Menilai Zaman dan Putuskan Sendiri
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Tse Fu Ming – Taichung, Taiwan
Catatan editor: Dari tanggal 23-24 Maret 2019, perwakilan dari Gereja Yesus Sejati di seluruh dunia berkumpul untuk mengikuti Konferensi Perwakilan Dunia ke-12 di Olive Garden, Port Dickson, Malaysia. Pada waktu kebaktian Sabat, Pnt. Tse Fu Ming, ketua Majelis Internasional, membagikan nasihat berdasarkan pada tema konferensi. Artikel ini didasarkan pada khotbah itu.
Tema Konferensi Perwakilan Dunia, “Kenalilah Zaman dan Nilailah Sendiri” diilhamkan dari Firman Tuhan Yesus di Lukas 12:54-57: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”
Tuhan Yesus mengamati bagaimana orang-orang di masa-Nya tidak kesulitan menilai tanda-tanda alam. Namun mereka tidak dapat mengenali Mesias, yang ada di tengah- tengah mereka. Ia dengan sedih berkata:
“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” (Mat. 11:16-19)
Sayangnya, ketika Yesus menyatakan kabar baik, orang-orang tidak mau mendengar. Ketika Yohanes Pembaptis memberitakan peringatan, mereka tetap acuh tak acuh. Sikap apatis ini serupa dengan orang-orang di masa Nuh, yang sekadar mengabaikan nubuat Nuh tentang penghakiman yang akan segera datang. Akibatnya, mereka pun musnah. Hanya Nuh dan keluarganya yang selamat.
MENILAI ZAMAN: RENCANA TUHAN YANG SEDANG BERJALAN
Kronologi rencana keselamatan Allah dapat disimpulkan dengan mempelajari Alkitab. Dari Kejadian sampai Wahyu, rencana Allah perlahan-lahan dinyatakan: pembangunan Bait Allah oleh Salomo; kehancuran dan pemulihan Bait Allah; berdirinya gereja para rasul; dan bangkitnya Gereja Yesus Sejati. Rencana Allah telah dinyatakan dengan rinci.
Kita dapat melihat rencana keselamatan Allah secara menyeluruh – bagaimana rencana itu dimulai di awal zaman dengan dipilihnya umat pilihan dan diteruskan hingga masa sekarang dengan munculnya gereja sejati.
Orang-orang yang meragukan menuntut bukti, seperti ahli-ahli Taurat dan orang- orang Farisi yang meragukan identitas Yesus dan meminta tanda dari-Nya (Mat. 12:38). Yesus menolak, dan berkata bahwa tidak ada tanda yang diberikan selain tanda Nabi Yunus (Mat. 12:39), yang pada akhirnya digenapi melalui kematian dan kebangkitan-Nya, menyelesaikan rencana keselamatan Allah.
Setelah Yesus naik ke Surga, Ia mencurahkan Roh Kudus untuk mendirikan gereja Allah di dunia. Namun, ketika ajaran-ajaran sesat menyusupi gereja setelah masa para rasul, Allah menarik Roh Kudus-Nya dari gereja.
Pada tahun 1917, sekali lagi Allah menyatakan Injil sejati kepada umat manusia dan mendirikan kembali gereja di dunia dalam bentuk Gereja Yesus Sejati. Bagaimanakah kita melihat zaman sampai ke tonggak sejarah ini? Apakah kita melihatnya sebagai jeda panjang atau selingan singkat? Itu bergantung pada sudut pandang apakah yang kita gunakan: sudut pandang manusia yang memegang konsep waktu yang terbatas, atau sudut pandang Allah yang rentang waktunya sampai kekekalan.
PERAN GEREJA DI AKHIR ZAMAN
Di Injil Markus, kita mempelajari dua permulaan: yang pertama adalah “permulaan Injil tentang Yesus Kristus,” (Mrk. 1:1) dan yang kedua adalah permulaan penderitaan-Nya (Mrk. 14). Dua permulaan ini mengingatkan kita untuk menilai zaman. Urutan ini juga digemakan lagi di Injil Matius, ketika perumpamaan tentang penabur menunjukkan pemberitaan Firman Allah (Mat. 13:3-23), diikuti dengan perumpamaan tentang pukat (Mat. 13:47-50), yang membawa perhatian kita pada “akhir zaman” atau akhir dunia ini. “Akhir zaman” ini menunjukkan masa yang dipenuhi dengan kesengsaraan (Mat. 24). Seperti yang kemudian dijelaskan Tuhan Yesus dalam perumpamaan pohon ara (Mat. 24:32-33), kita menyadari bahwa kemunculan dedaunan menyatakan kedatangan musim panas, jadi kita harus mengenali tanda-tanda yang mendahului kedatangan kedua Anak Manusia. Kita mungkin tidak dapat mengetahui tepat kapan waktunya, tetapi kita tahu bahwa ketika Injil kerajaan Surga telah diberitakan ke seluruh dunia, maka waktunya akan tiba (Mat. 24:14).
Gereja Yesus Sejati ditugaskan untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Ini tidak mudah. Mereka yang percaya kepada Allah akan sepakat bahwa angkatan saat ini dicirikan dengan dosa: memberontak melawan Allah, tidak mau percaya, dan amoral. Tanpa kehadiran Allah, ada kehampaan dalam hati manusia. Banyak orang mencari sesuatu untuk mengisi kehampaan itu: dengan kenikmatan, alkohol, obat-obatan, mengejar pengetahuan dan kekuasaan, dan juga bergelut dalam “kerohanian” dan mencari “jati diri”. Walaupun demikian, gereja sejati mempunyai peran penting: ia harus menjadi pemberita yang menyatakan Injil keselamatan untuk menerangi umat manusia.
“Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, dan ia berseru dengan suara nyaring: “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”” (Why. 14:6-7)
Di Matius 24:24, Yesus menubuatkan bahwa nabi-nabi palsu akan bermunculan untuk menyesatkan orang- orang, tak terkecuali umat pilihan. Peristiwa ini akan terjadi karena Iblis menyadari waktunya terbatas (Why. 12:12). Jemaat Gereja Yesus Sejati harus berhati-hati untuk mengenali antara kebenaran dan kepalsuan, dan memahami kehendak Allah.
MENGENALI KEBENARAN
Ajaran sesat bukanlah hal baru. Ketika Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, ia memperingatkan tentang orang-orang yang memberitakan Yesus yang lain, roh yang lain, atau Injil yang lain (2Kor. 11:4). Di masa sekarang, kemunculan ajaran-ajaran sesat tidak perlu menjadi kejutan bagi kita, karena hati manusia rusak. Orang-orang mempunyai banyak cara untuk berbagi informasi dengan cepat dan meluas melalui internet, bukan saja menyebarluaskan kabar-kabar palsu, tetapi juga Injil-Injil palsu.
Pertanyaannya, bagaimanakah kita mengetahui apabila kita telah memiliki hikmat Allah? Penatua Yakobus berkata bahwa bukti ini ada pada cara hidup kita yang baik (Yak. 3:13). Kita akan menunjukkan hikmat yang “pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik,” (Yak. 3:17) dan mengadakan damai (Yak. 3:18). Dengan kata lain, ketika seseorang menyebarkan pesan yang menyebabkan kekacauan dan perpecahan, kita tahu bahwa itu tidak berasal dari Allah; pesan-pesan demikian bangkit dari kesombongan dan iri hati. Mereka yang mengusungnya adalah nabi-nabi palsu yang dinubuatkan Yesus kepada kita. Tuhan Yesus berkata bahwa Kristen sejati adalah garam dan terang dunia, membawa rasa dan cahaya ke dalam hidup orang lain (Mat. 5:13-16). Orang-orang Kristen ini adalah pohon-pohon yang baik dan menghasilkan buah yang baik (Mat. 7:17). Kita harus berdoa memohon hikmat Allah untuk dapat membedakan dan mengenalinya.
Disatukan dalam Satu Iman
Tuhan Yesus menasihati kita untuk membangun iman kita di atas batu agar kita dapat mempunyai dasar kokoh yang tidak akan goyah, walaupun menghadapi keadaan- keadaan yang sulit (Mat. 7:24-25). Batu itu haruslah Yesus sendiri, bukan manusia yang dapat melakukan kesalahan. Pertanyaannya, apakah kita dipimpin oleh Roh Yesus dan Firman-Nya, atau dipengaruhi oleh hubungan pribadi dan perasaan terhadap orang lain? Kita harus berpegang teguh pada kebenaran Alkitab dan bersikap jernih dengan iman kita.
Paulus berkata, “”Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” (1Kor. 10:23) Apakah kita hidup untuk memuliakan Allah dan membangun orang lain? Penting bagi kita dalam segala yang kita lakukan untuk berusaha memiliki nurani yang jernih dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kita berjuang untuk menghindari perpecahan dan “erat bersatu dan sehati sepikir,” (1Kor. 1:10) yaitu, bersatu dalam Kristus.
MELAKSANAKAN AMANAT KITA
Peringatan 100 tahun Gereja Yesus Sejati dan 50 tahun Majelis Internasional adalah saat yang tepat untuk merenungkan iman kita. Ketika kita membuka halaman-halaman terbitan peringatan dan melihat foto-foto masa lalu, apakah yang ada dalam pikiran kita? Harapannya, foto-foto itu mendorong kita untuk mengevaluasi iman kita di tingkat global, dan juga tingkat nasional, lokal, dan secara pribadi. Apakah kita mencapai kemajuan? Apakah iman angkatan kita lebih baik daripada angkatan yang lalu? Apakah semangat kita memberitakan Injil bertambah atau meredup? Apakah kita sudah mewariskan iman yang kita warisi dari angkatan sebelumnya kepada anak dan cucu kita? Jemaat di foto-foto tua itu perlahan- lahan berlalu seiring berjalannya waktu, dan kita harus meneruskan tongkat iman kepada angkatan selanjutnya. Kita dapat melakukan hal ini dengan menguatkan iman orang- orang terdekat yang kita kasihi, membangun mezbah keluarga, membawa kembali domba-domba hilang di lingkaran terdekat kita. Namun untuk melakukannya, kita harus meneladani sikap Paulus, yaitu kerelaan untuk hidup bagi Kristus (Flp. 1:21), mengutamakan kehendak Allah di atas kehendak kita sendiri.
Tuhan telah memberikan karunia-karunia berbeda kepada kita. Kita harus rela hati mempersembahkannya bagi kepentingan Allah untuk memajukan pelayanan-Nya.
Ketika Tuhan Yesus Kristus terangkat ke awan-awan dan naik ke Surga setelah Ia bangkit, murid-murid menyaksikannya dalam takjub dan heran. Dua malaikat muncul ketika, mereka tertegun dan berkata, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?” (Kis. 1:11). Hari ini, kita mungkin menghadapi pertanyaan yang sama kalau kita berpikir bahwa kita dapat beristirahat sampai Yesus kembali. Sesungguhnya, kita masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan: kita harus bersaksi bagi Tuhan Yesus di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ke ujung bumi. Apakah kita bersedia melaksanakan perintah Tuhan?
Meneguhkan Iman
Sebagai anggota Gereja Yesus Sejati, kita harus berbuat sebaik mungkin untuk menjunjung perintah-perintah Allah. Antara lain, memegang Sabat kudus, yaitu hari Sabtu, hari ketujuh dalam sepekan. Kita dapat bertanya pada diri sendiri, apakah kita memegang hari sabat ini dengan sukacita, dengan penuh keyakinan bahwa hari sabat adalah hari yang diberkati, atau apakah kita memegangnya dengan menggerutu? Apabila kita mempunyai sikap yang benar, barulah kita sungguh-sungguh menghormati Allah dan menahan diri untuk tidak mengikuti keinginan-keinginan kita sendiri. Pada bulan Januari 2019 saya mengunjungi saudara- saudara kita di Afrika Selatan. Di sana, saya melihat bahwa hampir setiap keluarga pernah mengalami perampokan. Ada satu jemaat yang tetap selamat walaupun telah ditembak sembilan kali. Ia pergi ke Afrika Selatan untuk mencari nafkah dan bekerja keras sepanjang minggu, mengejar impiannya. Namun setelah ia mendekati maut, ia menyadari bahwa ia harus kembali kepada Allah. Jumlah jemaat yang memegang Sabat di Afrika Selatan terus bertambah, karena semakin banyak orang menyadari pentingnya memegang perintah Allah.
Perintah lain yang harus kita junjung adalah persepuluhan. Di Kitab Maleakhi, Allah mengingatkan umat-Nya untuk membawa persepuluhan dan persembahan mereka ke dalam rumah-Nya, dengan janji berkat berlimpahan (Mal. 3:10). Ia memperingatkan mereka bahwa pelanggaran akan perintah ini sama seperti merampok (Mal. 3:8-9). Hari ini, kalau hanya sebagian jemaat yang mempersembahkan persepuluhan, bagaimanakah rumah Allah mendapat sokongan, dan bagaimanakah pelayanan gereja berjalan maju? Di Taiwan ada berbagai dorongan di gereja: mengingatkan jemaat mempersembahkan persepuluhan, melakukan perbuatan amal, dan meninggalkan donasi dalam surat wasiat mereka bagi pelayanan gereja. Lebih dari 10 tahun yang lalu, ada dorongan jemaat agar mempersembahkan satu keping uang setiap hari. Banyak jemaat ikut serta dalam upaya penggalangan dana ini, dan mereka mengumpulkan jumlah yang tidak sedikit. Dapat kita bayangkan hasilnya apabila dilakukan hari ini. Misalnya, di Taiwan kita mempunyai 50.000 jemaat. Kalau setidaknya 10.000 jemaat rela hati mempersembahkan satu keping uang sehari, usaha mereka akan menghasilkan 1.2 juta dolar Amerika setahun. Betapa besarnya pengaruhnya pada pekerjaan gereja – dalam pengInjilan, pelayanan literatur, dan pelayanan internet.
TUAIAN MEMANG BANYAK
Dana barulah satu perkara; kebutuhan pekerja adalah perkara lainnya. Yesus berkata, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Luk. 10:2) Apabila kita melihat gereja- gereja setempat, seperti itulah keadaannya. Pekerja yang ada semakin senior. Sangat sedikit pemuda yang maju untuk melayani sebagai pekerja penuh waktu. Ini bukan karena kita tidak memiliki jemaat yang bertalenta; kita bersyukur kepada Allah karena memiliki banyak jemaat di gereja dengan karunia-karunia rohani. Masalahnya adalah sedikitnya jemaat yang mau melayani Allah dengan penuh waktu. Kita yakin bahwa Roh Allah akan menguatkan mereka yang bersedia maju; mereka tidak perlu bersandar pada kemampuan mereka sendiri. Ketika seorang pekerja memiliki persekutuan dalam Injil, Allah akan menyelesaikan pekerjaan- Nya melalui dirinya (Flp. 1:5-6). Yang ia perlu lakukan adalah berdoa dan mengandalkan Allah.
“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia- sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. Sebab Allah berFirman: “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” (2Kor. 6:1-2)
Kiranya Allah menggerakkan kita untuk melayani Dia lebih giat lagi menjelang hari kedatangan-Nya yang semakin dekat, dan kiranya kita bekerja bersama-sama dalam satu hati untuk menggenapi kehendak-Nya. Kiranya Ia juga memberikan mata rohani untuk menilai zaman kita sekarang ini dan mengilhami kita untuk bekerja bersama- sama memajukan Injil. Amin.