenuhnya percaya bahwa Dia membuat segala sesuatu bekerja untuk kebaikan anak-anak-Nya (Rm. 8:28); dan juga memohon kekuatan untuk percaya dan taat, serta menerima kehendak Bapa. Saya diingatkan bahwa Tuhan tahu apa yang saya alami, dan yang lebih penting, Dia tahu apa yang ada di depan. Sebuah ayat begitu berkesan bagi saya:
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yak. 1:2-3)
Kita seharusnya berbahagia karena dilayakkan untuk mengalami pencobaan, karena pencobaan inilah yang menyempurnakan iman kita. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menghadapi cobaan penyakit saya dengan sukacita dan keberanian, dan menganggap diri saya berbahagia.
MENEMUKAN KEDAMAIAN MELALUI IMAN
Dua minggu kemudian, saya menjalani CT scan yang menegaskan diagnosis adanya tumor sarkoma. Puji Tuhan, tidak ada tanda-tanda metastasis (penyebaran) ke kelenjar getah bening atau ke tempat lain.
Dengan diagnosis kanker langka yang tak terduga ini, saya tidak bisa berbuat apa-apa selain memanjatkan masalah ini di dalam doa. Setelah mencari definisi istilah “sarkoma” di internet, saya memutuskan untuk tidak meneliti lebih jauh. Saya akan menyerahkan masalah ini kepada Bapa surgawi, percaya bahwa hidup saya ada di tangan-Nya. Saya tahu kenyataannya menakutkan, tetapi saya juga percaya bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Tuhan. Saya berpegang pada keyakinan ini dan memohon jalan keluar kepada Tuhan sambil belajar menerima kehendak-Nya. Saya mengambil cuti sakit dari perusahaan, tetapi saya masih terus melakukan tugas-tugas gereja dan menghabiskan lebih banyak waktu dalam pengembangan rohani.
“Berita itu mengejutkan saya, dan ketika meninggalkan rumah sakit bersama suami saya, saya menangis. Tiba-tiba saya merasa takut dan cemas dengan masa depan saya.”
Satu pujian yang saya temukan dan sangat menghibur adalah Percayalah, [1, KR 373] khususnya di bait kedua, yang mengingatkan saya:
Janganlah takut, Dia jalan di depan,
Dia menuntunmu ke jalan yang benar;
Sumber air Mara Dia maniskan ‘tukmu,
yang pahit Dia minum di Getsemani
Selain itu, saya mendapatkan penghiburan besar dari sekelompok jemaat yang memulai doa khusus setiap harinya pukul 9 malam untuk mendoakan jemaat yang sakit, termasuk saya. Saat itu, beberapa jemaat di gereja saya juga didiagnosis menderita kanker. Setiap malam saya menantikan doa ini. Saya dan suami benar-benar merasakan kedamaian dan kekuatan, terlepas dari bagaimanapun keadaannya. Kami belum pernah mengalami kekuatan doa syafaat seperti ini sebelumnya. Kami merasa sangat diberkati mengetahui begitu banyak jemaat berdoa bersama untuk kami. Pesan ponsel, bunga, hadiah, dan kartu mulai mengalir dari keluarga, jemaat, dan teman-teman dari seluruh Inggris, menambah rasa damai, kasih, dan penghiburan bagi saya dan keluarga.
Pada tanggal 8 Oktober, saya menjalani biopsi. Sambil berbaring di tempat tidur untuk menjalani proses ini, kaki saya mulai gemetar. Tetapi hati saya tenang. Saya menemukan kedamaian dan kekuatan dalam menyanyikan lagu pujian dengan lantang dan berdoa dalam hati. Suami saya memegang tangan saya, berdoa dan terisak pelan. Dokter berusaha sampai enam kali untuk mendapatkan sampel jaringan. Pada dua upaya pertama, jarum tertekuk saat mencoba menembus tumor. Pada upaya ketiga dan keempat, dokter menggunakan jarum yang lebih tebal dan berhasil mendapatkan sampel kecil. Upaya kelima tidak berhasil tetapi juga yang paling menyakitkan. Dokter mengatakan bahwa sebaiknya dia berhenti karena dia melihat saya sangat kesakitan. Namun, saya memintanya untuk mencoba sekali lagi, dan pada upaya keenam ini, saya dan suami saya berdoa dengan nyaring dalam bahasa roh. Atas karunia Tuhan, dokter dapat memperoleh sampel yang banyak, dan saya tidak merasakan sakit sama sekali!
“Kita seharusnya berbahagia karena dilayakkan untuk mengalami pencobaan, karena pencobaan inilah yang menyempurnakan iman kita. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menghadapi cobaan penyakit saya dengan sukacita dan keberanian”
Empat hari kemudian, kami bertemu dengan ahli onkologi bedah untuk mengetahui langkah selanjutnya. Di ruang tunggu, saya bertanya kepada suami saya bagaimana perasaannya. Puji Tuhan, dia menjawab bahwa dia merasa tenang dan tahu bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kami menghadapi sesuatu yang tidak bisa kami tanggung. Setelah berbincang-bincang, ahli bedah memberitahu kami bahwa dia akan mengoperasi saya dan yakin bahwa dia dapat mengangkat seluruh tumor itu sekaligus. Dia menjadwalkan saya tanggal 24 Oktober, dua belas hari dari saat itu.
Melihat ukuran tumor, ahli bedah mengatakan bahwa operasi akan memakan waktu setidaknya enam jam dan saya akan memiliki bekas luka yang panjang. Meskipun ginjal kanan saya sehat, tetapi harus diangkat karena tumor telah tumbuh di sekitarnya, dan ada kemungkinan ovarium kanan dan sebagian dari usus saya pun harus diangkat. Terlepas dari informasi ini, saya dan suami merasa sangat lega, gembira, dan bersyukur! Bahkan ketika ahli bedah menjelaskan risiko yang terkait dengan operasi besar seperti itu dan waktu pemulihan yang lama setelahnya, kami tidak merasa kuatir. Kami telah berdoa mohon jalan keluar, dan Tuhan telah menjawab doa kami dan saudara-saudara seiman kami.
JANGAN TAKUT, KARENA AKU BERSAMAMU
Selama doa di gereja pada hari Sabat sebelum operasi, saya bertanya kepada Bapa surgawi apakah Dia akan memegang tangan saya atau memeluk saya selama operasi dan mengirim malaikat-Nya untuk mengelilingi dan melindungi saya. Malam itu, seorang rekan kerja gereja mengirim sebuah ayat Alkitab ke grup WhatsApp kami, yang memberi saya penghiburan dan dorongan yang luar biasa. Dia mengutip dari Mazmur 91:11, “sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.”
Pada tanggal 24 Oktober, pukul 09:30, saya masuk ke ruang anestesi Western General Hospital. Hati saya merasa benar-benar damai dan bahkan sedikit bersemangat! Saya tahu bahwa hidup saya ada di tangan Tuhan, dan saya tidak perlu takut. Saat petugas bersiap untuk menyuntik tulang belakang saya dengan spinal block, saya menyanyikan lagu Percayalah dengan keras dan mereka terkejut bahwa saya tidak merasakan sakit sama sekali.
“Hati saya merasa benar-benar damai dan bahkan sedikit bersemangat! Saya tahu bahwa hidup saya ada di tangan Tuhan, dan saya tidak perlu takut.”
Yang saya ingat kemudian adalah ketika saya dibawa keluar dari ruangan operasi pasca operasi, sekitar pukul 13.30 saya ingat para ahli bedah mengatakan kepada saya bahwa operasi telah berjalan dengan baik, dan hanya memakan waktu empat jam karena mereka tidak perlu mengangkat organ lain selain tumor dan ginjal kanan.
Meskipun saya masih linglung karena baru bangun dari anestesi, saya ingat merasa sangat terharu dan kagum akan anugerah dan kasih Tuhan yang luar biasa. Saya ingin menangis dan memuji Tuhan karena Dia telah menjawab semua permohonan saya: Dia memberi saya jalan keluar dalam bentuk operasi; Dia membiarkan organ saya yang lain tidak tersentuh; Dia melindungi saya sepanjang proses dengan menghilangkan rasa takut dan memberi saya kedamaian, dan Dia mengizinkan saya untuk membuka mata lagi setelah operasi.
Sdri. Lok Sze dan keluarga, pada
kebaktian ucapan syukur tahun baru 2019,
2 bulan setelah operasi.
Beberapa hari kemudian, saya mengetahui bahwa rekan-rekan pasien lain di Bangsal Ketergantungan Tinggi Bedah juga mengalami spinal block, tetapi mereka mengalami rasa sakit dengan berbagai intensitas kesakitan yang parah, sedangkan saya tidak merasakannya. Ini adalah kesaksian tambahan tentang kemurahan Tuhan.
Saya dirawat di rumah sakit selama delapan hari, tanpa komplikasi apa pun. Setelah itu, pemulihan pun berjalan lancar. Karena tumor belum menyebar, saya tidak memerlukan kemoterapi atau radioterapi tambahan. Saya hanya perlu melakukan CT scan setiap enam bulan selama sepuluh tahun ke depan, sekaligus pemeriksaan tahunan (medical check-up).
Ketika saya pertama kali berkonsultasi dengan dokter tentang perut kembung, saya juga memiliki tanda berwarna gelap di satu jari kaki. Dokter mencurigai kemungkinan kanker kulit dan merujuk saya ke klinik dermatologi. Kami memutuskan untuk tidak menceritakan ini dengan keluarga besar kami sampai hasil diagnosis keluar, karena perihal tumor sudah cukup membuat mereka kuatir. Sebaliknya, kami menambahkan perkara ini ke dalam doa kami. Sekitar sebulan setelah operasi tumor sarkoma, saya mengunjungi dokter kulit. Puji Tuhan, setelah beberapa menit pemeriksaan, ternyata bekas gelap itu hanyalah gumpalan darah yang nantinya akan hilang. Sekali lagi, saya merasa sangat terharu dan kagum akan belas kasihan Tuhan.
Setelah cuti satu tahun untuk memulihkan fisik dan mental, saya kembali bekerja. Majikan saya dengan simpatik mengatur rencana untuk dapat membantu saya kembali secara bertahap. Sekarang saya menyadari bahwa memiliki kesehatan untuk bekerja adalah berkat dari Tuhan dan bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.
Tumor itu beratnya tiga kilogram, yang merupakan berat anak saya ketika dia lahir! Saya mendapatkan empat puluh staples logam untuk menyatukan sayatan bedah. Banyak yang sulit percaya bahwa tumor dengan ukuran dan berat sebesar itu pernah tumbuh dalam diri saya. Namun, kenyataan yang sulit dipercaya ini menunjukkan kuasa Tuhan yang Maha Kuasa. Dan sekarang, bekas luka ini selalu mengingatkan saya akan anugerah, kasih, dan belas kasihan-Nya yang luar biasa bagi saya dan keluarga saya.
Banyak saudara mengingatkan saya akan keindahan firman Tuhan dengan mengirimkan ayat sebagai penyemangat. Satu ayat yang sangat saya ingat setiap hari sejak diagnosis adalah dari Yesaya 41:10:
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Kiranya segala pujian, kemuliaan, dan kehormatan hanya bagi Bapa surgawi kita! Amin.
[1] Oleh Paul Rader (1879–1938).