Suara Sejati
Domba ke-Seratus (Bagian Akhir)
Sdri. Michelle, Gereja cabang Pungkur, Bandung
Setelah dua tahun berlalu, akhirnya saya cukup umur untuk menentukan keputusan sendiri, dan saya tidak lagi memerlukan izin mereka untuk dibaptis. Tetapi saat itu saya masih merasa ragu. Saya tahu bahwa dibaptis adalah hal yang benar. Tetapi saya juga tidak mau dibaptis tanpa izin orang tua, apalagi kalau sampai mereka tidak tahu. Lebih lanjut, karena orang tua tidak pernah melarang saya dibaptis secara terbuka, hal itu membuat saya berpikir bahwa sebaiknya saya menunggu sampai lebih “tua” dan “bijak” agar dapat mengambil keputusan yang baik.
Walaupun saya belum memutuskan bahwa saya akan dibaptis, saya sudah mengikuti pelajaran-pelajaran Alkitab pra-baptisan dan kegiatan Pemahaman Alkitab muda-mudi. Hal-hal ini menolong saya untuk menguatkan iman dan menambah pengetahuan Alkitab saya. Setelah beberapa lama, saya mulai berpikir, walaupun saya bisa dibaptis nanti, mengapa tidak sekarang. Apalagi kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Saya mulai merasakan dorongan untuk meminta izin orang tua lagi untuk di baptis. Pada awal 2018, saya menetapkan tekad untuk dibaptis di akhir tahun 2018 dan mulai mendoakan hal ini. Saya tahu bahwa saya harus mengubah cara saya meminta izin. Saya tidak dapat sekadar datang dengan tangan hampa, tanpa penjelasan yang kuat mengapa saya ingin dibaptis sekarang dan bukan nanti. Jadi, doa saya adalah untuk memohon pertolongan Allah membuka hati orang tua saya agar mereka mengizinkan saya dibaptis, dan saya juga memohon agar iman saya bertumbuh.
Setiap hari, saya memanjatkan doa yang sama. Saya percaya bahwa Allah dapat membuka hati orang tua saya, dan Ia akan menolong saya. Pada akhirnya, tinggal beberapa bulan lagi sebelum baptisan akhir tahun. Saya merasa gelisah meminta izin orang tua. Saya tahu bahwa kali ini akan berbeda karena saya sudah membawa perkara ini dalam doa dan saya yakin Allah akan menuntun saya. Akhirnya saya menelpon orang tua saya. Saya sudah mempersiapkan mental agar saya tidak menangis dan dapat menjelaskan alasan-alasan saya dengan jernih untuk dibaptis. Di kesempatan-kesempatan sebelumnya, saya selalu hanyut dalam perasaan dan tidak dapat memberikan penjelasan dengan baik. Namun kali ini, setelah saya meminta tuntunan Allah, saya merasa sedikit lebih percaya diri. Akhirnya, pertanyaan itu keluar dari mulut saya, dan argumen yang sama dilontarkan orang tua, bahwa baptisan adalah komitmen yang besar. Ini dikarenakan seluruh doktrin-doktrin GYS yang harus saya ikuti. Jadi, akan lebih baik apabila saya dibaptis ketika berumur lebih dewasa. Ketika saya mendengarkan semua penjelasan yang sama itu, saya memberanikan diri dan berusaha menjelaskan keputusan saya untuk dibaptis sekarang. Saya menjelaskan bahwa keputusan saya untuk dibaptis bukan sekadar keputusan yang sembrono tanpa pertimbangan yang masak. Mereka masih terdengar tidak yakin, dan karena percakapan itu tidak mengarah pada akhir yang jelas, kami mengakhiri percakapan. Saya kecewa, tetapi saya masih berharap-harap. Karena tidak ada lagi yang dapat saya lakukan, saya berlutut dan berdoa. Saya tahu bahwa Allah maha kuasa, dan kalau Ia mau, apa pun dapat terjadi. Setelah berdoa, rasa kecewa saya perlahan berganti dengan damai sejahtera Allah. Saya mengetahui bahwa waktu dan rencana-Nya adalah yang terbaik bagi saya. Apabila Allah mau mengabulkan permohonan saya untuk dibaptis di akhir tahun 2018, hal itu akan terjadi. Jadi setelah berdoa, saya berencana untuk menelpon mereka lagi di lain hari. Namun beberapa menit setelah berdoa, ayah saya menelpon. Saya segera mengangkatnya dan ayah mulai berbicara. Ia berkata, “Saya tidak ingin kamu terus kecewa soal baptisan ini. Kalau hal ini membuat kamu kecewa sampai mengganggu pelajaran, saya lebih suka kamu mengambil keputusan sendiri untuk dibaptis sekarang atau nanti.” Saya bersyukur ketika mendengar jawabannya, dan saya tahu bahwa Allah telah membuka hati ayah saya. Ini adalah jawaban “ya” yang paling mungkin saya dapatkan dari doa-doa saya. Saya merasa gembira karena akhirnya saya akan dibaptis.
Tanggal 18 November 2018, akhirnya saya dibaptis. Baptisan bukanlah akhir maraton iman saya, tetapi menandakan babak lain yang saya lalui dalam perjalanan saya mencapai keselamatan. Saya sekarang adalah anak Allah, yang mempunyai bagian dalam rencana keselamatan-Nya.
Bagian pertama yang dapat dipetik dari kesaksian saya, adalah setiap orang mungkin menghadapi rintangan yang berbeda dalam perjalanan iman mereka, tetapi satu hal yang sama, adalah setiap orang perlu bersandar pada Allah untuk mengatasinya. Kedua, kita mau membawa segala sesuatunya ke dalam doa, dan kita harus senantiasa berdoa, baik di waktu-waktu susah ataupun senang. Ini bukan berarti kita akan selalu mendapatkan apa yang kita mohonkan, atau apakah kita akan selalu keluar dari masalah. Tetapi ini berarti kita percaya kepada Allah. Kita percaya bahwa rencana dan waktu-Nya adalah yang terbaik, sehingga apabila doa kita sejalan dengan rencana-Nya, Ia akan mengabulkan doa kita, betapa pun mustahil permohonan kita (Mat. 19:26). Terakhir, saya ingin menekankan pentingnya saling memperhatikan dalam iman dan kasih. Kadang-kadang salam yang sederhana atau pengingat untuk mengikuti kebaktian dapat memberikan pengaruh pada pertumbuhan iman seseorang.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin