Pergunakan Waktumu Dengan Bijak
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Ezra Chong – Kuala Lumpur, Malaysia
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti seorang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. (Ef 5:15-17)
Ketika hampir seluruh dunia mengunci dirinya karena COVID-19, kita merasa seperti tiba-tiba memiliki lebih banyak waktu. Dengan pembatasan ketat yang dilakukan oleh pemerintah, semua layanan sosial dan banyak bisnis menutup pintunya. Masyarakat diperintahkan untuk diam di rumah. Dengan lebih banyak waktu yang dimiliki, banyak yang mulai membuat kue, memasak, berolahraga, mengerjakan kerajinan tangan, berkebun, dan sebagainya. Tetapi ada juga yang merasa kewalahan. Mereka harus merawat dan mendidik anak-anak di rumah, melindungi yang rentan, dan bekerja secara online dari rumah. Mereka yang bekerja di industri dan layanan penting mengalami peningkatan beban kerja, ditambah dengan kekuatiran terpapar virus saat bekerja di luar rumah. Dalam keadaan seperti ini, kunci diri membuat kita semakin menyadari terbatasnya waktu dalam satu hari.
Terlepas bagaimana kita menjalani hidup selama kunci diri, perkataan Paulus kepada jemaat di Efesus mengingatkan: perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang telah diberikan kepada kita. Dalam Alkitab versi English Standard Version dan Revised Standard Version Inggris dan Versi Standar Revisi dari Alkitab, “pergunakanlah waktu yang ada” dinyatakan sebagai “memanfaatkan waktu sebaik-baiknya” (1) dan “memanfaatkan waktu semaksimal mungkin.” (2) Dengan kunci diri menjadi normal baru, bagaimana kita dapat benar-benar memanfaatkan waktu kita sekarang ini, dan setelah berakhir?
YANG BEBAL DAN YANG ARIF
Ketika Paulus menggunakan kalimat “perhatikanlah dengan saksama,” dia mengacu pada bagaimana kita menjalani hidup — kebiasaan, perkataan, dan sikap kita. Ia berbicara tentang dua jenis orang: yang bebal dan yang arif. Berdasarkan penjelasan Paulus, orang bebal adalah mereka yang tidak mengerti bagaimana menggunakan waktu ataupun memahami kehendak Tuhan.
Pergunakanlah Waktu Yang Ada
Ketika Paulus menuliskan “waktu” dalam bahasa Yunani, kata yang dia gunakan memiliki akar kata καιρός (kairos), yang berarti saat yang tepat atau momen yang pas untuk bertindak, bukan sekedar konsep waktu yang baku. Dia menginginkan jemaat untuk bertindak dan memegang kesempatan yang diberikan kepada mereka. Lebih jauh lagi, Kamus Merriam-Webster menyatakan kairos adalah “saat di mana kondisinya tepat untuk melakukan suatu tindakan: momen yang tepat dan menentukan.” (3)
Sekarang ini, kita hidup di saat yang “tepat” itu, di mana kita dapat, dan seharusnya, menyelesaikan hal-hal penting. Jadi, kita perlu mengambil waktu untuk berpikir, dan berkomitmen untuk mengambil tindakan. Namun pemikiran, keputusan, dan tindakan kita harus selaras dengan kehendak Tuhan, seperti yang dijelaskan Paulus dalam ayat 17. Tidak peduli sepositif apapun tampaknya keputusan kita, baik itu menetapkan waktu bersama keluarga di rumah, jalan pagi setiap hari di taman, atau bersosialisasi melalui Zoom, kehendak Tuhan harus melandasi tindakan kita. Dengan demikian, barulah kita dianggap arif dan tidak bebal.
WAKTU YANG DIBERIKAN TUHAN
Ada dua periode waktu yang dapat kita bahas: yang pertama adalah selama masa kunci diri, dan yang kedua adalah masa setelah kunci diri selesai. Kata “kunci diri” sudah tidak asing lagi bagi kita, walau sebelumnya tidak pernah terjadi dalam skala global. Bagi sebagian besar orang, ini pertama kalinya mengalami epidemi menjadi pandemi, yang menyebar begitu cepat, begitu ganas dan begitu mengkhawatirkan. Para ilmuwan, sosiolog, politisi, dan sejarawan memperdebatkan dan meneliti asal-usul pandemi tersebut. Namun, sebagai umat Kristen, kita tahu bahwa, secara rohani, ada tujuan dan alasan yang lebih besar dari kejadian yang terjadi ini. Banyak hal buruk terjadi akibat pandemi ini. Namun, atas rencana-Nya, Tuhan memberikan kita waktu.
Sebelum kunci diri, kita merasa lebih bebas. Namun, kita juga lebih sibuk: terlalu sibuk untuk sarapan, terlalu sibuk dengan pekerjaan, terlalu sibuk untuk berbicara dengan anak-anak kita, sibuk bergegas ke gereja, sibuk memasak makan malam. Pada masa kunci diri, kita tidak punya pilihan selain tinggal di rumah, menyadari bahwa waktu untuk keluarga dan waktu berdoa adalah berkat yang diberikan Tuhan. Dengan laju dunia diperlambat, kita dapat memperlambat kehidupan dan merenungkan bagaimana seharusnya kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan mengambil tindakan untuk memperkuat iman dan hubungan kita dengan Tuhan.
MEMPERGUNAKAN WAKTU SEBAIK-BAIKNYA
Hubungan
Nyanyian ziarah menggambarkan bagaimana orang Israel berziarah ke Bait Suci di Yerusalem, yang terletak di Gunung Sion, tiga kali dalam setahun. Untuk mencapai Bait Suci, umat Israel harus melakukan perjalanan melewati lembah-lembah dan padang gurun sambil menyanyikan Mazmur 15 dan Mazmur 120 sampai 134. Nyanyian-nyanyian ini mengingatkan umat Tuhan atas tiga hal penting: perlunya memperhatikan hubungan mereka dengan iman keluarga mereka, hubungan mereka dengan Bait Allah, dan hubungan antar mereka masing-masing.
Untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, kita dapat belajar dari peziarah Israel tentang apa yang seharusnya menjadi prioritas kita. Meskipun masa kunci diri adalah masa yang sulit, di mana dipenuhi ketakutan dan ketidakpastian, kita mau menggunakan waktu secara positif untuk berpaling kepada Tuhan, meluangkan waktu untuk berdoa, membangun hubungan kita dengan Tuhan, dan semakin mendekat kepada-Nya. Jika direnungkan, kita mungkin menemukan bahwa mezbah keluarga kita telah terabaikan dan perlu dibangun kembali. Tanpa perlu tergesa-gesa pergi ke gereja pada hari Sabat, kita dapat lebih mempersiapkan hati kita dan memanfaatkan ibadah dan persekutuan online sebaik-baiknya.
Iman
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu bahwa Kristus Yesus ada didalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” (2 Kor 13:5)
Jika kita sudah lama tidak memeriksa diri, Tuhan memberikan waktu bagi kita untuk memikirkan dengan serius mengenai iman kita, iman anak-anak kita, dan hubungan kita dengan saudara dan saudari seiman. Masa kunci diri inilah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali doa bersama anak-anak kita dan berbincang tentang apa yang telah mereka pelajari dari kelas pendidikan agama online. Terlebih, internet memungkinkan kita untuk mengakses ibadah online dari gereja di seluruh dunia, yang disiarkan dalam satu pekan, bukan hanya pada hari Sabat. Beberapa paduan suara gereja telah membuat rekaman virtual. Persekutuan dan Pemahaman Alkitab online juga dapat menjadi sebuah rutinitas baru yang kita kejar. Selain itu, banyak jemaat telah mengundang teman dan keluarga yang belum percaya untuk mengikuti kebaktian penginjilan dan mendengarkan Firman Tuhan. Ini adalah berkat-berkat positif yang dapat, dan memang seharusnya, kita nikmati selama masa kunci diri.
Berjaga-jaga
Lukas 21:36 mengingatkan kita:
“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
Ayat ini mengacu pada akhir zaman, di mana banyak tanda-tanda akan dinyatakan kepada kita. Dan salah satunya adalah wabah penyakit. Tidak diragukan lagi pandemi global ini merupakan tanda yang jelas dari akhir zaman. Lalu apa yang diperintahkan Tuhan Yesus untuk kita lakukan? Kita harus berjaga-jaga dan memperhatikan keadaan rohani kita, mengevaluasi diri, dan memperkuat iman kita hari lepas hari, minggu demi minggu. Dalam pada itu, kita mau melipat-gandakan keberjagaan kita dengan terus berdoa. Jika kita merasa cemas atau takut: bawalah dalam doa. Jika kita merasa tidak sanggup: bawalah dalam doa.
Perubahan
Ketika kunci diri berakhir, apakah iman dan hubungan kita meningkat? Apakah kita berubah menjadi lebih baik, atau tetap sama seperti sebelum kunci diri dimulai? Roma 12:2 menasihati kita untuk “tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Perubahan dimulai dengan pembaruan pemikiran kita.
Dengan memiliki waktu untuk berpikir dan merenung, kita dapat berdoa memohon Tuhan untuk memperbaharui pemikiran kita melalui Roh Kudus, agar waktu yang kita miliki dapat menghasilkan buah.
SETELAH KUNCI DIRI
Satu hal yang pasti: kehidupan setelah masa kunci diri akan berbeda dengan kehidupan sebelum COVID-19. Sementara kita menantikan bisnis, restoran, dan sekolah kembali beroperasi secara normal, banyak perusahaan telah berpikir untuk mengubah cara kerja mereka. Contohnya, Selandia Baru sedang melakukan uji coba empat hari kerja dalam seminggu, dan banyak organisasi akan mengizinkan karyawan mereka bekerja dari rumah lebih sering atau bahkan menjadikannya sebagai norma. Bagaimanapun juga, kehidupan kita pada akhirnya akan kembali pada tingkat kesibukan yang sama seperti yang kita alami sebelumnya. Jika demikian, apakah kita akan kembali ke masa lalu atau mengharapkan masa depan yang lebih baik?
Kita dapat menemukan semangat baru dalam iman dan hubungan kita dengan Tuhan selama masa kunci diri. Tetapi setelah itu, akankah kita terus mencari Tuhan, fokus pada keluarga kita, dan memperhatikan saudara-saudari seiman kita? Ini adalah pertanyaan sulit yang memerlukan pertimbangan serius dan pemikiran yang memegang rutinitas baru kita sebagai normal baru: melanjutkan doa dan pembacaan Alkitab harian dengan anggota keluarga kita; menghadiri persekutuan dan pemahaman Alkitab tambahan; dan meluangkan waktu untuk bersaat teduh agar kita dapat selalu merenungkan dan memeriksa iman kita. Sekarang Tuhan masih memberikan kita waktu, dan jika Ia masih memberikan kita waktu setelah masa kunci diri, kita dapat mundur ke masa lalu atau bergerak maju ke arah hubungan yang lebih kuat dan lebih dekat dengan-Nya. Pilihan ada di tangan kita.
KESIMPULAN
Kita perlu memahami mengapa Tuhan memberikan kita waktu yang tepat dan khusus ini. Kita harus meraihnya sekarang, memutuskan untuk bertindak, dan memperbaharui hati dan pikiran kita. Jika tidak, kita akan menyesali kelambanan dan kepasifan kita.
Berdoalah mohon Tuhan memberikan kita hikmat untuk dapat memahami kehendak-Nya dalam kehidupan kita — untuk masa kunci diri ini, dan setelah pandemi. Kiranya segala kemuliaan bagi Tuhan kita, Yesus Kristus!
Catatan Kaksi:
(1) Alkitab, English Standard Version. ESV® Edisi Teks: 2016. Hak Cipta © 2001 oleh Crossway Bibles, pelayanan penerbitan Good News Publishers.
(2) Alkitab Revised Standard Version, hak cipta © 1946, 1952, dan 1971 Divisi Pendidikan Kristen dari Dewan Nasional Gereja-Gereja Kristus di Amerika Serikat. Izin untuk digunakan. Seluruh hak cipta.
(3) “Kairos,” Merriam-Webster, diakses tanggal 22 Juli 2020, https://www.merriam-webster.com/dictionary/kairos.