Bekerja Selagi Ada Waktu
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Jordan Kwok – Newcastle, Inggris
Haleluya! Puji Tuhan atas kasih dan anugerah-Nya yang besar pada anak-anak-Nya. Kiranya nama-Nya dinyatakan di antara segala bangsa, dan kiranya kemuliaan-Nya diagungkan.
Alkitab memberitahukan kita bahwa Allah menghukum, menghajar, dan memurnikan anak-anak-Nya, mereka yang Ia kasihi (Ibr. 12:7; Why. 3:19a). Ia mengizinkan kita menghadapi pengujian untuk membawa kita pada pertobatan agar kita menjadi kudus; memurnikan kita dari hal-hal yang kotor agar kita dapat menjadi persembahan dalam kebenaran; dan menguji kita untuk melihat apakah kita sungguh-sungguh setia kepada-Nya (Why. 3:19b; Ibr. 12:10; Mal. 3:3; Zak. 13:9). Hanya melalui penderitaanlah kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, dan hanya melalui penganiayaanlah kita dapat hidup kudus di dalam Yesus Kristus (Kis. 14:22;
Namun kita jangan menjadi tawar hati, karena kalau kita berhasil melalui ujian-ujian iman ini dengan mengandalkan kekuatan dari Yesus Tuhan dan Raja kita, maka jubah kita akan dibasuh dan diputihkan dalam darah Anak Domba. Maka kita dapat diam di hadapan takhta Allah, melayani bait-Nya siang dan malam, dan menerima berkat-berkat kekal. Pengharapan iman Kristen kita pada akhirnya akan digenapi (Why. 7:14-17)!
Saya ingin bersaksi tentang kasih dan penyertaan Allah dalam pengujian iman melalui kesehatan saya. Bukan saja Allah menegaskan dan menguatkan iman saya kepada-Nya melalui pengujian ini, tetapi Ia juga mengajarkan saya untuk menghargai kesempatan-kesempatan untuk melayani dan mendekatkan diri kepada-Nya selagi masih ada waktu.
UJIAN IMAN
Pada bulan Februari 2019, sewaktu pemeriksaan rutin dengan seorang dokter umum, beberapa hal yang tidak biasa ditemukan dalam hasil pemeriksaan darah saya. Beberapa sel darah dan zat-zat kadarnya berada di luar batas normal, tekanan darah saya lebih tinggi dari biasanya (160/100, seharusnya 120/80). Hasil tes lanjutan pada air seni menunjukkan masalah-masalah lebih lanjut – kebocoran protein dan darah. Dokter menanyakan gejala-gejala yang saya rasakan. Kami mendapatkan sebuah daftar yang panjang: batuk kronis, nyeri di dada, rasa sakit di tubuh bagian bawah, keringat dingin di malam hari, buang air kecil 5-10 kali pada waktu malam hari, batuk atau muntah darah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang drastis (sekitar enam kilogram).
Setelah analisa dan konsultasi lanjut dengan dokter-dokter spesialis, dokter umum memberitahukan bahwa saya mengalami penurunan fungsi ginjal, sebanding dengan fungsi ginjal orang yang berumur 77 tahun. Ia sangat kuatir dan mendorong saya untuk menjalani pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut, seperti X-ray, CT-scan, dan ultrasound. Saya merasa ragu karena saya takut dengan jarum suntik dan prosedur-prosedur medis. Namun dokter mendesak saya untuk menjalani pemeriksaan-pemeriksaan ini dan memperingatkan bahwa saya mungkin mengalami penyakit ginjal kronis atau bahkan kanker ginjal. Pemeriksaan lanjutan dapat membantunya untuk memastikan diagnosa dan pengobatan yang benar.
Bukan saja Allah menegaskan dan menguatkan iman saya kepada-Nya melalui pengujian ini, tetapi Ia juga mengajarkan saya untuk menghargai kesempatan-kesempatan untuk melayani dan mendekatkan diri kepada-Nya selagi masih ada waktu.
MENCARI DAMAI SEJAHTERA DALAM TUHAN
Mendengar berita itu terasa tidak nyata, di umur dua puluh tujuh tahun, saya mungkin mengidap kanker. Namun saat saya bersyukur kepada Allah, hati saya dipenuhi dengan rasa damai sejahtera. Setelah berdoa, saya tidak ragu bahwa Allah akan mendampingi saya di setiap langkah dan kehendak-Nya yang indah ada di balik segala hal. Roh Kudus membuat saya teringat pada Firman Allah:
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik.” (Flp. 1:21-23)
Ketika Paulus menulis ayat-ayat ini, ia ingin pergi dan kembali kepada Yesus. Namun ia menerima bahwa kalau Allah menghendakinya untuk tetap hidup, ia akan terus melayani saudara-saudari seiman, bertumbuh bersama mereka dalam sukacita iman (Flp. 1:24-26). Kedua pilihan ini sangat indah. Ayat ini mengingatkan saya bahwa hanya ada dua hasil dalam keadaan saya. Apabila saya meninggal, saya dapat kembali kepada Allah dan akhirnya dapat menggenapi pengharapan saya sebagai orang Kristen; Kalau saya tetap hidup, saya dapat terus melayani Allah di dunia selama Ia menghendakinya.
Kitab Ayub menjelaskan Allah sebagai Pencipta, yang Maha Kuasa, Raja atas langit dan bumi, dan Dia yang memerintah atas segala sesuatu.
“Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?” (Ayb. 12:9-10)
Sungguh, kalau kita percaya bahwa adalah Pencipta, maka kita akan menyadari bahwa hidup kita ada di dalam tangan-Nya. Kalau hidup kita ada dalam kendali-Nya, lalu mengapa kita harus kuatir? Allah menciptakan seluruh alam semesta. Memimpin dan menghibur kita di masa-masa sulit bukanlah pekerjaan yang sukar bagi-Nya.
Selain teringat pada Firman Allah dan kesaksian-kesaksian saudara-saudari seiman, saya hanya dapat menghubungkan damai sejahtera yang saya rasakan berasal dari Allah sendiri. Saya berterima kasih kepada Allah – saya telah belajar dari pengujian-pengujian sebelumnya, bahwa untuk benar-benar bersandar pada kekuatan dan kesetiaan Allah, saya harus berdoa. Saya menyadari dalam hati bahwa saya sangatlah lemah – lemah dalam iman, lemah dalam doa, dan lemah dalam bersandar pada Yesus.
Dalam masa ketidakpastian itu, hanya Yesus saja yang dapat menolong saya. Melalui doa dan berpuasa, keraguan saya dihapuskan dan saya sungguh merasakan bahwa Allah menyertai. Sekali lagi saya diingatkan akan kasih Allah kepada saya, bahwa saya adalah anak-Nya, dan apa pun yang terjadi, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Walaupun saya tidak percaya dan lemah, saya bertekad untuk bersandar kepada-Nya untuk memperoleh kekuatan dan tidak terjatuh dalam pengujian ini.
Sungguh, kalau kita percaya bahwa adalah Pencipta, maka kita akan menyadari bahwa hidup kita ada di dalam tangan-Nya. Kalau hidup kita ada dalam kendali-Nya, lalu mengapa kita harus kuatir? Allah menciptakan seluruh alam semesta. Memimpin dan menghibur kita di masa-masa sulit bukanlah pekerjaan yang sukar bagi-Nya.
TERHIBUR OLEH KASIH PERSAUDARAAN
Pada tanggal 6 Maret 2019, saya pergi ke rumah sakit setempat untuk menjalani pemeriksaan. Walaupun para dokter tidak dapat mengatakan banyak hal, saya selalu diingatkan pada penyertaan Allah di masa itu. Secara lahiriah, saya merasa seperti menjalaninya sendirian, tetapi saya mengetahui di dalam hati dan pikiran saya bahwa ada doa dan penyertaan istri, keluarga, dan saudara-saudari seiman.
Puji Tuhan, beberapa saudara-saudari seiman menguatkan dan mendoakan saya. Allah sungguh menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan dalam setiap ujian. Bukan saja Dia memberikan Firman, Roh, penyertaan, dan kasih-Nya, tetapi Dia juga menyediakan gereja-Nya bagi kami. Gereja adalah sesuatu yang luar biasa: gereja bukan saja sekumpulan orang-orang yang telah ditebus oleh darah Kristus, tetapi gereja juga adalah sebuah keluarga dengan satu hati dan satu tujuan untuk mencari Tuhan Yesus. Kita semua menghadapi ujian kita masing-masing, tetapi kita jalani untuk membangun orang-orang lain.
Tidak ada yang baru di bawah matahari – apa yang kita hadapi pernah terjadi pada orang lain sebelum diri kita. Entah kita tua atau muda, selalu ada hal yang dapat kita pelajari dari saudara-saudari seiman. Dan juga, selalu ada pendampingan dan dukungan di masa-masa sulit kita. Namun apakah kita dapat menerima nasihat orang lain atau tidak adalah perkara lain – hal itu dapat menjadi ujian kerendahan hati dalam diri kita. Apakah kita menjalani pengujian itu seorang diri dengan kekuatan sendiri? Atau apakah kita akan bersandar kepada Allah dan gereja-Nya untuk mengalahkan kelemahan kita?
Nasihat dan doa saudara-saudari seiman menegaskan bahwa memang, ada kasih di gereja Allah, dan juga saling memperhatikan dan iman yang sama. Suatu pemikiran yang saya peroleh, adalah beberapa orang, khususnya teman-teman dekat dan keluarga, menguatirkan kita lebih daripada kita sendiri. Bukan saja kita perlu menerima nasihat di masa-masa sukar, tetapi kita harus mempunyai keberanian untuk menghibur orang-orang yang kita kasihi. Dengan menceritakan bagaimana kita memperoleh penghiburan dari Firman Allah, kesetiaan kita kepada Allah akan membawa penghiburan kepada orang-orang di sekitar kita.
CUKUPLAH KASIH KARUNIA ALLAH
Pada tanggal 21 Maret, saya bertemu konsultan nephrologi di Rumah Sakit Freeman di Newcastle untuk sedikit diskusi, analisa, dan beberapa pemeriksaan rutin. Gejala saya belum hilang, dan hasil pemeriksaan darah dan urine masih sama seperti sebelumnya. Konsultan ini memberikan diagnosa yang sama seperti dokter umum saya, tetapi cara ia menyampaikannya cukup mengejutkan.
Ketika ia berbicara, saya merasakan Tuhan, Gembala saya, sedang berjalan bersama saya melalui lembah kekelaman (Mzm. 23:4). Allah benar-benar menghibur kita di masa-masa yang sulit. Dia selalu hadir, dan Dia diam di dalam hati kita. Apakah kita menyadarinya atau tidak dan tunduk pada-Nya adalah perkara lain. Kita harus mengerti bahwa kita memang lemah – kita tidak dapat berjalan melewati lembah ini dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi dengan Allah di pihak kita, apakah yang perlu kita takutkan? Apakah kita takut yang jahat? Atau apakah kita takut akan Allah?
Setelah mempelajari hasil pemeriksaan saya, konsultan itu mendaftarkan saya untuk segera menjalani biopsi dalam waktu dua minggu dan menyerahkan kasus saya ke konsultan yang lebih senior. Biopsi dijadwalkan tanggal 5 April. Karena saya takut dengan jarum suntik, memikirkan sebuah jarum besar akan menusuk punggung saya sangat menakutkan. Ketika jadwal biopsi semakin dekat, saya berdoa kepada Allah untuk menenangkan hati saya. Sekali lagi, Allah mengingatkan saya dengan Firman-Nya: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor. 12:9a) Di ayat ini, Paulus menjelaskan bagaimana dia memohon agar Allah mencabut duri-duri dalam dagingnya (2Kor. 12:7-10); Saya juga akan mendapatkan “duri” dalam daging juga! Tetapi yang menghibur adalah jawaban Allah kepada Paulus. Apa pun peran yang kita lakukan di gereja, atau status keuangan dan pekerjaan dalam masyarakat, kita hanyalah manusia yang penuh dengan kelemahan. Paulus bermegah tentang kelemahannya. Dalam tubuh kita yang lahiriah, cepat atau lambat kita pasti akan menghadapi kesulitan-kesulitan seperti sakit penyakit, kepedihan, dan penderitaan – tetapi kasih karunia Allah melampaui semuanya. Tidak ada yang berada di luar kendali Allah. Walaupun kita mengalami penderitaan jasmani dan bahkan rohani, kasih karunia Allah cukup bagi kita. Allah dapat mengubah semua penderitaan itu menjadi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh secara rohani (Rm. 5:3-4), sehingga kita dapat lebih banyak lagi mengandalkan Dia, sama seperti Paulus (2Kor. 12:9-10).
Puji Tuhan, biopsi berjalan lancar, dan baik perawat dan konsultan menolong saya menghadapi rasa takut akan jarum suntik. Segalanya berjalan cukup cepat. Kalau Anda harus menjalani biopsi, mungkin terasa menakutkan, tetapi tidak seburuk yang Anda kira. Setelah beristirahat beberapa hari, tekanan darah saya masih tinggi (sekitar 160/100), tetapi semua data vital saya yang lain stabil, jadi saya bersyukur boleh pulang dari rumah sakit malam itu.
Allah kita yang Maha Kuasa telah mengutus anak-anak-Nya ke dunia, di berbagai tempat dan zaman, untuk melayani Dia dan menggenapi kehendak-Nya, dan menyinarkan terang-Nya ke pelosok tergelap dalam hati manusia. Di manapun kita berada, selalu ada kesempatan untuk memberitakan Injil dan memuliakan nama-Nya.
Konsultasi hasil biopsi dijadwalkan pada tanggal 17 April. Walaupun masih ada kemungkinan kanker, saya dan istri terhibur karena rumah sakit tidak menghubungi kami lebih awal – apabila hasil menunjukkan adanya kemungkinan kanker, kasus medis saya akan lebih cepat ditangani. Walaupun demikian kami siap menghadapi hasil apa pun. Pada jadwal yang ditentukan, konsultan senior memberitahukan hasil biopsi saya: Saya menderita penyakit autoimun ginjal kronis, di mana sistem kekebalan tubuh saya menyerang ginjal saya sendiri, sehingga mengurangi fungsi ginjal. Bukan itu saja, tubuh saya juga mengalami kekurangan vitamin dan mineral yang parah, dan ini menjelaskan gejala-gejala yang saya alami. Puji Tuhan, kalau bukan karena tekanan darah saya diperiksa, keadaan saya tidak akan diketahui, dan ginjal-ginjal saya dapat menghadapi risiko yang besar. Dokter memberikan beberapa obat untuk mengobati penyakit ginjal, dan beberapa suplemen untuk mengatasi gejala-gejala lainnya. Kasih karunia Allah sungguh cukup.
BEKERJA SELAGI MASIH SIANG
Dari seluruh pengalaman ini, saya mempelajari bahwa hidup itu pendek. Kalau hasil diagnosa saya adalah kanker, pengharapan hidup saya menjadi lebih pendek. Inilah yang harus kita sadari saat ini. Alkitab mengingatkan kita bahwa hidup kita tidak lebih dari uap, bayangan yang hanya lewat saja, dan rerumputan yang menjadi kering (Yak. 4:14; Mzm. 144:4;
Nyanyian pujian berjudul “Lekas Bekerja” menyampaikan pesan yang kuat: kita harus bekerja selagi masih siang, karena ketika malam tiba, manusia tidak dapat lagi bekerja. Yesus menyampaikan pesan ini lebih rinci ketika Dia menyembuhkan seorang buta dengan ludah-Nya dan tanah liat. Pada waktu melakukan mujizat itu, Dia berkata kepada murid-murid-Nya:
“Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” (Yoh. 9:4-5)
Hari ini, kita harus membawa iman kita kembali ke dalam konteks mengapa kita ada di sini. Allah kita yang Maha Kuasa telah mengutus anak-anak-Nya ke dunia, di berbagai tempat dan zaman, untuk melayani Dia dan menggenapi kehendak-Nya, dan menyinarkan terang-Nya ke pelosok tergelap dalam hati manusia. Di mana pun kita berada, selalu ada kesempatan untuk memberitakan Injil dan memuliakan nama-Nya. Namun kita sering terlena oleh berbagai perkara dunia – hati kita tergoda oleh hawa nafsu dan keinginan, kemewahan, dan kesenangan dunia. Melalui pengalaman ini, Allah mengembalikan fokus saya kepada hal yang terutama dalam hidup: yaitu Allah sendiri.
Selagi kita masih memiliki kesempatan, selagi masih ada hari ini (Ibr. 3:13), mari kita berusaha mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita (Ul. 6:5). Dengan hati yang menyembah, mari kita mendengar suara-Nya dan mengikuti Dia lebih tekun lagi (Yoh. 10:27). Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita menempatkan Yesus di bagian paling utama dalam pikiran kita, selalu memikirkan Dia (Ibr. 3:1) dan mengingat segala yang telah Dia lakukan bagi kita. Dalam pelayanan kita, mari kita berjuang untuk menjadi lebih setia dan rendah hati (Mat. 25:23; Luk. 17:10).
Melayani Allah adalah suatu anugerah; tidak semua orang memperoleh kesempatan untuk melayani sesuai dengan harapan mereka. Ada yang ingin melayani Allah tetapi tidak pernah memperoleh kesempatan. Jadi selagi masih disebut hari ini, mari kita mensyukuri kasih karunia ini yang merupakan panggilan kita (Ef. 2:8-10). Selagi masih ada kesempatan, mari kita dengan segera memperbaiki kelemahan-kelemahan kita, dengan bersandar sepenuhnya pada kekuatan Tuhan, sebagai anak-anak Allah (Rm. 8:13-14). Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari, jadi mari kita memalingkan hati kita kembali kepada Tuhan, hari ini (Zak. 1:3; Yl. 2:13).
Kiranya segala puji, hormat, dan kemuliaan bagi Allah Bapa kita di Surga, karena Dia baik. Amin.