Mencari Gereja Sejati
Warta Sejati Edisi 110: Menemukan Gereja Sejati – Daftar Isi
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Philip Shee – Singapore
Mencari Gereja Sejati
Akibat perkembangan sejarah, politik, dan perbedaan doktrin, dunia kekristenan berevolusi menjadi berbagai macam denominasi. Sementara gerakan oikumene modern berusaha menyatukan berbagai kelompok ini berdasarkan keseragaman yang ada, tetapi tidak dapat disangkal bahwa masih terdapat perbedaan-perbedaan yang sifatnya mendasar. Sungguh, keaFnekaragaman iman dalam berbagai denominasi ini tidaklah sesuai dengan apa yang dikatakan alkitab mengenai gereja.
Menurut Alkitab, gereja merupakan tubuh Kristus (Ef. 1:23; Kol. 1:18) dan hanya ada “satu tubuh” (Ef. 4:4). Konsep ini kembali ditekankan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus: “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus… Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh” (1Kor. 12:12, 20). Jadi pertanyaannya adalah: dapatkah denominasi-denominasi Kristen yang berbeda satu sama lain dianggap sebagai anggota-anggota dari tubuh yang sama?
Dalam menjabarkan penjelasannya mengenai satu tubuh, Paulus menekankan kaitannya dengan “satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa” (Ef. 4:4-6a). Ini membuat kita berpikir bahwa, walaupun denominasi-denominasi yang berbeda mengaku bahwa mereka memiliki satu pengharapan, satu Tuhan, satu Allah dan Bapa, tapi apakah mereka memiliki Roh dan baptisan yang sama.
Setiap denominasi gereja memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai bagaimana menerima Roh Kudus dan karunia-karunia Roh Kudus. Demikian juga dalam hal baptisan, ada yang diselam, ada yang dengan cara lainnya. Ada yang melakukan baptisan untuk bayi, ada juga yang menentangnya.
Gereja yang didirikan pada zaman para rasul jelas merupakan contoh yang dapat kita gunakan sebagai patokan, dalam mencari dari sedemikian banyaknya kelompok Kristen yang ada pada hari ini. Gereja para rasul didirikan sebagai satu organisasi yang terpadu dengan satu dasar kepercayaan yang sama, walau secara perlahan-lahan berkembang secara geografis. Melewati perjalanan sejarah yang panjang, gereja telah berkembang secara sosial, politik, dan keagamaan, menjadi berbagai denominasi yang kita lihat pada hari ini.
DIDIRIKAN DAN DIUTUS OLEH ROH KUDUS
Gereja para rasul didirikan ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, menurut rencana dan janji Tuhan. Berdasarkan amanat Tuhan Yesus, para rasul dan jemaat mula-mula, berjumlah sekitar 120 orang, berkumpul dengan satu hati di Yerusalem, menunggu baptisan Roh Kudus (Kis. 1:4-5). Setelah Roh Kudus dicurahkan (Kis. 2:1-4), Petrus berdiri untuk bersaksi bagi Tuhan. Tiga ribu orang percaya dan dibaptis, dan gereja para rasul pun didirikan. Sejak saat itu, jemaat secara rutin berkumpul untuk beribadah dan mengabarkan Injil secara aktif, sehingga tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jiwa-jiwa baru ke dalam gereja (Kis. 2:38-47).
Seluruh rangkaian kejadian ini, dari kebangkitan Kristus, penampakan diri dan amanat-Nya kepada murid-murid, sampai pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, menekankan peran mutlak Roh Kudus dalam pekerjaan gereja.
Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid dan memberi mereka serangkaian perintah. Salah satunya adalah amanat agung untuk pergi ke seluruh penjuru dunia mengabarkan Injil dan melakukan baptisan (Mat. 28:19; Mrk. 16:15-16). Menariknya, bukannya mendesak mereka untuk langsung berangkat ke seluruh penjuru dunia, Tuhan Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem, untuk terlebih dahulu menantikan Roh Kudus yang dijanjikan (Kis. 1:4-5). Tuhan Yesus juga menambahkan bahwa ketika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan “menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Karena amanat untuk mengabarkan Injil sangatlah penting, mengapa Tuhan Yesus justru menahan mereka sampai pencurahan Roh Kudus?
“Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?” (Rm. 10:13-15)
Ayat-ayat ini menyatakan bahwa hanya mereka yang diutuslah yang akan memberitakan Injil. Dan inilah alasan mengapa Tuhan Yesus menahan murid-murid-Nya. Mereka harus terlebih dahulu menerima Roh Kudus untuk bisa “diutus.” Demikian halnya, hanya gereja yang memiliki Roh Kuduslah yang “diutus” oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil
BAPTISAN: SYARAT UNTUK MENERIMA KESELAMATAN
- Pengampunan Dosa
Ketika Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15), Dia melanjutkan dengan perkataan, “Barangsiapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Mrk. 16:16a). Dari kalimat ini kita bisa memahami bahwa, setelah percaya kepada Kristus, kita harus menerima baptisan untuk bisa diselamatkan. Petrus menjelaskan alasannya pada hari Pentakosta. Ketika orang banyak tergerak hatinya oleh perkataan Petrus, mereka bertanya apa yang harus mereka lakukan. Petrus pun menjawab, “Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2:38). Ayat ini menggarisbawahi bahwa baptisan adalah untuk pengampunan dosa, dan perlu dilakukan untuk mendapatkan keselamatan.
- Darah Kristus
Baptisan adalah perintah Kristus yang sangat jelas, yang perlu kita penuhi untuk pengampunan dosa. Tetapi bagaimana kita mencocokkan hal ini dengan pemahaman bahwa pada puncaknya, darah Kristuslah yang berkuasa untuk mencuci kita dari dosa (1Yoh. 1:7)?
Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. (1Yoh. 5:6-8)
Injil memberitahukan kita bahwa Yohanes Pembaptis datang dengan “air” saja. Artinya, baptisan yang dia lakukan tidak berkhasiat seperti darah. Sebaliknya, Yesus datang dengan “air dan darah”. Bukan hanya mengadakan baptisan dan memerintahkan murid-murid untuk melaksanakannya, Yesus juga mengucurkan darah-Nya untuk pengampunan dosa. Tanpa pengorbanan, pengampunan dosa tidak dapat terjadi. Tetapi dengan pengorbanan-Nya, baptisan menjadi sarana yang dapat membuat dosa seseorang dibersihkan melalui darah-Nya.
Pemahaman ini didukung oleh penjelasan Paulus kepada jemaat Roma bahwa melalui baptisan, seseorang mati bersama Kristus, dan dikuburkan serta bangkit bersama Dia (Rm. 6:3-4). Dan dalam prosesnya, manusia lama turut disalibkan bersama dengan Dia, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya (Rm. 6:6-7).
Tetapi bagaimanakah darah Yesus dapat berada di dalam air pada saat baptisan? Ayat-ayat di atas mencatatkan tiga entitas yang memberikan kesaksian: “Roh, air, dan darah.” Selagi hamba Tuhan melakukan baptisan air, Roh Kudus bekerja agar darah Yesus hadir di dalam air baptisan. Karena alasan inilah, baptisan air berkhasiat untuk mengampuni dosa. Maka, Paulus berkata, “dalam satu Roh kita semua… telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1Kor. 12:13).
Pertanyaan selanjutnya adalah, apa peran gereja dalam semuanya ini?
CIRI-CIRI GEREJA
- Kunci untuk masuk ke Kerajaan Surga
“Dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” (Mat. 16:18b-19)
Kunci Kerajaan Surga telah diberikan kepada gereja. Dan olehnya, kuasa untuk mengikat atau melepaskan sesuatu di dunia, akan memicu hasil yang sama di surga. Karena itu, gereja memainkan peran yang sangat penting dalam memfasilitasi masuknya kita ke dalam kerajaan surga melalui pengampunan dosa. Hal ini kembali ditekankan dalam pesan Yesus, ketika Dia menampakkan diri kepada murid-murid setelah kebangkitan-Nya:
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh. 20:21-23)
Ini sejalan dengan wewenang gereja untuk “mengikat” dan “melepaskan”, yaitu mengampuni dosa orang dan menyatakan dosanya tetap ada. Kewenangan ini diberikan melalui Roh Kudus. Ketika gereja melaksanakan baptisan air, gereja dapat membebaskan penerima baptisan dari dosa. Demikian juga, ketika gereja memutuskan untuk tidak melaksanakan baptisan, atau menerapkan pendisiplinan melalui pemecatan jemaat yang berbuat dosa, gereja menyatakan dosanya tetap ada (Mat. 18:15-18).
Tanpa Roh Kudus, pelaksanaan baptisan tidak memiliki khasiat untuk mengampuni dosa.
- Roh Kudus dan Kebenaran
Ciri lainnya yang harus dimiliki gereja adalah kebenaran sepenuhnya, yang dapat membawa pada keselamatan. Seperti kata Paulus, gereja adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim. 3:15), yang artinya gereja berperan memegang kebenaran.
Pentingnya mempertahankan atau terus berada dalam kebenaran merupakan tema yang selalu ada dalam surat-surat Paulus kepada gereja dan para pemimpinnya. Dia memperingatkan jemaat Galatia akan bahaya jika menyimpang dari Injil yang telah disampaikan pertama kali oleh para rasul kepada mereka (Gal. 1:6-9). Dia mengingatkan jemaat Efesus bahwa gereja didirikan “di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20). Dia menambahkan bahwa gereja harus matang dalam “kesatuan iman… [dengan] tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga [gereja] bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Ef. 4:13-14). Dia menasihati jemaat Filipi untuk “berpegang pada firman kehidupan” (Flp. 2:16). Dia memberitahu jemaat Kolose, “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran… roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus” (Kol. 2:8). Dan dia mengingatkan jemaat Tesalonika tentang bagaimana Tuhan memilih mereka untuk diselamatkan melalui Roh yang menguduskan dan kebenaran yang mereka percayai (2Tes. 2:13).
Setelah mengenali kebenaran sepenuhnya sebagai ciri yang harus ada pada gereja, maka kita pun perlu semakin menghargai pentingnya peran Roh Kudus. Ketika Tuhan Yesus meyakinkan murid-murid-Nya bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka sebagai yatim-piatu setelah kepergian-Nya, Dia mengungkapkan bahwa mereka akan diberikan Penolong yang lain—Roh Kudus—yang adalah Roh Kebenaran. Roh Kudus akan mengajari mereka segala sesuatu dan mengingatkan mereka akan semua firman yang diucapkan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 14:16-18, 26). Lebih lanjut lagi Yesus mengingatkan, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:12-13a)
Dari ayat-ayat ini, kita tahu bahwa Roh Kudus berperan sebagai kunci utama dalam membantu kita memahami kebenaran sepenuhnya, seperti yang diajarkan oleh Yesus. Inilah mengapa dicatatkan bahwa baru setelah kebangkitan-Nyalah, para murid teringat dan mengerti apa yang sebenarnya dimaksud oleh Tuhan Yesus tentang membangun Bait Allah dalam tiga hari (Yoh. 2:19-22). Selanjutnya, ketika Yohanes menulis surat pertamanya dan membahas bagaimana membedakan roh, ia menasihatkan untuk menguji apakah itu roh kebenaran atau roh jahat. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan pengajaran yang disampaikan dengan pengajaran para rasul (1Yoh. 4:1-6). Ini sejalan dengan peringatan Paulus bahwa jemaat tidak boleh percaya pada Injil, selain daripada yang pertama kali disampaikan oleh para rasul, sekalipun yang membawakan Injil itu adalah Paulus sendiri atau malaikat dari surga (Gal. 1:6-9).
Paulus juga menunjukkan bahwa ketika dia dan para rasul mengabarkan Injil, mereka melakukannya bukan “dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh” (1Kor. 2:4). Lebih lanjut lagi, ia menambahkan bahwa isi pemberitaannya adalah “hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah… Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya” (1Kor. 2:7-8a). Dia menjelaskan mengapa dia dapat menguraikan secara terperinci pesan Tuhan:
Kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. (1Kor. 2:10-13)
Mengingat bahwa Allah berkehendak “supaya jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah” (Ef. 3:10a), dan bahwa Roh Kudus berperan dalam mengungkapkan rahasia Tuhan, mengajar dan membimbing kita kepada seluruh kebenaran, kita dapat semakin memahami betapa pentingnya bagi gereja untuk dipenuhi dengan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, kita tidak akan dapat memahami kebenaran yang sepenuhnya mengenai keselamatan.
Dengan sedemikian banyaknya denominasi gereja, yang menganut dan mengabarkan beraneka ragam doktrin dan ajaran, memicu pertanyaan apakah semua pengajarannya sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan para rasul. Alkitab dengan jelas mengatakan kebenaran tidak boleh diubah sepanjang masa: tidak boleh ditambah, dikurangi, atau diubah. Kebenaran adalah “iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud. 3b). Inilah yang dinasihatkan Paulus kepada Timotius: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1Tim. 4:16).
- Roh Kudus, Tanda-tanda, dan Mukjizat
Ketika gereja Tuhan yang sejati pergi mengabarkan Injil dan melaksanakan pelayanannya di dunia, Tuhan “meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibr. 2:4). Inilah yang dialami oleh gereja mula-mula, seperti yang disaksikan oleh Markus: “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk. 16:20).
Meskipun manifestasi penyertaan Roh Kudus dalam bentuk tanda-tanda dan mukjizat adalah ciri penting lainnya dari gereja sejati, kita juga perlu dapat membedakannya. Tidak semua tanda mukjizat yang terjadi di dunia berasal dari Roh Kudus, dan juga tidak selalu merujuk pada gereja sejati. Seperti Yesus sendiri memperingatkan:
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga… Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat. 7:21-23)
Tanda-tanda, keajaiban, dan mukjizat bukanlah fokus utama dalam pelayanan Tuhan. Melainkan, mereka berjalan bergandengan tangan dengan Injil yang diajarkan oleh gereja; tujuannya adalah “meneguhkan firman” dan “memberikan kesaksian” tentang Injil yang sejati. Untuk menentukan gereja sejati, kita perlu melihat bahwa kedua hal tersebut ada.
Sebagai kesimpulan, kita perlu terlebih dahulu mengabarkan kebenaran dan tanda-tanda akan mengikuti; bukan sebaliknya. Karena alasan inilah, terkadang ada kebiasaan di kalangan Kristen yang mengedepankan “ibadah penuh mukjizat” sebagai daya tarik utama kekristenan. Meskipun gereja sejati menjadi saluran sehingga kuasa Roh Kudus dapat diwujudkan dalam bentuk tanda-tanda ajaib dan mukjizat, kita juga harus memahami bahwa semua ini hanya akan terjadi menurut kehendak dan belas kasih Tuhan; di mana manusia tidak dapat mendikte Tuhan untuk melakukan mukjizatnya. Meskipun kita percaya akan mukjizat, kita juga perlu berhati-hati dan mengingat akan nubuat Tuhan bahwa di akhir zaman, “Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mukjizat-mukjizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Mat. 24:24).
GEREJA YESUS SEJATI
Dari sudut pandang Alkitab, kita dapat menyimpulkan bahwa gereja sejati harus memiliki 3 ciri penting:
- Gereja sejati harus dibangun dan disertai oleh Roh Kudus, sama seperti pada zaman gereja para rasul.
- Gereja sejati harus menganut dan mengabarkan Injil yang sepenuhnya mengenai keselamatan, sebagaimana dikabarkan oleh Yesus Kristus dan para rasul.
- Gereja sejati akan disertai oleh tanda-tanda ajaib dan mukjizat untuk meneguhkan firman Tuhan.
Ketika mengaplikasikan ketiga kriteria di atas pada dunia Kristen hari ini dan meneliti kepercayaan dan ajaran yang dianut oleh berbagai denominasi, kita dapat melihat perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan gereja para rasul. Perbedaan ini khususnya pada pandangan yang berbeda-beda tentang Roh Kudus. Contohnya, denominasi yang mengajarkan bahwa seseorang telah menerima Roh Kudus pada saat menerima Kristus.
Gereja Yesus Sejati mengajarkan, seperti yang diajarkan para rasul, meskipun menerima Kristus adalah langkah pertama dari perjalanan iman seseorang, menerima Roh Kudus adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Ini ditunjukkan dalam catatan Alkitab tentang bagaimana jemaat Samaria menerima Roh Kudus (Kis. 8:5-17), dan demikian juga jemaat Efesus (Kis. 19:1-6). Pada kedua contoh ini, mereka sudah menerima Kristus, dan bahkan jemaat Samaria sudah dibaptis, tetapi Roh Kudus belum dicurahkan kepada mereka. Menerima Roh Kudus adalah kejadian selanjutnya. Juga, sebagaimana di gereja para rasul, menerima Roh Kudus dibuktikan dengan berbahasa roh (Kis. 2:1-4, 10:44-48, 19:1-6).
Mengenai pengampunan dosa, ada denominasi yang berargumen bahwa pengampunan dosa terjadi secara otomatis ketika seseorang menerima Kristus, dan bahwa baptisan hanyalah sebagai tanda secara lahiriah untuk menyatakan imannya.
Gereja Yesus Sejati mengajarkan, sesuai dengan apa yang tercatat dalam Alkitab, bahwa baptisan sangatlah penting untuk mendapatkan keselamatan (Mrk. 16:16;
Berpegang teguh pada Alkitab dan ajaran para rasul, sebagai jemaat Gereja Yesus Sejati, kita yakin bahwa Gereja Yesus Sejati sungguh merupakan gereja sejati akhir zaman, sebagai gereja pemulihan dari gereja para rasul. “Bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus” (Rm. 10:15a).
Biarlah dengan keyakinan ini, terus memotivasi dan mengingatkan kita untuk memikul tanggung jawab dan melakukan amanat gereja para rasul—mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi. Amin.