Pekerjaan Misi Gereja Yesus Sejati Myanmar
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Philip Shee — Singapura
Pekerjaan Penginjilan di Myanmar
Gereja Yesus Sejati (GYS) di Myanmar berdiri pada tahun 1990-an, ketika beberapa orang Kristen setempat dari kelompok etnis Chin[1] menghubungi Majelis Internasional kita. Mereka tertarik dengan kepercayaan yang diberitakan GYS, terutama doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hari Sabat dan Roh Kudus. Pada waktu yang bersamaan, beberapa jemaat sedang bekerja dan berbisnis di Yangon, sehingga mereka dapat membantu dalam pekerjaan perintisan ini. Setelah para penginjil diutus ke Myanmar pada pertengahan tahun 1990-an, sekelompok orang percaya pertama kali dibaptis. Lalu sebuah gereja didirikan di Sakankyi, sebuah desa di dataran yang berada di bawah Perbukitan Chin di Barat Laut Myanmar. Seiring berjalannya waktu, GYS berdiri di beberapa desa lain.
Mulai tahun 2000 dan seterusnya, Majelis Internasional menugaskan GYS Singapura untuk menggembalakan dan mengembangkan gereja di Myanmar. Sejak itu, dengan bantuan jemaat dari Singapura, Malaysia, dan Taiwan, GYS Myanmar mengadakan acara-acara tahunan, seperti Bible Camp, kursus-kursus pelatihan teologi singkat untuk para siswa dan pemuda, pertemuan-pertemuan rohani, dan berbagai seminar pelatihan. Gereja telah menjalankan program pelatihan teologi penuh waktu untuk dua kelompok pendeta.
Pada saat ini, GYS terdapat di kota Yangon dan di tiga daerah pedesaan lainnya di Barat Laut Myanmar, yaitu, Taungzalat dan Natkyikong di kota Kalaymyo, dan Sawbuayeshin, sebuah desa sekitar 72 km dari Kalaymyo. Dua pendeta penuh waktu dan seorang diaken setempat menggembalakan sekitar tiga ratus jemaat di Myanmar.
[1] Etnis Chin membentuk salah satu kelompok etnis utama di Myanmar. Banyak suku Chin tinggal di negara bagian Chin dan wilayah regional Myanmar, tempat kota Kalaymyo berada. Sebagian besar dari mereka adalah orang Kristen, di mana banyak dari mereka adalah denominasi Protestan. Sekitar lima puluh persen jemaat GYS Myanmar adalah orang Chin.
Pathian in Malsawm ang — Tuhan Akan Memberkati Kita
Enoch Chin — Singapura
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Amin. (Mat. 28:19-20)
Inilah amanat Yesus untuk kita: kita harus pergi dan menjadikan semua bangsa sebagai murid Yesus. Memuridkan itu tidak mudah, karena kita bukan hanya membaptis orang percaya; tetapi juga mengajar mereka untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati. Ketika kita membawa Injil ke negara-negara berkembang, tugas untuk memuridkan dirumitkan oleh latar belakang budaya dan agama, rintangan bahasa, masalah kemiskinan, perbedaan kepribadian, dan tantangan hidup. Namun kita tidak perlu merasa takut walaupun menghadapi banyak rintangan. Kita harus terus berjalan maju, karena Tuhan Yesus telah berjanji untuk menyertai kita senantiasa.
Karena anugerah Tuhan, saya memperoleh kesempatan untuk melayani dalam Komite Penginjilan Myanmar (Myanmar Mission Committee – MMC) sejak tahun 2011. Selama tahun-tahun pelayanan ini, saya sungguh merasakan pimpinan Tuhan. Pathian in Malsawn ang adalah sebuah ungkapan yang saya suka dan saya simpan dalam hati, karena ungkapan ini menggambarkan seluruh perjalanan saya ke Myanmar. Pathian in Malsawm ang berarti “Tuhan akan memberkati [kita]” dalam bahasa Mizo, dialek orang Chin di Myanmar. Tuhan telah memberkati dan akan terus memberkati pekerjaan penginjilan di Myanmar. Betapa pun sulitnya pekerjaan tersebut, saya bertekad untuk melakukan bagian saya. Dengan senang hati saya akan membagikan tiga berkat yang Tuhan curahkan selama perjalanan saya ke Myanmar.
PEMELIHARAAN TUHAN DALAM PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA
Pada bulan April 2013, saya menjadi bagian tim yang diutus ke Myanmar untuk mengadakan Bible Camp (serupa dengan Kursus Alkitab Dasar/Lanjutan di Indonesia -ed). Sama seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, kami membawa dana untuk keperluan Bible Camp, baik penggantian biaya perjalanan maupun tunjangan kesejahteraan pendidikan anggota. Selama perjalanan ke Kalaymyo,sebuah kota di Barat Laut Myanmar, kami menghadapi masalah kekurangan dana untuk menyelesaikan pembangunan gedung gereja di dekat desa Sawbuayeshin, yang dijadwalkan untuk diresmikan seminggu setelah perjalanan kami. Kekurangan itu disebabkan oleh naiknya biaya bahan baku dan jumlah bahan yang diperlukan ternyata lebih dari perkiraan. Majelis gereja setempat mendatangi kami pada saat-saat terakhir; mereka harus memperoleh dana pada hari itu juga untuk memastikan agar pembangunan dapat selesai pada saat peresmian gereja.
Setelah menghitung semua uang yang kami miliki, kami mendapati bahwa uang yang kami bawa cukup untuk menutupi kekurangan tersebut. Setelah berdiskusi dengan ketua Komite Penginjilan Myanmar, para pengerja setempat, dan dewan gereja; kami sepakat untuk memberikan uang yang kami miliki untuk menyelesaikan pembangunan gereja. Ini adalah pemeliharaan Tuhan yang luar biasa, karena tidak seorang pun dapat membuat perhitungan setepat itu! Saya percaya Tuhan telah mengatur agar kami membawa jumlah dana yang tepat untuk mencukupi biaya pembangunan gedung gereja.
PEMELIHARAAN TUHAN SELAMA PERJALANAN YANG SULIT
Pada bulan Oktober 2013, saya ikut serta dalam perjalanan penginjilan untuk mengadakan kursus pelatihan para pemimpin pemuda dan pertemuan rohani pemuda di Kalaymyo. Karena adanya penutupan bandara Kalaymyo untuk perbaikan landasan dan kendala waktu dalam menggunakan bus ekspres, kami menyewa mobil minibus dari Yangon ke Kalaymyo untuk acara-acara pemuda tersebut. Perjalanan itu memerlukan 20-24 jam, di mana 12-14 jam pertama di jalan tol dan jalan utama, kemudian 8-10 jam di jalan pegunungan. Tetapi, yang tidak diberitahukan kepada kami adalah ada banyak jalan di sepanjang jalan menuju Kalaymyo yang terdampak oleh adanya topan yang melanda Myanmar seminggu sebelum kami tiba.
Setelah perjalanan pertama yang lancar, kami mulai melalui jalur tanah dan jalan pegunungan. Sopir merasa semakin kuatir karena dia tidak terbiasa dengan rute ini dan mengemudi di jalan tanah. Setelah melalui perjalanan yang lambat dan penuh kehati-hatian melewati bentangan gunung pertama, kami bertemu dengan banjir di dataran yang airnya setinggi lutut. Sopir tidak mau mengemudi melewati genangan air dan bersikeras menunggu sampai air surut agar tidak merusak mesin mobil, walaupun kelihatannya tinggi air lebih rendah daripada mesin. Setelah negosiasi selama dua jam dan melihat banyak kendaraan yang melewati kami, kami meyakinkan si sopir untuk membiarkan kami mendorong minibus melewati banjir dan meneruskan perjalanan.
Setelah 15 menit melanjutkan perjalanan, kami mencapai sebuah lereng yang curam ke bawah, diikuti dengan sebuah lereng yang menanjak, tepat setelah belok kanan. Sopir mengemudi dengan sangat lambat di lereng dan terjebak dalam lumpur di bawah karena kurangnya kecepatan dan momentum. Beberapa pejalan kaki membantu pengemudi melepaskan kendaraan. Setelah lereng pendek ke atas, kami berkendara ke Kane-yi, sebuah desa pertanian. Sopir lalu menghentikan minibus dan tidak mau membawa kami lebih jauh. Dia bersikeras kembali ke Yangon dan berkata akan mencoba mendapatkan kendaraan pengganti untuk sisa perjalanan. Karena itu kami harus menunggu setidaknya satu hari tanpa jaminan penggantian.
Kane-yi adalah sebuah desa yang tidak memiliki fasilitas dan listrik yang cukup. Desa itu memiliki beberapa toko kelontong kecil untuk penduduk setempat dan tidak ada restoran maupun kafe, sedikit sekali tempat untuk kami bermalam. Selain itu, kami juga tidak melihat kendaraan apa pun sejak kami memasuki desa itu, kecuali beberapa sepeda motor dan gerobak sapi. Kami bertahan dalam negosiasi kami dengan sopir tersebut untuk meneruskan perjalanan atau mencarikan kami solusi yang layak. Menit berganti jam, kami memutuskan untuk menanyakan seorang penduduk desa apakah ada sebuah kendaraan di desa itu atau desa terdekat yang dapat membawa kami ke kota yang lebih besar untuk melanjutkan transportasi kami ke Kalaymyo.
Tidak disangka, penduduk desa itu menunjukkan sebuah jalan kecil di mana ada orang yang memiliki kendaraan. Memanfaatkan kesempatan itu, kami mendatangi pemilik kendaraan itu untuk meminta tolong. Yang terjadi selanjutnya melampaui harapan kami: si pemilik kendaraan bersedia membawa kami sampai ke Kalaymyo dan hanya perlu waktu 30 menit untuk bersiap sebelum berangkat. Yang lebih mengherankan, pengembalian dana yang kami peroleh dari sopir pertama tepat jumlahnya dengan yang diminta oleh sopir yang baru dari kami! Kami dapat melihat pemeliharaan dan kepedulian Tuhan yang luar biasa; Dia mengatur kendaraan yang membawa kami dari tempat yang tidak kami kenal ke Kalaymyo. Ketika melihat ke belakang, kami menyadari bahwa pengemudi pertama kurang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menempuh jalan pegunungan dengan aman, dan kami mungkin tidak akan sampai dengan selamat atau tepat waktu untuk mengikuti acara-acara gereja.
PEMELIHARAAN TUHAN ATAS MASALAH
Selama perjalanan kami ke Myanmar pada bulan April 2019 untuk mengadakan bible camp bagi para pemuda dan siswa, sekali lagi kami menyaksikan anugerah Tuhan yang luar biasa. Sebelas orang peserta menerima Roh Kudus selama acara tersebut. Setelah mendengar pesan yang memotivasi dari seorang pendeta, ada seorang saudara yang bertekad untuk berdoa mohon Roh Kudus di waktu luangnya, selain pada sesi-sesi doa yang telah dijadwalkan. Meskipun itu adalah malam yang panas di musim kemarau, dia mengumpulkan beberapa teman untuk berdoa sebelum tidur. Meskipun mereka baru saja mengalami hari yang melelahkan karena pelajaran dan kegiatan, ditambah tidak ada listrik karena pemadaman listrik, tetapi mereka berdoa kepada Tuhan dengan hati yang tulus dan mencari Dia.
Keesokan harinya setelah makan siang, sekali lagi kelompok siswa yang sama berkumpul untuk berdoa di aula gereja atas kemauan mereka sendiri. Kali ini, doa dilakukan pada jam terpanas hari itu, di mana suhunya mencapai hingga 45 derajat Celsius! Di bawah atap seng yang panas dan jauh dari kipas angin, kelompok siswa yang sebagian masih berumur 7-8 tahun, bertekad mencari Tuhan dan Roh Kudus-Nya yang berharga. Tuhan sungguh-sungguh mendengar doa orang-orang yang dengan tekun mencari Dia; Dia mencurahkan Roh-Nya ke atas beberapa dari mereka, termasuk saudara yang memulai doa tersebut.
Selama doa, saudara itu melihat penglihatan tentang cahaya yang terang, yang mengangkat dia ke arah sumber cahaya tersebut. Setelah dia terangkat, dia melihat sebuah bangunan berwarna emas yang dikelilingi dengan danau dan pohon-pohon yang sangat indah. Dia juga melihat burung-burung dan seekor singa yang mengaum dengan bebas. Ketika kami meminta dia untuk menceritakan lebih banyak tentang penglihatannya, dia kehilangan kata-kata dan hanya dapat menjelaskan keindahan tempat yang tidak terkatakan itu. Tuhan mendengar doa saudara ini dan memahami kesulitannya. Dia sedang menghadapi banyak masalah di rumah. Keluarganya bukan hanya miskin, tetapi mereka juga kesulitan menjalani hidup. Baru-baru ini ibunya meninggalkan rumah, mengabaikan ayah dan ketiga anak-anaknya. Ketika saudara ini berserah sepenuhnya pada Tuhan dan mencari Dia dengan segenap hati, Tuhan mengaruniakan Roh Kudus kepadanya dan menghiburnya melalui penglihatan tersebut.
KESIMPULAN
Adalah benar bahwa berbagai tantangan dapat merintangi kita, dan kita bahkan dapat mengalami kegagalan ketika kita ingin menjadikan semua bangsa menjadi murid Tuhan. Namun, Pathian in Malsawm ang —Tuhan akan memberkati kita! Ini adalah pekerjaan Tuhan, maka Dia sendiri yang akan memimpin kita. Tuhan akan memberikan anugerah-Nya atas kita. Sebagai hamba-hamba Tuhan, tugas kita adalah pergi dan memberitakan Injil serta memuridkan mereka. Ketika kita melakukannya dengan kerelaan hati, Tuhan akan menyertai kita!