Bertumbuh Dewasa Dengan Mezbah Keluarga
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Timothy Yeung — Vancouver, Kanada
Bertumbuh Dewasa dengan Mezbah Keluarga
Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” (Mzm. 127:3-5)
Anak-anak adalah warisan rohani yang diberikan Tuhan kepada kita. Sama seperti warisan lainnya, berkat ini harus disyukuri dan dipelihara. Anak-anak kita telah dipercayakan Tuhan kepada kita untuk dibesarkan dalam iman dan melanjutkan warisan rohani ini. Saat ini, Gereja Yesus Sejati telah melewati umur 100 tahun, dan kita perlu meneruskan iman ini kepada generasi selanjutnya dan mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Bagaimanakah caranya agar kita dapat dengan efektif mencapai tujuan ini? Kuncinya adalah dengan mengetahui peran anak-anak dalam mezbah keluarga dan meletakkan dasar kerohanian yang mandiri sejak usia dini.
MEMBANGUN SEMBARI MEREKA BERTUMBUH
Masa Bayi (0-3 tahun)
Pada tahun 2019, rata-rata keluarga Kanada dengan orang tua lengkap (ayah dan Ibu) terdiri dari 3,99 individu (sekitar dua anak), dan rata-rata keluarga dengan orang tua tunggal terdiri dari 2,56 individu (kurang dari dua anak). Karena keluarga kecil telah menjadi sebuah norma, dapat dimengerti apabila bayi yang baru lahir akan menjadi pusat perhatian orang tuanya. Begitu memperoleh anak, banyak keluarga muda mulai berhenti mengikuti kebaktian dan mengundurkan diri dari pelayanan demi memusatkan perhatian mereka dalam membesarkan anak. Namun apabila kita memahami bahwa anak-anak adalah warisan dari Allah dan tujuan utama memiliki anak adalah untuk memelihara dan mewariskan peninggalan rohani ke angkatan berikutnya, kita akan memfokuskan kembali perhatian kita kepada Allah.
Kita tidak seharusnya membiarkan bayi kita menjadi alasan untuk meninggalkan pelayanan dan pekerjaan Allah. Saya telah mengamati beberapa orang tua muda sepenuhnya bertekad untuk mengikuti kebaktian, termasuk Sabat penuh dan juga ibadah-ibadah malam tambahan. Mereka membawa segala hal yang diperlukan – pakaian ganti, popok, mainan-mainan, dan membawa serta bayi mereka dengan kereta. Ketika saya bertanya bagaimanakah mereka dapat menunjukkan tekad ibadah yang kuat itu, mereka menjawab bahwa menempatkan Yesus sebagai pusat keluarga mereka, dan bukan anak bayi mereka, adalah hal yang benar untuk dilakukan. Lagi pula, Tuhan-lah yang telah memberkati mereka dengan anak-anak.
Allah menganugerahkan warisan anak-anak kepada orang tua untuk mengajarkan mereka agar memiliki iman yang lebih kuat, sehingga peninggalan rohani berlanjut. Suatu mereka, mereka pun harus bertanggung jawab langsung kepada Allah. Kalau semua orang tua mengingat hal ini, mereka pun akan lebih proaktif dalam iman dan membangun mezbah keluarga segera setelah anak mereka lahir. Memperoleh anak seharusnya mengingatkan kita untuk semakin mencari firman Allah dan lebih rajin berdoa, bukan sebaliknya.
Masa Pra-Sekolah (3-5 Tahun)
Membangun mezbah keluarga sangatlah penting untuk memelihara iman angkatan selanjutnya. Sekarang ini, kita tidak cukup hanya mengandalkan kebaktian gereja dan kelas pendidikan agama untuk membangun iman anak-anak kita. Jadi masing-masing keluarga harus membangun mezbah keluarga sesuai dengan kebutuhan mereka, untuk menyembah Allah, saling berbagi, dan bersekutu di rumah. Ini harus dimulai sejak anak-anak berusia dini.
Saat seorang anak berumur antara tiga sampai lima tahun, orang tua harus meluangkan waktu setiap malam untuk membaca cerita Alkitab dan berdoa bersama mereka. Banyak orang tua menyadari manfaat cerita-cerita sebelum tidur, tetapi mereka menggunakan kisah-kisah dongeng dan buku-buku populer. Masa-masa berharga dengan anak-anak ini terbuang apabila kita hanya membacakan cerita-cerita sekular yang mengedepankan nilai-nilai dan praktik-praktik duniawi. Sebaliknya, orang tua seharusnya meluangkan setidaknya 10-15 menit membacakan cerita Alkitab kepada anak-anak mereka sebelum tidur. Ini dapat berupa cerita Alkitab bergambar untuk anak-anak atau ayat pendek dari Alkitab. Orang tua dapat mengikuti jadwal bacaan Alkitab dari gereja cabang atau memilih satu dari banyak kisah-kisah Alkitab yang terkenal.
Saat sebelum tidur adalah waktu yang ideal bagi anak-anak untuk melambatkan laju rutinitas harian mereka, dan secara alami pikiran mereka akan terbuka dan mulai bertanya-tanya. Jadi orang tua mungkin akan menghadapi anak-anak yang bertanya-tanya tentang cerita yang baru mereka dengarkan. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi orang tua untuk membagikan pemikiran mereka, dan hal ini juga mendorong orang tua itu sendiri untuk lebih memahami Alkitab. Dengan demikian, baik orang tua dan anak dapat bertumbuh bersama-sama secara rohani.
Mezbah keluarga dapat ditutup dengan mengucapkan Doa Bapa Kami. Proses ini memungkinkan anak-anak untuk memusatkan perhatiannya pada Allah dan meluangkan waktu yang berharga bersama orang tua mereka. Walaupun anak-anak balita hanya berperan pasif dalam mezbah keluarga, hal ini akan mempersiapkan mereka untuk tahap berikutnya.
Masa Kanak-Kanak (5-10 Tahun)
Ketika pengertian dan kemampuan bahasa anak semakin bertumbuh, orang tua dapat memperluas mezbah keluarga dengan menggantikan satu-dua malam cerita Alkitab sebelum tidur dengan kebaktian keluarga. Kebaktian ini dapat diisi dengan menyanyikan pujian, berdoa dalam bahasa akal, dan membaca Alkitab. Walaupun di masa ini orang tua-lah yang memimpin kebaktian, mereka harus selalu mendorong seluruh keluarga untuk terlibat. Mereka dapat meminta anak-anak untuk memilih pujian, membacakan ayat Alkitab, dan mengajukan pertanyaan. Kalau anak dapat memainkan alat musik, mereka dapat mengiringi sesi pujian. Dan ketika orang tua menganggap anaknya sudah siap, mereka dapat diberikan tugas memimpin doa dalam bahasa akal di awal kebaktian.
Kebaktian keluarga seharusnya berdurasi pendek – tidak lebih dari 30 menit, tetapi secara rutin dijalankan. Secara perlahan anak-anak belajar bahwa mereka juga memiliki peran dalam kerohanian keluarga dan membangun mezbah keluarga. Konsistensi ini memungkinkan terbentuknya suatu hubungan dengan allah di dalam pikiran kecil mereka. Di waktu yang sama, kesaksian keluarga tentang anugerah Allah juga dapat membangun ikatan kekeluargaan dan memelihara semangat kesatuan keluarga walaupun menjalani kehidupan yang sibuk.
Ketika anak-anak mulai menikmati kebaktian keluarga karena mereka lebih dilibatkan, hati mereka akan bertumbuh semakin dekat dengan Allah dan keluarga mereka.
Masa Pra-Remaja dan Dewasa (Umur 10 tahun ke atas)
Apabila mezbah keluarga telah dibangun pada masa-masa pertumbuhan anak sebelumnya, akan ada transisi yang mulus memasuki tahun-tahun remaja. Pada masa ini, ibadah keluarga secara rutin dapat menjadi waktu untuk merenungkan firman Allah dan saling berbagi kesaksian, tetapi juga menjadi waktu pelatihan bagi remaja. Karena anak-anak sudah terbiasa dengan rutinitas ini, mereka dapat mulai memimpin kebaktian keluarga. Ini juga menjadi lingkungan yang aman dan santai bagi remaja untuk dapat berlatih memimpin pujian, menerjemahkan, dan memainkan alat musik sebelum mereka melayani di gereja untuk pertama kalinya di hadapan segenap jemaat.
Apabila remaja telah membangun peran dan tanggung jawab mereka dalam lingkup keluarga, mereka akan memiliki kesiapan yang cukup untuk melayani Allah dan dapat menempatkan-Nya sebagai pusat hidupnya ketika mereka memasuki usia dewasa. Keluarga yang telah membangun mezbah keluarga sejak dini dapat menyaksikan anugerah Allah senantiasa mengalir dalam hidup anak-anak mereka, membuat mereka lebih dapat menghadapi badai emosi dan jatuh-bangun rohani anak-anak mereka yang masih remaja.
Mezbah keluarga juga menyediakan ruang bagi orang tua untuk memahami tantangan-tantangan yang dihadapi anak-anak mereka pada masa remaja. Jadi, mezbah keluarga di masa ini harus melibatkan diskusi yang berhubungan dengan perkara rohani, seperti obat-obatan, pacaran, kekudusan, pernikahan, dan lain sebagainya. Orang tua harus menghindari menceramahi anak remaja mereka, tetapi izinkanlah mereka mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan dan kekuatirannya. Membagikan ayat Alkitab untuk membangun dan berdoa bersama mereka akan mengurangi tekanan yang mereka hadapi dan mendorong mereka untuk mempercayakan kekuatiran mereka kepada Allah, sehingga membuka kesempatan bagi mereka untuk mengalami sendiri pimpinan Allah dalam hidup mereka. Dengan memberikan nasihat-nasihat ini sangatlah penting saat mereka memasuki jenjang SMU atau kuliah, di mana akan banyak pencobaan yang harus mereka hadapi.
Begitu anak remaja belajar untuk menempatkan Allah terlebih dahulu dalam hidup mereka, menghormati-Nya di atas yang lain, mereka akan membangun mezbah pribadi di dalam hati mereka. Iman mereka sekarang menjadi iman milik mereka sendiri, bukan iman orang tuanya.
TANTANGAN-TANTANGAN LAIN
Menyediakan Waktu bagi Allah sebagai Satu Keluarga
Sekarang ini, orang tua disibukkan dengan tugas-tugas yang seakan-akan tak pernah berhenti dalam membesarkan anak demi meningkatkan daya saing mereka sejak dini. Beberapa orang tua mungkin mengeluh, dengan banyaknya waktu belajar yang dihabiskan untuk memperoleh nilai yang baik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, tidak ada waktu lagi bagi mereka untuk mengadakan mezbah keluarga.
Namun mari kita mengingat perkataan Tuhan Yesus: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33) Kalau kita tidak mendahulukan Allah saat membesarkan anak, kita akan melewatkan berkat dan pimpinan Allah. Kita tidak mendirikan mezbah keluarga apabila kita ada waktu – kita harus mencari waktu. Melihat ke depan, ini adalah bagian terpenting bagi pembangunan rohani anak-anak dan hubungan mereka dengan Allah.
Bagaimanakah kita mendapatkan waktu? Jawabannya, kita harus berkorban, dengan mengurangi kegiatan yang menyita waktu dan tenaga anak-anak. Beberapa orang tua, karena kuatir pendidikan anak mereka tertinggal, mereka mengatur jadwal mingguan yang padat dengan kegiatan-kegiatan tambahan seperti les piano, biola, dansa, seni, olahraga, bahasa, dan lain sebagainya. Orang tua bahkan menjadwalkan pendidikan tambahan itu di hari Sabtu. Tetapi jadwal yang sedemikian melelahkan akan membuat, baik anak maupun orang tua, tidak mempunyai cukup tenaga dan mood untuk berbincang-bincang di penghujung hari, apalagi untuk mengadakan mezbah keluarga. Jadi, orang tua harus bijaksana dalam mengatur kegiatan anak-anak mereka.
Durasi Layar
Pertimbangan penting lainnya adalah penggunaan peralatan digital keluarga. Setelah makan malam, biasanya semua anggota keluarga akan masuk ke kamar mereka masing-masing dan bermain dengan gadget-nya. Hal ini menjadi pemandangan yang semakin umum di zaman sekarang ini. Namun kebiasaan ini menghalangi keluarga untuk mendirikan mezbah keluarga, karena pikiran setiap anggota keluarga dipenuhi oleh hal duniawi.
Ironisnya, waktu yang dihabiskan untuk diri sendiri di depan layar, seringkali jauh melebihi waktu yang diluangkan bersama-sama dengan keluarga. Kalau orang tua tidak membatasi durasi layar anak-anak mereka di handphone dan tablet sejak kecil, mereka akan kecanduan. Dengan peralatan yang sedemikian merangsang dan menyedot waktu, tidak heran anak-anak tidak punya waktu maupun hati untuk membaca Alkitab dan berdoa di rumah.
Jadi, orang tua harus tegas dengan durasi waktu anak-anak mereka menggunakan gawai mereka. Anak-anak di bawah enam tahun harus mendapatkan batasan terbesar dalam durasi layar, dan anak-anak yang lebih besar harus tetap dibatasi dan diawasi dengan ketat. Kalau batasan ini ditetapkan sejak awal, keluarga akan lebih mudah berbicara tentang Allah, membagikan pikiran, dan berbicara dari hati ke hati pada saat mezbah keluarga.
Membaca Alkitab Secara Mandiri
Beberapa keluarga bahkan mengadakan mezbah keluarga setiap malam. Tetapi kalau pun ini rutin dilakukan, anak-anak perlu membangun kebiasaan memiliki waktu pribadi mereka sendiri dengan Allah, dengan membaca Alkitab dan berdoa setiap harinya.
Untuk melatih anak-anak membaca Alkitab secara mandiri, orang tua harus memberikan teladan. Kalau anak-anak bertumbuh melihat orang tua mereka selalu terpaku pada handphone, bagaimanakah mereka akan bersikap saat mereka memiliki handphone pribadi? Anak-anak membentuk perilaku mereka dari apa yang mereka lihat. Jadi hal paling berpengaruh yang dapat dilakukan orang tua adalah memberikan teladan membaca Alkitab.
Bayi mulai mempelajari bahasa sejak mereka lahir, dan penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang membacakan cerita di masa awal memberikan pengaruh positif pada kosa kata dan literasi yang lebih baik di kemudian hari. Jadi sebelum anak mencapai usia dua tahun, orang tua harus mulai membacakan cerita Alkitab kepada mereka untuk membantu pertumbuhan rohani dan menolong mereka mengenal Allah sesegera mungkin. Ada banyak model Alkitab anak-anak bergambar di pasaran. Kalau kita lebih mengutamakan cerita-cerita Alkitab ketimbang cerita-cerita duniawi, mereka akan mendapatkan banyak keuntungan rohani.
Ketika anak-anak mulai membaca sendiri pada usia sekitar enam tahun, langkah orang tua berikutnya adalah memberi mereka Alkitab pertama – sekali lagi, ada banyak model Alkitab yang ditujukan bagi anak-anak. Tugas utama orang tua adalah mendorong mereka untuk membacanya sendiri, seperti juga orang tua mereka mengajarkan anak-anak memainkan alat musik. Kita tidak hanya bertanya, “Kamu sudah bikin PR, belum?”, tapi juga “Kamu sudah baca Alkitab, belum?” Satu alinea, atau satu pasal, atau satu halaman sudah cukup baik. Seiring mereka bertambah usia, porsi bacaan Alkitab bisa ikut bertambah mengikuti umur mereka. Setelah kebiasaan membaca Alkitab menjadi kuat, kebiasaan ini akan tetap menyertai mereka sepanjang hidup.
KESIMPULAN
Seiring anak-anak bertumbuh besar, peran mereka dalam mezbah keluarga bergerak dari pasif menjadi aktif. Kuncinya adalah memulai kebiasaan ini sedini mungkin dan membangun kebiasaan yang baik ini sebagai satu keluarga. Orang tua harus menyesuaikan gaya hidup mereka dan jadwal sehari-hari untuk bisa meluangkan waktu dan tenaga membangun mezbah keluarga. Seperti contohnya, mengurangi kegiatan tambahan, membatasi durasi layar bagi seluruh keluarga, dan berbicara secara terbuka dengan anak-anak. Hal ini membutuhkan banyak doa, juga menghabiskan banyak waktu dan usaha, tetapi buahnya sangat bermanfaat, karena seluruh keluarga menjadi semakin dekat dengan Allah dan juga satu sama lain, sehingga memelihara warisan iman bagi angkatan selanjutnya.