Damai Sejahtera Allah Akan Memelihara Hati dan Pikiranmu
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Sheila Ho – Leicester, Inggris
Haleluya, di dalam nama Tuhan Yesus, saya bersaksi. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Fil 4:6-7).
Ayat ini sangat berkesan, karena saya dapat menyaksikan damai sejahtera Tuhan bagi ayah saya selama pandemi dan kunci diri yang diterapkan pemerintah Inggris sejak bulan Maret 2020.
Ayah saya, Sau Sing Chan, dilarikan ke rumah sakit tanggal 27 April 2020, karena sesak napas, kehilangan nafsu makan, dan pembengkakan pada kaki dan tangannya. Ini terjadi karena ia memiliki gagal jantung dekompensasi, yaitu kekakuan jantung, yang disebabkan usianya yang baru-baru ini menginjak usia sembilan puluh tahun.
Karena ayah saya tidak berbahasa Inggris, biasanya saya akan menemaninya untuk membuat perjanjian dan menjadi penerjemahnya. Namun kali ini, hal ini tidak dapat dilakukan. Di tengah pandemi COVID-19, rumah sakit memperketat aturannya dan tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke gedung rumah sakit bersama pasien.
Sebelum petugas kesehatan membawanya masuk ke rumah sakit, kami menjelaskan situasinya kepada ayah saya bahwa ia harus dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang diizinkan untuk menemaninya. Setelah masuk, tidak ada yang dapat mengunjunginya. Biasanya, saran untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit akan disambut dengan keraguan. Ia akan mengemukakan alasan-alasan seperti: “Tidak perlu pergi ke rumah sakit”, atau “terlalu menyulitkan”, atau “jika saya masuk, saya tidak akan pernah bisa keluar dan akan selamanya tinggal di sana”. Dia bahkan menolak untuk menemui dokter umumnya. Namun mengejutkan, ketika kami menjelaskan apa yang akan terjadi, ia tidak tampak tertekan atau kuatir. Ia menerima untuk masuk ke rumah sakit sendirian, tanpa sedikit pun penolakan.
Ayah saya bercerita bahwa, di rumah sakit, ia harus melewati banyak pemeriksaan. Pertama, pemeriksaan untuk memastikan apakah ia terjangkit COVID-19, kemudian memeriksa penyebab dari gejala-gejala yang ada.
Ia terus berdoa seperti demikian selama di rumah sakit. Bagi saya, ini sangat menakjubkan, karena saya pernah melihatnya gemetar ketakutan ketika melakukan vaksinasi flu dan pemeriksaan darah rutin.
“Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mzm 124:8).
Pada akhirnya, ayah saya dirawat di rumah sakit selama hampir satu bulan. Selama masa ini, walaupun terdesak dan terpojokkan, harus menghadapi ketakutan terbesarnya, menjadi “tuli dan bodoh” (setengah tuli pada kedua telinga dan tidak dapat berbahasa Inggris), ia dapat tetap tenang. Ketika kami dapat melakukan panggilan video, ia tampak begitu tenang dan berkata, “Terserah Tuhan kapan saya diizinkan untuk keluar dari rumah sakit.” Ia bahkan dapat tertawa dan bercanda tentang apa yang terjadi di kamar perawatannya, dengan tidak adanya daging asap, telur, dan keripik pada daftar menunya.
Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27).
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor 12:9b).
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena menuntun ayah saya melalui pengalaman ini. Juga merupakan berkat Tuhan bahwa ia tidak terjangkit virus selama perawatannya di rumah sakit, di saat pandemi sedang berada pada puncaknya. Kiranya segala kemuliaan dan pujian hanya bagi Dia! Amin.