Suara Sejati
Tuhan Memimpin Jalan Hidupku (Bagian Akhir)
Pdt. Kaleb Priyanto
Ketika pendeta menumpangkan tangannya ke atas kepala saya, penglihatan-penglihatan itu menghilang dan berganti dengan halilintar yang menyambar-nyambar. Saya bertambah bingung.
Selesai sesi doa, saya bertanya kepada pendeta mengenai maknanya. Pendeta berkata, bahwa sebuah jalan telah ditunjukkan kepada saya untuk mencapai surga. Dan saya mengetahui bahwa di gereja inilah saya akan mendapatkannya. Saya merasa takut, dan ketika menyadari bahwa sesi doa itu adalah sesi memohon Roh Kudus, saya pun ingin mencari Roh Kudus.
Saat itu saya telah membulatkan tekad untuk mendapatkan Roh Kudus. Bersama Sdr. Yabes dan Sdr. Martin, yang ketika itu belum masuk STT dan menjadi pendeta, saya berpuasa satu hari satu malam untuk memohon Roh Kudus.
Saya berdoa memohon Roh Kudus pada doa pagi, doa siang, dan doa sore, tetapi tidak mendapatkannya. Walaupun mulai merasa putus asa, akhirnya saya mencoba kembali memohon Roh Kudus dengan berdoa tengah malam. Dalam doa itu, ketika saya mencoba memejamkan mata dan sungguh-sungguh memohon, saya merasa keanehan karena saya berbicara dengan bahasa yang tidak saya ketahui artinya, dan hati saya merasakan sukacita, bahkan haru karena kebaikan Tuhan.
Sungguh benar perkataan Alkitab, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Mat. 7:7-8)
Setelah mendapatkan Roh Kudus, tidak lama kemudian saya bertanya kepada pendeta untuk dibaptis. Dan beberapa minggu kemudian saya dibaptis.
Hidup perjalanan Kristen saya biasa-biasa saja. Saya tidak mengalami masalah dengan orang tua ataupun pihak lain. Ketika saya meminta izin kepada orang tua untuk dibaptis, mereka hanya berkata, kalau sudah menjadi Kristen, jangan kembali lagi. Hanya itu saja.
Dalam perjalanan Kristen, lima tahun kemudian saya menikah, dan pada tahun kedua kami dikaruniakan anak. Setelah anak saya lahir dan dibaptis pada usia 10 bulan, saya mulai berniat untuk masuk Sekolah Tinggi Teologi (STT). Ketika itu saya masih bekerja di sebuah hotel. Akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan untuk pelayanan penuh waktu.
Satu minggu sebelum saya masuk STT, saya mengalami guncangan yang berat. Saya mendapatkan informasi dari ayah dan keluarga ayah dari Medan, bahwa saya harus keluar dari rumah karena saya sudah tidak sejalan dengan keluarga, karena telah menjadi Kristen.
Akhirnya kami keluar dari rumah, saya, istri saya, dan anak kami yang masih berusia sepuluh bulan. Saya teringat dengan perkataan dalam Mazmur 27:10, “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” Saya memutuskan untuk tetap masuk STT, sementara istri dan anak saya dititipkan kepada mertua.
Ketika di STT, saya mendapatkan telepon dari ayah, dan menerima kabar bahwa ia sudah tidak lagi bekerja, dan ibu disuruh keluar dari tempat berjualan karena tempatnya sudah dibeli orang. Saya hanya dapat berkata kepada ayah, “Pa, doa sama Tuhan, minta kepada-Nya, maka akan dapat pekerjaan.” Saya juga mendoakannya memohon pertolongan Tuhan.
Berselang dua hari, saya kembali ditelpon ayah, dan saya mengharap-harapkan kabar baik. Dari seberang telepon itu, ayah saya menangis dan berkata bahwa ia memperoleh pekerjaan kembali, dan ibu pun mendapatkan tempat untuk berjualan. Seketika itu juga hubungan kami membaik dan tetap menjalin komunikasi.
Beberapa bulan kemudian saya kembali menerima telepon dan diberi kabar oleh istri saya, bahwa ibu saya sudah menjadi orang percaya mengikuti Tuhan. Saya merasakan bahagia. Tetapi perjuangan saya belum berhenti sampai di situ, karena dalam keluarga masih ada yang perlu diselamatkan.
Sebagai dorongan bagi kita semua, marilah kita yang telah mengenal Tuhan, untuk tidak jauh-jauh dari Dia, dan marilah menjadi pelita bagi semua orang.
Keterangan: Sdr. Priyanto adalah jemaat Gereja Yesus Sejati Salatiga. Beliau diterima dalam Sekolah Tinggi Teologi Gereja Yesus Sejati pada tahun 2010 dan ditahbiskan menjadi pendeta Gereja Yesus Sejati pada tahun 2017.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin