Jangan Terhimpit Oleh Dunia
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Jeffrey Lin—Seattle, Washington, AS
JANGAN TERHIMPIT OLEH DUNIA
Perumpamaan tentang penabur menceritakan mengenai empat jenis tanah: di tepi jalan, berbatu-batu, bersemak duri, dan tanah yang baik. Ini menggambarkan perbedaan hati manusia dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi ketika kita menerima dan menyimpan firman Tuhan (Luk. 8:4-15). Sebagai orang percaya, kita tentunya telah mendengarkan firman, menyimpannya, dan membiarkan firman itu berakar di dalam hati kita. Dengan demikian kita tidak akan menghubungkan diri kita dengan dua contoh tanah yang pertama (Luk. 8:12-13). Namun, selama hidup di dunia, kita secara alami dapat terpapar pada berbagai “semak duri” yang ada di sekitar kita. Mari kita periksa potensi bahaya apa saja yang mungkin kita hadapi dalam kehidupan rohani, sehingga kita dapat beroleh hati yang bijaksana dan dapat mengatasi cobaan serta ujian dari tanah yang bersemak duri.
BENIH DI TENGAH SEMAK DURI
“Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.” (Luk. 8:7)
Seperti halnya benih, semak duri juga perlu waktu untuk bertumbuh. Ayat ini menyebutkan bahwa “semak itu tumbuh bersama-sama. Menjadi sebuah peringatan yang jelas bagi kita, bahwa semak duri bukan hanya tumbuh ketika kita jauh dari firman Tuhan, namun bahkan ketika kita telah memiliki firman Tuhan di dalam hati kita.
Hati kita dapat digambarkan seperti sebuah lahan yang luasnya terbatas. Lingkungan di sekitar kita, pilihan gaya hidup kita, dengan siapa kita bergaul, keputusan yang kita ambil, seluruhnya merupakan faktor yang secara langsung berdampak pada kehidupan rohani kita. Jika setiap harinya kita meluangkan banyak waktu bersama Tuhan, melalui doa dan merenungkan firman-Nya, kita sedang menumbuhkan benih dan memberinya lebih banyak tempat dalam hati kita untuk bertumbuh. Jika kita tidak meluangkan waktu untuk menumbuhkan benih firman Tuhan setiap harinya, kita sedang memberikan tempat bagi semak duri untuk bertumbuh dan berkembang. Demikianlah jika kita hanya meluangkan waktu yang sangat sedikit bagi Tuhan, kita harus waspada akan semak duri yang juga ikut bersaing menguasai lahan hati kita. Sama seperti semak duri bertumbuh bersama benih, jika kita tidak berhati-hati maka hal-hal di dunia ini dapat memikat kita, tidak peduli seberapa kuatnya rohani kita.
MENGENALI SEMAK DURI KITA
“Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.” (Luk. 8:14)
Yesus mendefinisikan semak duri sebagai “kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup”, yang dapat menjadi hal yang lebih penting bagi kita daripada firman Tuhan. Sebelum kita dapat mencabut semak duri, maka kita perlu mengenal serta mengetahui semak duri apa saja yang dapat tumbuh di dalam hati. Hal ini akan sangat membantu kita untuk mengetahui apa yang perlu kita perbaiki dan tingkatkan.
Kekuatiran Dunia
Kekuatiran dunia menyebabkan kecemasan yang berlebih, baik itu masa depan, karir, jodoh, ataupun hal-hal yang kita kuatirkan. Kekuatiran dapat menjatuhkan kehidupan rohani kita, khususnya jika kita memutuskan suatu perkara tanpa melibatkan Tuhan. Hidup manusia tidak terlepas dari kekuatiran. Tetapi, setiap kali kita gelisah, kita harus mencari Yesus dan mengarahkan pikiran kita kepada-Nya. Langkah pertama menuju pikiran yang bebas dari kecemasan adalah memberikan hidup kita kepada-Nya dan membiarkan Dia mengambil kendali (Ams. 3:5-6). Cara hidup yang berpusat pada Tuhan akan membantu kita membangun kepercayaan kepada Tuhan, yang akan mengurangi kekuatiran kita. Ketimbang melihat masalah-masalah kita, sebaliknya kita dapat berfokus pada janji-janji Tuhan, dan menemukan rasa aman di dalam Dia.
KEKAYAAN YANG MENYESATKAN DAN MENGGODA
“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan , ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1Tim. 6:9-10)
Dunia dan orang-orang di sekitar kita seringkali berfokus pada penghasilan, pendapatan, dan pencapaian keberhasilan. Semua manusia ingin berjuang menjadi lebih baik, untuk memiliki hidup yang lebih nyaman. Hal demikian memang tidaklah salah, tetapi kita perlu menilai apakah hal yang kita kejar tersebut merupakan kebutuhan, atau hanya sekedar keinginan pribadi. Kita mungkin mengikuti kebaktian, berdoa, dan membaca Alkitab, namun jika keinginan kita diprioritaskan di atas iman, kita sedang memberikan ruang bagi semak duri untuk bertumbuh. Ketekunan sejati dalam kehidupan rohani kita memiliki manfaat yang lebih besar. Artinya, kita perlu waspada akan pengejaran pribadi kita yang dimotivasi oleh keinginan, keserakahan, atau dorongan, dan kita mau berjuang untuk hidup “bijaksana, adil dan beribadah.” (Tit. 2:12)
Keinginan akan Kenikmatan Hidup
“Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.” (Ef. 4:22)
Ketika kita mengejar hal-hal untuk menyenangkan kita ketimbang menyenangkan Tuhan, kita akan mulai membenarkan tindakan kita. Akhirnya, akar nafsu kita akan bertumbuh semakin dalam, dan tanpa kita sadari akan menjadi suatu naluri. Kebutuhan untuk memuaskan nafsu akan menjadi semakin kuat, seiring rasa peka kita terhadap dosa menjadi semakin mati. Sebagai manusia, kita tidak dapat menghindari nafsu dan seumur hidup kita akan terus berperang dengannya. Namun ingatlah, Tuhan Yesus juga pernah menjadi manusia (Ibr. 4:15), dan Dia sanggup mengatasi nafsu tersebut pada waktu Dia hidup di dunia. Dialah bukti nyata bahwa nafsu dapat dikalahkan selama kita berjalan dalam Roh (Gal. 5:16). Berjalan dalam Roh berarti kita bersandar pada Roh Kudus untuk memperbarui dan menyucikan kita setiap hari. Jika kita mau mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiarkan Roh-Nya terus memperbarui kita, kita akan menyadari bahwa nafsu tidak lagi menjadi tantangan bagi kita.
TERHIMPIT OLEH SEMAK DURI
“Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak. 1:15)
Proses dari semak duri bertumbuh dan menghimpit iman seseorang dapat terjadi secara lambat, perlahan, dan bahkan tidak terasakan. Kita harus menyadari hal ini. Ketika tidak lagi memiliki hasrat akan Tuhan, ini adalah akibat dari kehidupan kita yang terhimpit oleh semak duri dunia. Akhirnya, kita mungkin bisa mendapatkan semua hal yang kita inginkan di dalam dunia, namun kita kehilangan Tuhan, janji-Nya, dan rumah kita di surga. Oleh sebab itu, marilah kita selalu mengingatkan diri kita untuk menyelidiki dan merenungkan kehidupan rohani kita, begitu juga dengan pilihan-pilihan yang kita ambil hari demi hari.
BENIH YANG LEBIH KUAT DARI SEMAK DURI
Suatu saat, semak duri yang mengancam kehidupan rohani kita, kita rasakan telah berakar terlalu dalam. Tidak peduli betapa keras kita berusaha, rasanya semak duri ini tidak pernah berhenti bertumbuh. Meskipun mencabut semak duri ini sulit, kita perlu ingat bahwa benih firman Tuhan dapat tumbuh lebih kuat dan lebih cepat. Kita memiliki Tuhan, dan di dalam Dia, kita selalu dapat menemukan harapan dan jaminan. Tuhan mengetahui hati kita dan Ia sanggup memberikan kekuatan dan tuntunan-Nya kepada kita. Namun, kita harus mengambil langkah pertama. Ketika Tuhan telah melepaskan kita dari semak duri, jangan lupakan rahmat dan kemurahan-Nya, serta bertekad untuk hidup baru; hidup yang layak dan berkenan kepada Tuhan, yang penuh dengan harapan dan berkat-Nya.
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1Yoh. 2:15-17)