Suara Sejati
Tuhan Memimpin Jalan Hidupku (Bagian Pertama)
Pdt. Kaleb Priyanto
Nama saya Priyanto, dan saya tumbuh dalam keluarga non-Kristen. Saya hidup bersama dengan ayah, ibu, dan dua saudara, yang semuanya non-Kristen. Jadi sejak kecil hingga usia 21 tahun saya menganut agama yang diyakini oleh keluarga saya.
Kehidupan beragama saya biasa-biasa saja. Saya mengikuti ibadah, puasa pun ikut, bahkan pernah ikut les membaca kitab suci, tetapi berhenti di tengah jalan. Saya juga mengikuti kegiatan remaja di tempat keluarga saya beribadah, dan sebagainya.
Ayah saya suka dengan hal-hal yang berbau ritual, termasuk juga ibu saya. Di tempat kami ada sebuah perkumpulan ikatan batiniah yang juga diikuti oleh ibu saya. Dan ketika saya sekolah SMP, saya diajak mencari ilmu kebatinan oleh ayah, tetapi saya hanya melihat saja.
Kehidupan muda saya boleh dikatakan berantakan, seperti hidup dalam “terminal”. Ketika SMP, saya pernah mewakili kejuaraan Karate tingkat Jawa Tengah. Dari hal itu, saya menjadi sombong, merasa kuat dan hebat. Tetapi saya merasa belum puas. Saya mencari pegangan (atau sejenis ilmu) dari sabuk, rajah, akik, dan lain-lainnya, agar saya bertambah kuat dan hebat.
Saya juga terlibat dalam dunia geng dan perkelahian. Bahkan berulang kali ayah saya harus berurusan dengan polisi. Saya bahkan pernah harus melarikan diri selama satu minggu karena berkelahi. Pergaulan saya pun kurang baik; saya terjerat dalam penggunaan narkoba, dari ganja, minum-minum, obat-obatan terlarang seperti Nipam, Magadon, dan juga sabu.
“Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes. 55:9)
Di Salatiga saya mendengar ada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang memberitakan kesembuhan ilahi. Saya sudah pergi ke berbagai gereja untuk melihat apakah kehebatan agama Kristen. Dan kali ini pun saya mencoba melihatnya untuk mencari apakah kehebatan kesembuhan itu untuk membandingkannya dengan agama saya. Namun saat itu seperti yang sebelumnya, saya tidak mendapatkan apa-apa.
Kemudian pacar saya berkata bahwa di gerejanya, Gereja Yesus Sejati, juga mengadakan KKR. Saya pun datang dan melihat-lihat, juga mengikuti KKR di hari kedua. Menjelang akhir kebaktian, saya melihat banyak orang maju ke depan. Saya bertanya kepada pendeta yang ada di sana, dan ia menjawab, “mereka maju untuk meminta bantuan doa.” Saya kemudian bertanya apakah saya boleh meminta bantuan doa. Dan ia mengiyakan.
Maka di hari ketiga, di waktu doa, saya maju ke depan dan meminta bantuan doa. Ketika saya memejamkan mata, secara sadar saya merasakan mata saya tidak dapat dibuka, seakan-akan dilem. Tetapi saat itu saya terus mengikuti doa itu. Mata saya kemudian mengeluarkan air mata. Padahal selama ini saya berkelahi pun tidak pernah menangis, tetapi kali itu saya bercucuran air mata ketika berdoa. Saat itulah hati dan pikiran saya merasakan banyaknya dosa-dosa saya.
Setelah itu saya melihat ke depan mimbar, tidak tepat di tengah dan agak ke samping, sesuatu yang belum pernah saya alami dan lihat dalam KKR-KKR di berbagai gereja lain. Saya melihat sebuah tehel, atau keramik, yang cukup besar bersusun empat baris. Panjangnya tidak terjangkau mata, dan samping-sampingnya seperti ada tembok yang menjulang sangat tinggi. Seluruhnya dilapisi emas. Kemudian di mata kanan saya muncul sebuah bunga yang juga berlapis emas. Saya pun bertanya-tanya dalam hati. Ketika pendeta menumpangkan tangannya ke atas kepala saya, penglihatan-penglihatan itu menghilang dan berganti dengan halilintar yang menyambar-nyambar. Saya bertambah bingung.
Selesai sesi doa, saya bertanya ……..
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin