Melawan Arus – Jangan Serupa Dengan Dunia Ini
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Berdasarkan seri khotbah tentang “Mengatasi Sekularitas” oleh Peter Shee – Singapura
MENDEFINISIKAN SEKULARITAS – KISAH DUA ZAMAN
Kata “sekular” berasal dari bahasa Latin saecularis, berhubungan dengan sebuah zaman atau periode, yang pada gilirannya berasal dari kata saeculum yang berarti “generasi”. Alkitab menyebut dua dunia – “dunia yang sekarang” (Ibr. 2:2) dan “dunia yang akan datang” (Ibr. 2:5). Yang pertama adalah kehidupan kita di dunia pada saat ini, dan yang kedua adalah dunia yang akan datang di mana kita akan hidup kekal bersama Tuhan dalam kebahagiaan.
Penulis Kitab Ibrani mendorong kita untuk memperhatikan apa yang kita dengar, agar kita jangan hanyut terbawa arus (Ibr. 2:1-2). Peringatan seperti ini menyiratkan ciri-ciri “dunia yang sekarang”, yaitu arus-arus yang dapat menenggelamkan orang-orang yang tidak waspada sehingga mereka tidak dapat memasuki “dunia yang akan datang”. Kita harus senantiasa menyelidiki pola pikir kita dan memeriksa perilaku kita pada hal-hal yang kita dengar. Kita harus membedakan dengan jelas: dunia apakah yang harus kita kejar?
MENENTUKAN STATUS KITA – ORANG-ORANG DARI DUNIA YANG AKAN DATANG
Allah telah menaklukkan dunia yang akan datang bukan kepada malaikat-malaikat (Ibr. 2:5-6). Mengutip Mazmur (ref. Mzm. 8:4-6), penulis Ibrani memberitahukan kita bahwa Yesus akan memerintah atas dunia yang akan datang. Dan dunia yang diperintah oleh Kristus ini telah dimulai; Kerajaan Allah telah didirikan di bumi sebagai gereja-Nya, dan orang-orang yang telah dibaptis ke dalam gereja Kristus adalah milik-Nya. Inilah sebabnya Yesus memberitahukan kita untuk tidak berkata bahwa kerajaan Allah ada di sini atau di sana, “sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Luk. 17:21)
Yesus mati demi dosa-dosa kita dan darah-Nya menebus kita dari dunia sekarang ini. Kebangkitan-Nya menandakan didirikannya kerajaan-Nya (Kis. 13:33; Ref. Mzm. 2:6-7; Ibr. 2:5-8). Melalui baptisan, kita menjadi sama dengan kematian dan kebangkitan- Nya, keluar dari kebobrokkan dunia ini dan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Sebagai warga negara kerajaan Allah, kita harus mencari dahulu Allah, kerajaan-Nya, dan kebenaran-Nya, bukan pada harta kekayaan dunia yang sekarang. Roh yang telah membangkitkan Yesus dari kematian, sekarang telah diberikan kepada kita agar kita dapat taat kepada Allah dan berjalan menurut kebenaran-Nya (Rm. 8:11-13). Apabila bersabar, tidak berkompromi dengan dunia yang sekarang, kita dapat menunjukkan diri kita sebagai warna negara kerajaan Surga yang sejati.
(Ref.: Yunani: οίκουμένη yang merupakan asal kata “oikumenis”, ketimbang αίών atau κόσμος; jadi penekanan ada pada tatanan dunia yang baru).
MEMAHAMI TUJUAN KITA – KEMULIAAN DI DUNIA YANG AKAN DATANG
Yesus adalah pemimpin keselamatan kita (Ibr. 2:10). Ia akan membawa kita bersama-sama dengan anak-anak Allah ke dalam kemuliaan di dunia yang akan datang. Namun hal ini menuntut kita untuk mengikuti Yesus sebagai pemimpin dan menerima pemerintahan-Nya dalam hidup kita; kita harus meninggalkan hubungan apa pun di dunia sekarang yang dapat merintangi kita mencapai tujuan itu.
Allah telah melayakkan kita untuk menjadi umat-Nya. Namun kita harus senantiasa mengingat bahwa dunia ini tidak layak bagi umat Allah (Ibr. 11:38). Ibrani pasal 11 memuat sejumlah pemenang yang telah mengalahkan peperangan-peperangan terberat dalam hidup mereka. Walaupun dianiaya sedemikian rupa, bahkan dibunuh, mereka mempertahankan iman mereka hingga akhir. Tokoh-tokoh iman ini dapat bertahan karena mereka menjauh dari dunia yang tidak layak bagi mereka. Mereka berjalan melalui pegunungan, padang gurun, sarang binatang buas, gua, dan sebagainya, untuk menghindari kefasikan dunia, dan memelihara kekudusan mereka.
Hari ini, kita mungkin tidak terpisah dari masyarakat secara lahiriah. Namun secara rohani kita harus terpisah dari dunia ini dan nilai-nilai yang dipegangnya (2Kor. 6:17). Kita tidak boleh sampai terseret dengan arus dunia. Yohanes 17:14-17 memberikan banyak pengajaran tentang bagaimana melepaskan diri dari zaman ini secara rohani – kita tidak boleh terpengaruh oleh dunia untuk melakukan dosa bersama-sama dengan mereka (ay. 14) dan kita harus hidup kudus (ay. 17).
MENJADI PERSEMBAHAN YANG HIDUP
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm. 12:1-2)
Walaupun masih hidup di dunia, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, dengan cara menjalankan hidup yang layak, kudus, dan berkenan kepada Allah. Persembahan tubuh kita seperti itu adalah ibadah kita yang sejati, secara sadar mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai ibadah bagi Allah. Hanya dengan persekutuan senantiasa bersama Allah, kita dapat tetap aman dan tidak terseret bersama arus dunia.
Ada tiga langkah untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Pertama, jangan menjadi serupa dengan dunia ini. Kedua, kita harus diubah dengan pembaruan budi pekerti. Ketiga, kita harus menyatakan apa yang baik, berkenan dan sempurna sesuai kehendak Allah. Bagian berikut ini menyorot langkah pertama.
JANGAN MENJADI SERUPA DENGAN DUNIA
Arah Dunia
Dunia yang kita diami ada dalam pemberontakan melawan Allah. Dalam Injil Yohanes, berulang kali Yesus memperingatkan bahwa umat-Nya akan selalu tampak bodoh di mata orang-orang di dunia ini (Yoh. 14:14, 16). Berasal dari Allah dan berasal dari dunia adalah dua kategori yang berbeda, kita hanya dapat menjadi salah satu kategori ini. Kalau kita memilih Allah, maka kita harus siap berdiri melawan dunia dan arus sekularitas.
Arus dunia ini bukanlah riak kecil yang mendayu-dayu di sekitar tempat kita berdiri. Sebaliknya, arus sekularitas seringkali adalah ombak raksasa yang menggempur masuk dan menyeret kita ke lautan. Walaupun kita berusaha keras mengikuti Allah, dunia berikhtiar untuk memaksa kita mengikutinya, secara terselubung, tanpa henti, dan tanpa kenal lelah.
“Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan2 dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” (Ef. 2:2-3)
Sebelum kita mengenal Tuhan Yesus Kristus, kita adalah bagian dari dunia dan mengikuti zaman ini. Paulus memperingatkan kita bahwa ada tiga hal yang mengancam kita dan keselamatan kita – Iblis (penguasa kerajaan angkasa), jalan dunia, dan keinginan daging.
Namun, kalau kita masih mengikuti dunia dan berjalan menurut hawa nafsu kita, itu berarti kita berada di bawah kendali si jahat untuk tidak taat kepada Allah.
(Ref.: Yunani: αίών yang berarti “zaman”)
Beberapa orang berpendapat bahwa dunia ini indah dan mempertanyakan apa salahnya menikmati dunia. Memang, Allah menciptakan dunia yang baik dan indah (Ref. Kej. 1:3-25). Namun ketika Alkitab mengajarkan untuk tidak mengikuti dunia ini, yang dimaksud Alkitab bukanlah dunia yang jasmani, tetapi jalan dunia atau arus dunia. Jangan menjadi serupa dengan dunia ini berarti tidak mengikuti nilai-nilai dunia, pola pikir, dan cara melakukan berbagai hal.
Galatia 1:4 menyediakan terjemahan yang lebih terinci – “dunia jahat yang sekarang ini”, sehingga menjelaskan perbedaan antara ciptaan jasmani dengan jalan-jalan dunia. Allah menciptakan dunia yang indah untuk didiami oleh anak-anak-Nya. Sayangnya, sejak manusia jatuh ke dalam dosa, “dunia jahat yang sekarang ini” telah mendiami dunia milik Allah dan merusak manusia. Namun, Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa Kristus telah melepaskan kita dari dunia yang jahat sekarang ini (Gal. 1:4).
Yesus Kristus mengorbankan hidup- Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita dari dunia yang jahat ini. Kita harus menanggapinya kasih karunia yang cuma-cuma ini dengan tidak lagi mengikuti arus dunia, tetapi mengikuti kehendak Allah, Bapa kita. Ini berarti, kita harus bijak dan mengambil pilihan-pilihan yang patut dalam hal-hal yang mempengaruhi hidup kita – pertemanan, pendidikan, pekerjaan, dan di tempat kita hidup. Berhati-hatilah untuk tidak mengambil pilihan Lot.
Bukan dari Dunia Ini
“Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.” (Why. 11:8)
Kita bukanlah berasal dari dunia ini dan itulah sebabnya dunia ini membenci kita (Yoh. 15:19). Dan lagi, musuh kita yang sesungguhnya bukanlah manusia; musuh kita adalah roh-roh di udara. Kita tidak bergumul melawan darah dan daging, tetapi melawan kekuatan-kekuatan kegelapan (Ef. 6:12). Raja kegelapan berusaha menggoda kita untuk mengikuti dia, dengan menggunakan hawa nafsu kedagingan, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Namun kita tidak boleh tergoda. Filipi 2 memberitahukan agar kita menetapkan dengan jelas dimana kita berdiri. Kita harus bersinar sebagai terang di dunia ini dan menunjukkan diri kita berbeda dengan dunia ini. Dunia ini tidak dapat menerima Roh kebenaran, tetapi Ia akan menyertai kita selama-lamanya (Yoh. 14:16- 18). Jadi kita tidak berusaha untuk diterima dunia ini; kita telah mengalahkan dunia dan orang-orang yang menjadi milik Allahlah yang akan mendengarkan kita (1Yoh. 4:5-6).
Seperti yang terlambat diketahui Lot, zaman ini (atau dunia ini) belum tentu mengundang kita untuk mengikuti nilai-nilai anutannya dengan lemah-lembut. Kadang-kadang dunia mengancam dan memaksa kita untuk mengikutinya. Dan seringkali, seperti Lot, kita sudah lama dicemari dengan pandangan dan nilai-nilai masyarakat yang kita diami. Menurut Firman Allah, satu-satunya solusinya adalah dengan menyalibkannya (Gal. 6:14). Apa pun ancaman yang kita hadapi, kita harus menyalibkan dunia. Kalau dunia tidak mau menerima jawaban “TIDAK”, maka kita harus menyalibkan diri kita sendiri. Dengan kata lain, lebih baik kita mati menentang dunia dan taat kepada Allah, daripada kita hidup mengikuti dosa.
KESIMPULAN – DUNIA INI AKAN DIHAKIMI
Pada akhirnya, dunia ini akan dihakimi saat Yesus datang kembali, menandakan akhir zaman ini. Yohanes 16 memberitahukan kita bahwa ketika Yesus datang kembali, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan raja dunia ini akan dihakimi.
Paulus juga memberitahukan kita bahwa kita – orang-orang kudus – akan menghakimi dunia ini (1Kor. 6:2). Kalau kita akan menghakimi dunia ini, dapatkah kita mencemari diri kita dengan mengikuti nilai-nilai dunia ini? Jadi kita harus menyelidiki diri sendiri dan bertobat dari perilaku yang tidak patut agar kita layak menghakimi dan tidak berakhir dihakimi bersama-sama dunia. Yakobus mengajarkan kita bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah; ini adalah perzinahan rohani (Yak. 4:4).
Demas adalah seorang rekan sekerja Paulus yang baik (Kol. 4:14; Flm. 1:24), tetapi ia meninggalkan pelayanannya karena ia mengasihi dunia yang sekarang ini (2Tim. 4:1). Dulu kita terikat dengan dunia ini, tetapi sekarang kita telah diselamatkan, telah melepaskan diri dari kecemaran zaman ini. Mari kita berwaspada agar kita tidak terlibat lagi dengan kecemaran dunia ini agar penghujung perjalanan kita tidak lebih buruk daripada yang semula (2Ptr. 2:20).
Mari kita berjuang untuk berada di antara para pemenang di Ibrani 11. Kita adalah umat yang beriman, yang sungguh percaya bahwa Allah itu ada dan kita mencari Dia (Ibr. 11:3). Dan lebih penting lagi, kita harus ingat bahwa dunia ini tidak layak bagi kita. Janganlah terbuai bersama dunia ini. Berdirilah melawan ombak!
Lot: Tragedi Keluarga
Lot memilih hidup di Sodom karena kota itu berkembang maju (Ref. Kej. 13:10-12). Tetapi Sodom juga adalah tempat yang penuh dengan kejahatan (Ref. Kej. 18:20-33) dan sarat dengan pola pemikiran zaman ini. Karena memilih untuk tinggal di tengah masyarakat yang amoral dan membesarkan keluarga di tengah-tengahnya, Lot menempatkan dirinya sendiri pada berondong kejahatan bertubi-tubi yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Tempat tinggalnya penuh dengan kejahatan dan Lot tersiksa setiap hari karena jiwanya benar (2Ptr. 2:8).
Walaupun Lot berkebenaran, ia dan keluarganya mengalami akhir yang tragis. Ketika dua malaikat mengunjungi Lot untuk menyelamatkan dia dan keluarganya, semua laki- laki kota Sodom ingin mencabuli kedua malaikat itu. Seisi kota datang dan mengetuk pintu rumah Lot. Tertekan dengan sangat dan berusaha menyelamatkan kedua malaikat, Lot menawarkan dua anak perempuannya yang masih perawan kepada mereka sebagai ganti kedua malaikat (Kej. 19:6-8)! Beberapa waktu kemudian, istri Lot tidak sanggup memisahkan dirinya dari gemerlap zaman ini dan berubah menjadi tiang garam. Selain kehilangan istrinya, Lot juga kehilangan kedua anak perempuannya yang terjerumus dalam pola pikir amoral. Kedua anaknya membuat Lot mabuk dan melakukan hubungan inses bersamanya.