Nyanyian Kemenangan
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Manna 12
Nyanyian Kemenangan
Paulus, seorang hamba Allah, rasul Yesus Kristus, telah melayani Tuhan dengan setia sejak hari pertobatannya sampai saat kematiannya. Dalam pelayanannya, ia telah mengalami banyak penderitaan. Tetapi walaupun ia menghadapi banyak bahaya, penganiayaan, dan sering dipenjarakan, Paulus tetap setia memelihara firman Allah sampai hari kematiannya. Itulah sebabnya Paulus dapat menyanyikan lagu kemenangan yang begitu indah sebelum dia meninggal:
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya.” (2Tim. 4:7-8)
Aku Telah Mengakhiri Pertandingan Yang Baik
Jalan menuju Kerajaan Surga bukanlah jalan yang mudah ditempuh. Kita harus bertempur melalui banyak peperangan rohani, sebelum kita dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Seperti yang Tuhan Yesus katakan, kita semua harus memikul salib kita masing-masing. Dalam suratnya, Paulus menasihatkan Timotius untuk bertanding dalam pertandingan iman yang baik. Pertandingan yang diinginkan oleh Paulus supaya diusahakan oleh Timotius bukanlah peperangan biasa, yang terdiri dari darah dan daging. Tetapi, melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia, dan roh-roh jahat (1Tim. 1:18; Ef. 6:12).
Ada beragam peristiwa yang tercatat dalam Alkitab di mana orang-orang kenamaan seperti Daniel dan Yusuf berjuang dalam peperangan yang hebat. Namun ada juga yang jatuh terpuruk. Misalnya, Lot kehilangan segalanya, dan bahkan istrinya, dalam peperangan rohani. Contoh lainnya adalah Simson. Bukan saja ia kehilangan matanya yang dicungkil oleh musuh-musuhnya, tetapi pada akhirnya ia pun binasa bersama-sama orang-orang Filistin di antara reruntuhan.
Peperangan rohani harus dilakukan dengan Allah di pihak kita agar kita dapat mengalahkan musuh-musuh kita. Dalam peperangan di Rafidim, Musa menyuruh Yosua untuk memilih orang-orangnya pergi berperang melawan orang Amalek. Musa kemudian berdiri di atas bukit dengan tongkat Allah di tangannya. Jadi Yosua memerangi orang Amalek, sedangkan Musa, Harun dan Hur naik ke atas bukit. Selama peperangan, ketika Musa mengangkat tangannya, Israel menang; dan ketika dia menurunkan tangannya, orang Amalek menang. Tetapi tidak lama kemudian tangan-tangan Musa menjadi lelah; maka mereka mengambil sebuah batu dan meletakkannya di bawahnya dan dia duduk di atasnya, sementara Harun dan Hur masing-masing menopang tangan-tangan Musa di sisinya. Maka tangan-tangan Musa menjadi kokoh sampai terbenamnya matahari. Yosua berhasil mengalahkan orang Amalek dengan pertolongan Tuhan.
Sebelum memulai pelayanan-Nya, Tuhan Yesus telah berperang tiga kali dan menang. Setelah Tuhan berpuasa selama empat puluh hari, Dia menjadi lapar. Lalu iblis mencobai Dia dan berkata: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Lalu iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Kemudian dia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus menjawabnya, kata-Nya: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. (Luk. 4:2-13).
Memberitakan Injil merupakan salah satu bentuk peperangan rohani. Kepada mereka yang memberitakan Injil, Paulus mengutip Kitab Suci, “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rm. 10:15)
Aku Telah Mencapai Garis Akhir
Baris kedua dari nyanyian kemenangan Paulus adalah “Aku Telah Mencapai Garis Akhir”. Ini berarti bahwa setelah seseorang dibaptis, masih ada hal yang harus dia selesaikan. Bagi sebagian orang, garis akhir ini mungkin terasa begitu panjang dan tidak mulus; sedangkan bagi sebagian orang lainnya mungkin terasa pendek dan lancar. Bagaimana pun garis akhirnya, orang yang bertanding harus dapat menyelesaikan pertandingan. Baptisan hanyalah langkah awal dari keselamatan. Setelah baptisan, kita masih perlu mengerjakan kemajuan rohani dengan bersandarkan pertolongan Roh Kudus, agar jangan sampai kita jatuh ke dalam pencobaan. Meskipun dosa-dosa kita telah diampuni setelah baptisan, namun tubuh kita masih rentan terhadap dosa. Paulus sepenuhnya menyadari hal ini. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus dia berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1Kor. 9:27).
Kita harus terus berjalan maju dalam perjalanan iman kita menuju Kerajaan Surga. Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang membajak tetapi menoleh ke belakang, ia tidak layak masuk ke dalam Kerajaan Allah. Paulus memahami hal ini tidak lama setelah Tuhan memanggilnya. Dia pun menetapkan Yesus Kristus sebagai tujuan utamanya. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus, Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil. 3:12-14)
Petrus adalah contoh lain yang bisa kita teladani. Dia setia mengikuti Tuhan sampai kematiannya. Dalam masa pelayanan Yesus, banyak orang mengikuti Dia karena makanan. Ketika Tuhan tidak melakukan mujizat lagi dengan menyediakan makanan bagi mereka, satu demi satu meninggalkan-Nya. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yoh. 6:68).
Musa juga memberi teladan yang baik dalam melayani Tuhan Allah dengan setia sampai akhir hidupnya. Musa berkata kepada orang-orangnya sebelum mereka masuk ke tanah perjanjian, “Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun; aku tidak dapat giat lagi, dan TUHAN telah berfirman kepadaku: Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.” (Ul. 31:1-2)
Dalam perjalanan kita menuju kerajaan surga, kadangkala kita dapat merasa lelah. Karena itu kita membutuhkan Roh Kudus dan kebenaran-Nya untuk menguatkan kita. Nabi Elia pernah mengalami kemunduran rohani saat ia melarikan diri karena dikejar-kejar oleh orang-orang Izebel. Dia memohon Tuhan untuk mengambil nyawanya karena merasa dirinya tidak lebih baik daripada nenek moyangnya. Kemudian dia berbaring di bawah pohon ara dan tertidur. Tetapi Tuhan mengutus malaikat kepadanya, membawakan roti dan air, lalu membangunkannya untuk makan dan minum. Setelah makan dan minum, Elia dikuatkan dan dia terus berjalan selama empat puluh hari empat puluh malam sampai dia tiba di Horeb, gunung Allah (1Raj. 19:1-7). Demikian pula, kita membutuhkan bantuan Roh Kudus dan kebenaran-Nya untuk menyelesaikan garis akhir kita.
Aku Telah Memelihara Iman
Membangun usaha di dalam dunia bukanlah perkara yang mudah. Tetapi menjalankan usaha hingga berhasil jauh lebih sulit lagi. Ini juga berlaku dalam pemberitaan Injil. Seringkali kita merasa sangat sulit untuk menginjili seseorang, dan setelah orang itu dibaptis, kita merasa bahkan lebih sulit lagi untuk memelihara imannya. Tuhan mengetahui kelemahan manusia ini. Karena itu, Dia berbicara kepada Penatua Yohanes di Pulau Patmos, menyuruhnya untuk berpegang teguh pada apa yang dia miliki, agar tidak ada yang bisa merebut mahkotanya (Why. 3:11).
Salah satu cara untuk memelihara iman kita adalah dengan membiarkan firman Kristus diam dengan segala kekayaannya di dalam diri kita. Seperti yang telah dinasihatkan Paulus kepada jemaat di Kolose (Kol. 3:16). Jika kita memiliki firman Tuhan di dalam diri kita, kita dapat bertahan dalam ujian dan pencobaan sama seperti yang dilakukan Tuhan saat Ia menghadapi pencobaan si iblis. Penulis surat Ibrani menasihatkan kita untuk lebih memperhatikan apa yang telah kita dengar, agar kita jangan sampai terbawa arus. Selain itu, penulis menasihati kita juga untuk tidak meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah, seperti kebiasaan beberapa orang, melainkan saling menasihati, dan terlebih lagi kita harus melakukannya dengan lebih giat lagi karena kita tahu bahwa hari kedatangan Tuhan yang kedua sudah semakin dekat.
Hal berikutnya yang dapat kita lakukan adalah bersabar, seperti yang dinasihatkan oleh Yakobus, “Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (Yak. 5:7-8) Ayub mengalami pencobaan yang sangat besar. Dia telah kehilangan segalanya, termasuk anak-anaknya yang berharga, dalam sehari. Namun dia berpegang teguh pada Tuhan dan mampu mempertahankan imannya. Pada akhirnya Tuhan memberkati dia berlipat ganda (Ayb. 42:10).
Akhir kata, kita harus tetap kuat di dalam Tuhan dan memakai seluruh perlengkapan senjata Tuhan untuk melawan godaan apa pun, dan juga berpegang teguh pada apa yang kita miliki sampai Tuhan datang kembali. Paulus yakin bahwa mahkota kebenaran akan diberikan kepadanya setelah dia berjuang dengan baik, menyelesaikan garis akhir dan memelihara iman. Kita juga akan memperoleh mahkota kebenaran dari Tuhan jika kita setia sama seperti Paulus: berjuang dengan baik, menyelesaikan garis akhir dan memelihara iman sampai akhir. Maka kita akan dapat menyanyikan lagu kemenangan sama seperti Paulus ketika hidup kita berakhir. Bukankah kita seharusnya merenungkan dengan sungguh-sungguh akan hal ini?