Saat Keadaan Memanas, Kita Tidak Akan Takut
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
FF Chong – London, Inggris
Saat Keadaan Memanas, Kita Tidak Akan Takut
Sinar matahari yang berkepanjangan dapat menyebabkan tubuh menjadi kepanasan dan kulit terbakar. Lebih parah lagi, sinar matahari dapat merusak kulit, bahkan menyebabkan kanker kulit. Namun banyak orang masih tetap memilih untuk disengat oleh panas matahari. Sebagian melakukannya untuk hal yang fana, seperti menggelapkan kulit demi penampilan yang eksotis. Sementara yang lainnya melakukannya demi dapat bertahan hidup, mereka bekerja keras di bawah teriknya matahari.
Secara alami, panas yang terjadi pada waktu kekeringan dapat menyebabkan kerusakan. Tanpa air, tanaman hijau akan mengering (Ref. Kej. 41:6, 23). Nampaknya setiap bentuk kehidupan tidak pernah terlepas dari pengaruh matahari. Dan tidak banyak yang dapat bertahan di bawah ganasnya tekanan alam.
Hari ini, banyaknya bencana kelaparan yang terjadi karena musim panas yang berkepanjangan dan suhu panas yang tak terduga di berbagai bagian dunia menggenapi nubuat Yesus tentang datangnya bencana menjelang kedatangan-Nya yang kedua (Mat. 24:7; Mrk. 13:8; Luk. 21:11). Selain fenomena alam, bencana-bencana ini juga dapat merujuk kepada masalah-masalah di dalam komunitas gereja. Intensitas masalah akan bertambah seiring bertambah rentannya gereja terhadap penyesatan dan sekularitas dunia.
Walaupun demikian, nabi-nabi Perjanjian Lama senantiasa meyakinkan umat Allah agar tidak takut akan datangnya panas karena Tuhan akan menyediakan tempat berteduh yang kita butuhkan. Allah yang kita sembah adalah Tuhan atas kehidupan; jadi Ia mempunyai kuasa untuk memimpin kita menapaki jalan tersulit dalam hidup, dan dunia yang senantiasa berubah dan tak terduga. Namun, ada beberapa kondisi yang harus kita penuhi untuk dapat menerima dan tetap berada dalam berkat ini. Dengan memenuhi kondisi-kondisi ini, bukan saja akan memelihara hubungan kita dengan Allah, tetapi lebih penting lagi, juga memperkuatnya.
TETAP BERADA DALAM KESELAMATAN ALLAH
Ada banyak nubuat mengenai penyelamatan Allah atas umat pilihan-Nya. Salah satunya adalah pada waktu Allah berkenan (Yes. 49:8). Secara rohani, ketika waktu itu tiba, orang-orang yang percaya kepada Allah akan dibebaskan dari setiap belenggu. Mereka akan memperoleh makanan di mana pun mereka berada; bahkan di bukit gundul sekali pun (Yes. 49:9), seperti di tempat di mana apapun tidak dapat tumbuh. Di bukit gundul itu, mereka benar-benar terpapar oleh panasnya matahari. Tetapi oleh karena kasih karunia Allah, panas itu tidak menjadi ancaman bagi mereka (Yes. 49:10b). Mereka menikmati perlindungan yang sama seperti perlindungan tiang awan pada generasi yang keluar dari Mesir (Kel. 13:22).
Panas dapat melambangkan ujian, pencobaan, dan godaan. Selama mereka berada di bawah naungan sayap-Nya, umat pilihan Allah akan senantiasa terlindung dari “panas”nya setiap keadaan sukar. Yang dikatakan Yesaya bahkan lebih mencengangkan: angin hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka (Yes. 49:10b). Allah akan membawa mereka ke sumber-sumber air (Yes. 49:10c). Apabila umat pilihan sepenuhnya berada dalam perlindungan Tuhan, anugerah Allah yang berlimpah cukuplah bagi mereka untuk dapat menghadapi setiap keadaan hidup, baik itu dalam suka maupun duka.
Nubuat ini digenapi ketika Allah mendirikan gereja-Nya pada saat pencurahan Roh Kudus. Anugerah Allah dicurahkan pada masa gereja awal. Walaupun Iblis menyerang gereja dengan gencar dan berusaha menghancurkannya melalui penguasa yang berwenang, pekerjaan keselamatan tidak dapat dirintangi. Tuhan melindungi gereja di tengah pencobaan yang hebat. Oleh sebab itulah Petrus terus menguatkan jemaat untuk menantikan keselamatan yang akan datang di tengah penganiayaan (Ref.
Bagaimanapun juga, pencobaan akan terus meningkat, terkhususnya menjelang kedatangan Kristus yang kedua kali (Ref.
MENCUCI JUBAH KITA
Ancaman terbesar yang akan dihadapi gereja dan jemaatnya adalah kesusahan besar (Why. 7:14). Setelah meterai keenam dibuka, empat malaikat yang berdiri di empat sudut dunia untuk sementara waktu dilarang untuk mencelakai bumi, laut, dan pepohonan (Why. 7:1-3). Tugas mereka menghancurkan ditunda untuk dapat melakukan pekerjaan pemeteraian pada hamba-hamba Allah. Meterai ini memungkinkan mereka untuk menerima kemenangan, dan kemudian berkumpul untuk menyaksikan pekerjaan keselamatan Allah (Why. 7:9-10). Mereka semua berpakaian jubah putih di hadapan takhta. Jubah ini melambangkan sikap dan karakter mereka. Mereka telah mencuci jubah mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka menguduskan diri melalui pembasuhan darah Anak Domba (Why. 7:13-14, 12:11a). Dengan diri mereka dikuduskan, mereka beroleh jalan masuk kepada Tuhan. Dan mereka melayani Dia siang dan malam dalam Bait Suci-Nya (Why. 7:15). Kehidupan mereka berpusat pada Allah dan pekerjaan mereka bagi-Nya. Sebagai balasannya, mereka mengalami hadirat Allah di tengah-tengah mereka. Allah memilih untuk menyertai mereka.
Allah akan menerima dan menghargai kita jika kita memenuhi standar persyaratan kesucian dan kesalehan. Dengan demikian, kita tidak akan lagi mengalami kelaparan dan kehausan rohani (Why. 7:16a). Dalam hadirat Allah, jiwa kita akan senantiasa dipuaskan dan diri kita tidak akan pernah mengalami kehampaan. Walaupun akan ada saat di mana kita merasa tidak mampu atau putus asa, Allah akan selalu hadir bersama kita untuk melepaskan dahaga kita dengan kuasa Roh Kudus.
Ketiadaan Allah dalam hidup seseorang adalah sebuah masalah besar. Walaupun seseorang berusaha menutupinya, rasa ketidakpuasan yang berakar pada keterasingan dari Allah akan tetap ada. Kesulitan-kesulitan hidup akan memperkuat perasaan ini. Tanpa perlindungan Allah, manusia akan selalu terpapar penuh pada panasnya pencobaan.
Pengujian dan pencobaan memang tidak dapat terhindarkan. Malah, inilah cara bagi kita untuk memperoleh jalan masuk ke dalam kerajaan Allah (Kis. 14:22). Namun tidak seperti orang-orang yang tidak percaya, kita mempunyai Allah. Kalau kita mengizinkan Allah menggembalakan kita, maka hasilnya akan luar biasa: Allah akan menuntun kita kepada-Nya, sumber air yang hidup (Why. 7:17). Kepemimpinan Allah bukan saja menunjukkan hadirat-Nya, tetapi juga kedekatan yang kita miliki dengan-Nya. Dengan kedekatan ini, tidak akan ada lagi air mata. Dosa mendatangkan maut, tetapi dalam hubungan kita yang bebas dari dosa, tidak ada lagi kematian. Dan kita akan menikmati hidup yang kekal (Yes. 25:8).
PERCAYA DI DALAM DIA
Agar Allah memimpin kita, kita harus percaya kepada-Nya. Bagaimanakah caranya? Kepercayaan ini bukan hanya sekedar ditunjukkan oleh rutinitas kita membaca Alkitab dan berdoa kepada-Nya. Di masa hidup Yesaya, terdapat sebagian orang yang doa dan persembahannya ditolak oleh Allah (Yes. 1:12-15). Malah, persembahan dan ibadah mereka menjadi kejijikan di mata Allah. Semakin mereka beribadah, semakin menyala-nyala murka Allah kepada mereka.
Nabi Yesaya pernah berkata bahwa orang yang percaya kepada Tuhan akan diberkati… Ia tidak akan takut apabila panas terik melanda (Yer. 17:7-8). Orang demikian seumpama pohon yang ditanam di tepi air, yang menjalarkan akarnya di tepi sungai. Inilah hidup orang yang percaya kepada Allah – ia tetap berdiri teguh di tengah panas yang menyengat.
Bagaimanakah caranya agar seseorang dapat terhindar dari akibat buruk yang ditimbulkan pencobaan dan penganiayaan? Pemazmur, dalam Mazmur 1 memberikan langkah-langkah bagaimana kita dapat mencapai tingkat kerohanian yang dibutuhkan, agar dapat bertahan menghadapi kekuatan penuh dari berbagai pengujian yang terjadi dalam kehidupan kita.
Pertama, perlu ada keinginan untuk memisahkan diri dari yang jahat. Anak-anak Allah seharusnya tidak mengambil bagian dalam kejahatan, dosa, dan cemoohan (Mzm. 1:1). Hal ini perlu dilakukan agar kita tidak tercemar oleh apa yang najis. Mungkin kita memanggil nama Tuhan ketika kita bersama-sama dengan anak-anak Allah lainnya. Tetapi ketika ibadah selesai, perilaku kita mungkin tidak berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Sikap seperti ini tidaklah berkenan di hadapan Allah. Hidup dengan standar ganda akan memicu murka Allah; kita tidak dapat mengharapkan pertolongan Tuhan akan datang di waktu kita membutuhkannya.
Kedua, kita berusaha membangun hubungan dengan Allah, dengan membangun kesukaan kita atas firman Allah (Mzm. 1:2). Kita bisa mencapai tingkat kecintaan akan Firman Allah seperti ini jika kita bertekad untuk mengubah diri kita yang buruk menjadi baik, mengizinkan Roh Kudus bekerja menghadapi keinginan dosa dan perilaku kotor kita. Setelah ini dicapai, tidak ada yang dapat menghalangi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Saat sifat lama kita telah musnah, Allah akan senantiasa menyertai kita, dan kesukaan kita pada firman-Nya akan semakin bertambah kuat.
Merenungkan firman-Nya setiap hari dapat membantu kita membangun lebih lanjut kecintaan kita akan firman-Nya. Setelah kita mengecap betapa baiknya firman Tuhan, kita pun akan semakin kuat menginginkannya. Tetapi keinginan ini tidak mudah diperoleh. Pemazmur menuliskan bahwa dirinya, “merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mzm. 1:2b) Kata “merenungkan” berarti mengatakan firman Allah kepada dirinya sendiri. Selalu ada kebutuhan bagi kita untuk membicarakan firman Allah kepada diri sendiri. Ini adalah pilihan, yang secara sadar dapat kita lakukan untuk mengajar diri sendiri. Di tingkat rohani mana pun, penting bagi kita untuk mengajarkan diri sendiri akan firman Tuhan dengan cara ini, selain dari pengajaran yang kita terima dari orang lain dan juga dari gereja. Mengajarkan diri sendiri ini kita lakukan dengan tujuan mengingatkan diri kita untuk memegang firman Tuhan.
Mengingatkan diri sendiri adalah hal yang baik. Kalau kita memelihara hati yang murni di hadapan Allah, firman-Nya akan bekerja di dalam diri kita (Ref. Luk. 8:15). Apabila dalam hidup kita dapat menjamah Allah, seperti akar pohon yang menyentuh air, panas terik musim panas tidak akan melukai kita. Allah akan ada di sisi kita untuk menyejukkan dan melegakan dahaga kita. Kita memiliki saluran untuk senantiasa mengambil sumber ilahi ini, sehingga rohani kita tetap sehat dan terpelihara. Hati kita secara ajaib akan dipelihara dalam damai sejahtera Allah (Ref. Flp. 4:6-7). Kuasa Allah akan turun atas kita.
Kita pun tidak akan pernah kehabisan buah (Mzm. 1:3); kita akan tetap dapat meneruskan anugerah Allah kepada orang lain, walaupun kita sendiri menghadapi pengujian dan pencobaan. Satu teladan dalam Alkitab adalah pemenjaraan Paulus. Penahanan Paulus malah menjadi kemajuan Injil – ia memberitakan Injil kepada seluruh istana. Kuasa Allah meluap dari Paulus menjadi dorongan motivasi bagi saudara-saudara di Filipi. Seluruh jemaat dikuatkan dalam iman dan semangat mereka tidak padam (Flp. 1:13-14).
BERSIAP MENGHADAPI KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALINYA
Ketika kepercayaan kita pada Allah didasarkan pada pengejaran akan kesalehan, Roh Kudus akan memampukan kita melakukan apa yang benar. Orang yang demikian akan menjadi sangat peka terhadap dosa, semakin mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi sepenuhnya dibentuk oleh firman-Nya. Hidupnya tidak akan terseret oleh arus dunia yang menyesatkan. Dunia akan semakin bertambah rusak, tetap hidupnya justru semakin penuh dengan kebenaran Allah. Hidupnya berkebalikan dengan dunia sekuler yang ada di sekitarnya.
Hidup seperti inilah yang seharusnya menjadi tujuan utama kita yang sesungguhnya sebelum kedatangan Kristus kedua kalinya. Petrus menekankan pentingnya memiliki sikap yang benar, karena suatu saat nanti dunia akan dihanguskan oleh api yang bernyala-nyala. Karena itu kita perlu menyelidiki sifat-sifat tersembunyi yang ada di dalam diri kita. Dan kita harus menyinarkan terang Allah dari lubuk hati kita yang paling dalam, dan dengan tulus merenungkan sikap hidup kita (2Ptr. 3:11). Dengan melakukan hal ini akan membantu kita tetap fokus pada kebenaran Allah dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan kita.
Persiapan individu seperti ini akan menjadi persiapan kolektif dalam menyambut kedatangan Kristus, dengan adanya kesadaran dan doa secara rutin yang menjadi kebiasaan jemaat. Dengan demikian, teladan gereja para rasul akan digenapi dalam gereja kita, sehingga bukan lagi sekadar idealisme teologis yang terbatas pada halaman-halaman Alkitab. Iman dan kasih dalam gereja mula-mula yang dikehendaki Allah juga akan ditemukan dalam diri kita, gereja sejati di akhir zaman – gereja Allah yang sempurna di mana kebenaran berdiam di dalamnya (Ref.
KESIMPULAN
Menghadapi panas terik siang hari tidak dapat kita hindari dalam hidup ini. Petrus memberitahukan bahwa pencobaan berat yang dihadapi jemaat adalah hal yang lumrah (1Ptr. 4:12). Alkitab menjelaskan bagaimana kita dapat bertahan menghadapinya. Pertama, kita harus tinggal dalam keselamatan Allah, berapa pun harga yang harus dibayar. Ini mengharuskan kita tetap berada dalam gereja Allah, karena di gerejalah ada keselamatan (Yes. 46:13). Kedua, kita harus mencuci jubah kita menjadi putih, agar Allah menyertai kita. Kesucian ini memungkinkan kita untuk memegang perintah-perintah Allah.
Selain ketekunan pribadi, kepercayaan kita pada Allah adalah hal mendasar yang akan membantu kita bertahan di tengah panas teriknya kesengsaraan hidup. Percaya berarti lepas dari segala hal yang tidak benar. Apabila kita tekun merenungkan firman-Nya, kuasa Allah akan membukakan jalan bagi kita sehingga kita dapat mendekat kepada-Nya. Dengan kuasa-Nya, tidak ada yang dapat menghalangi kita untuk berjalan dalam kebenaran dan tetap teguh berdiri dalam situasi apapun yang kita hadapi. Maka kita akan dapat mencapai kebenaran, tujuan utama kita. Hidup di dunia, dengan kenikmatannya yang fana dan kesengsaraannya yang tidak terhindarkan, tidak akan dapat merintangi perjalanan kita menuju rumah di surga. Dari tingkatan individu sampai jemaat, kita semua akan siap menyambut kedatangan Kristus kedua kalinya.