Menjalani Kehidupan yang Penuh Makna Dalam Menghadapi Pandemi
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
FF Chong – London, Inggris
Pendahuluan
Andai kita memperkirakan kapan kedatangan Kristus kedua kalinya, dan kapan kita harus segera mempersiapkan diri, hal itu ditandai oleh pandemi virus corona. Ketika krisis ini terjadi, dunia pun seperti kebingungan dalam menghadapinya. Banyak negara menerapkan kunci diri di kota-kota mereka, dan memberlakukan pembatasan sosial yang ketat untuk menekan penyebaran virus. Kota-kota yang hidup pun berhenti secara tiba-tiba.
Salah satu akibat utama dari pandemi ini adalah pada kesehatan mental. Banyak orang tertekan dan mengalami kecemasan karena takut akan terpapar oleh virus. Hal ini membuat mereka membatasi diri dalam berinteraksi, dan pada tahap tertentu, membuat mereka berperilaku ekstrim, seperti panik berbelanja.
Dengan berlalunya waktu, kita juga dapat melihat dampaknya terhadap bidang ekonomi, dengan tutupnya perusahaan-perusahaan karena tidak dapat berjalan. Sepertinya tidak ada aspek kehidupan manusia yang tidak terpengaruh. Dan, siapa yang tahu apa akan terjadi di masa depan?
SEBUAH PEMIKIRAN
Ketika dunia sedang bergumul melawan pandemi dan akibat-akibatnya, inilah waktu yang sangat baik untuk memeriksa hubungan kita dengan Tuhan. Sementara kita tidak dapat lepas dari situasi yang sulit ini, kita dapat mengambil hikmah dari apa yang Tuhan berikan ini. Alkitab memberi kita keyakinan, bahwa Bapa Surgawi kita, Allah Yang Maha Tinggi, memelihara kita. Karena itu, kita tidak perlu kuatir akan apa yang terjadi (Mat 24:6; Yoh 14:27).
HUBUNGAN DENGAN TUHAN
Untuk melihat seberapa dalam hubungan kita dengan Tuhan, kita perlu merenungkan bagaimana kita berpikir. Bagi orang dunia, merasakan ketakutan di tengah bahaya adalah hal yang wajar. Namun bagi orang percaya, dunia selalu menjadi tempat berbahaya yang menantang iman kita. Dan selama pandemi, kita bahkan semakin tertekan. Namun apa yang kita rasakan sesungguhnya merupakan barometer yang baik dari iman, untuk mengukur apakah kita perlu memperkuat hubungan kita dengan Tuhan.
Walau demikian, memperkuat iman dapat menjadi hal yang sulit jika sebelumnya kita tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Hal ini dapat terjadi apabila di waktu yang lampau kita kurang memperhatikan kerohanian kita, karena hanya fokus pada persoalan duniawi. Namun, belumlah terlambat untuk mulai mengarahkan fokus kita pada iman, dan memulihkan hubungan kita dengan Tuhan. Dengan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, kita akan memiliki keberanian menghadapi dunia, dan memiliki kekuatan untuk melawan godaannya. Maka damai sejahtera dari Tuhan akan menggantikan ketakutan dan mulai memerintah dalam hati kita (Kol 3:15).
MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA TUHAN
Hidup dalam dunia yang melaju dengan cepat membuat kita tergesa-gesa dalam banyak hal. Kita pun menjadi kelelahan, baik untuk mendapatkan penghasilan, ataupun mengejar studi akademis. Akhirnya hanya tinggal sedikit waktu saja yang tersisa bagi Tuhan, untuk menghadiri ibadah ataupun meningkatkan kerohanian, yang mengakibatkan kesengsaraan bagi iman kita. Hal ini tentunya berakibat buruk dalam pelayanan kita. Berjuang mempertahankan iman di atas arus dunia yang begitu kuat, rasanya pun seperti tidak mungkin.
Kunci diri memaksa kita semua untuk berhenti dari semua kegiatan rutin dan mengurung kita di rumah. Hal ini dapat mengakibatkan kejenuhan, membuat kita mencari cara untuk menghabiskan waktu. Jika kita tidak berhati-hati, kita dapat tergoda untuk menghabiskan berjam-jam menonton film dan drama televisi, atau berselancar tanpa henti di dunia maya, yang akhirnya menggoda kita untuk mengunjungi website yang tidak sepatutnya. Kita perlu memeriksa dengan saksama akan kebiasaan yang dapat kita bentuk selama periode kunci diri ini, dan membuang semua yang tidak berguna. Kita perlu menetapkan hati untuk mempergunakan waktu dengan bijaksana dan mendekat kepada Tuhan (Kol 4:5, Ef 5:16).
Ini berarti bahwa kita perlu mengambil setiap kesempatan untuk menghadiri ibadah online, berlutut berdoa di hadapan-Nya, dan merenungkan Firman Tuhan, sehingga kita semakin mengenal akan siapa yang kita percayai. Dengan demikian, kita dapat membentuk hati yang rindu beribadah, yang akan memberi kita manfaat bahkan setelah pandemi ini berakhir.
MERAWAT HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN KELUARGA
Sebelum pandemi, sebagian dari kita mungkin tidak memiliki banyak waktu untuk keluarga, karena kita lebih memprioritaskan hal-hal lainnya. Walau tinggal dalam satu atap, terdapat jarak antar anggota keluarga. Akibatnya, kita kurang peka terhadap kondisi iman anggota keluarga kita, bahkan kita mungkin tidak menyadari jika ada anggota keluarga yang menjauh dari Tuhan.
Melalui mezbah keluarga secara rutin, kita dapat membangun ikatan iman dalam Kristus, namun kita juga perlu memastikan agar ikatannya tetap kuat.
MELAYANI TUHAN DALAM MASA SUKAR
Kunci diri membatasi pergerakan kita. Cara kita melakukan hal-hal akan sama sekali berbeda dengan apa yang kita lakukan sebelumnya, termasuk cara kita beribadah. Kesempatan untuk beribadah di gereja, berkumpul bersama dalam persekutuan di rumah jemaat, dan lawatan pembesukan sementara tidak dapat dilakukan. Tetapi di mana ada usaha, di situ ada jalan.
Teknologi dan media sosial memungkinkan kita untuk mengatasi pembatasan sosial. Bahkan, kita dapat mengikuti berbagai kegiatan gereja secara online, seperti pemahaman Alkitab, bersama jemaat-jemaat dari seluruh dunia. Teknologi juga memungkinkan kita mengirimkan undangan digital kepada teman atau rekan kita sehingga mereka dapat mengikuti kebaktian penginjilan secara online. Masa kunci diri sesungguhnya waktu yang sangat baik untuk menyalakan kembali api penginjilan dalam hati kita, baik secara pribadi maupun lebih luas lagi. Kiranya semangat ini dapat terus berlanjut, dan penginjilan semakin berkembang bahkan setelah pandemi berakhir.
BERJAGA-JAGA TERHADAP PANDEMI ROHANI YANG TIDAK TERLIHAT
Sementara kita berjaga-jaga secara fisik agar tidak terpapar virus selama pandemi, kita juga perlu waspada terhadap virus rohani yang dirancang oleh si iblis dalam tempat kediamannya (Why 2:9, 13). Tidak terlihat dan tanpa disadari, virus rohani ini dapat menimbulkan kerusakan yang meluas pada gereja secara global. Virus ini berkembang melalui para pemimpin gereja dan jemaat yang cacat rohani, mempengaruhi orang-orang meragukan kebenaran gereja dan melawan Tuhan secara terang-terangan.
Untuk menghadapi kondisi seperti ini, kita perlu mengambil tindakan tegas dan meluruskan kembali berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab, sehingga kita dapat melindungi jemaat. Sebagai satu tubuh, kita mau bersama-sama menghadap Tuhan dan bertobat dari kesalahan kita, terkhususnya karena ketidaksetiaan kita pada Tuhan dan Firman-Nya (Dan 9:1-19). Kita perlu menyingkirkan semua pemikiran manusia, kembali pada Tuhan, dan bertekad hanya mengikuti apa yang Alkitab ajarkan.
Begitu kita memperbaiki hubungan yang rusak dengan Tuhan, kita akan merasakan kuasa Tuhan dicurahkan kembali pada gereja dan para pemimpinnya. Dengan penyertaan Tuhan, gereja akan dapat melawan ajaran palsu.
Gereja memiliki tanggung jawab kepada jemaat: mengingatkan mereka akan pengajaran Alkitab berkenaan organisasi gereja dan sepuluh dasar kepercayaan, memastikan hal ini tersampaikan kepada seluruh golongan usia. Kita perlu memegang erat doktrin gereja yang berharga, dengan penuh kerendahan hati, kejujuran, dan kerelaan hati. Para pelayan Tuhan perlu menasihatkan jemaat untuk berpegang teguh pada pengajaran murni, yang telah diberikan Tuhan kepada gereja-Nya melalui Roh Kudus. Dengan berpegang teguh, Tuhan akan melepaskan kuasa Firman-Nya untuk meruntuhkan dapat benteng-benteng dan merubuhkan setiap kubu (2Kor 10:4-5).
Inilah waktu bagi kita untuk bangun dari tidur, mengawasi setiap senjata iblis yang sedang mengepung gereja sejati. Di antaranya, informasi yang disebarkan melalui media sosial, untuk meracuni dan merusak kemurnian iman jemaat. Menghadapi situasi seperti ini, gereja perlu membimbing jemaat yang kurang memahami dasar kepercayaan gereja dan rentan terhadap tipu daya si iblis. Gereja perlu memperingatkan jemaat akan website dan media sosial para penyesat dan mantan pemimpin gereja. Sebaliknya, gereja perlu mendorong agar jemaat hanya membaca dari website resmi gereja dan tidak perlu ingin tahu apa yang ada dalam website lain, yang berbahaya bagi kerohanian mereka.
KESIMPULAN
Ketika Tuhan menjadi fokus utama, gereja akan memiliki semangat untuk melaksanakan amanat-Nya memberitakan Injil. Ketika jemaat dapat merasakan hadirat Allah dalam gereja, kita akan secara alami memperhatikan iman antara satu dengan lainnya. Menyelidiki Firman Tuhan dan doa akan menjadi sebuah kebiasaan, bagian penting dari setiap keluarga.
Dampak negatif dari virus corona telah menyingkapkan kerusakan yang disebabkan virus rohani yang dirancang oleh si jahat. Gereja perlu melindungi diri terhadap infeksi virus tersebut, dengan memegang Firman Tuhan sepenuhnya dan membersihkan sampai tuntas setiap penyesatan yang disebarkan si iblis. Kita perlu memberikan perlindungan bagi jemaat melalui pengajaran kembali dasar kepercayaan, kepada setiap jemaat dan pelayan Tuhan, juga terus berdoa agar Tuhan turut campur tangan menjaga gereja-Nya.