Suara Sejati
Carilah Dahulu KerajaanNya dan KebenaranNya (Bagian Pertama)
Sdri. Ruth Monica Limantara, Gereja cabang Bogor
Saya lahir dari keluarga Kristen, di mana orangtua saya sudah jemaat Gereja Yesus Sejati dan saya sudah dibaptis dari kecil. Sejak usia belia, saya dididik untuk pergi ke gereja setiap hari Sabat, mengikuti kelas Sabat, dan juga mengikuti kegiatan tahunan gereja seperti Kursus Alkitab atau Bina Iman. Walaupun saya aktif dalam mengikuti acara-acara di gereja, tetapi iman saya tidak bertumbuh. Saya merasa ke gereja hanyalah sebuah ritual belaka yang harus saya jalani. Iman saya pada saat itu hanya bergantung pada iman orang tua saya. Saya pun belum menerima Roh Kudus.
Sudah bertahun-tahun saya berdoa memohon Roh Kudus, tetapi belum ada jawaban dari Tuhan. Ada kalanya saya merasakan capek, berdoa dengan setengah hati dan pikiran melayang ke mana-mana. Saya sempat berpikir “Ah, kali ini pun pasti tidak akan dapat, jadi buat apa sungguh-sungguh berdoa?” Orang tua saya sering kali mendorong saya untuk maju ke depan saat ada kebaktian doa mohon Roh Kudus agar ditumpangi tangan oleh pendeta. Tubuh jasmani saya memang maju ke depan memohon Roh Kudus, tetapi hati saya tidak.
Suatu ketika pada tahun 2012, saat saya baru saja menyelesaikan pendidikan sarjana, saya mengikuti Kursus Alkitab Dasar (sekarang dikenal dengan Bina Iman Remaja) sebagai pembina. Motivasi awal saya mengikuti kursus ini adalah sekadar ingin mengisi waktu luang sekaligus mencari pasangan yang seiman (karena saya memang dididik oleh orangtua untuk mencari pasangan yang seiman). Tidak ada niat sedikitpun di benak saya untuk mendapatkan Roh Kudus dalam acara ini. Yang saya pikirkan hanyalah bersenang-senang dengan saudara-saudari di acara ini. Pada saat berdoa pun, saya hanya fokus meminta berkat jasmani dan memohon Tuhan memberikan pasangan hidup yang seiman buat saya.
Saat acara Kursus Alkitab tersebut, setiap harinya ada sesi doa mohon Roh Kudus sebanyak tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Setelah lewat beberapa hari, saya melihat banyak sekali anak-anak peserta Bina Iman yang menerima Roh Kudus. Mereka berdoa dengan bersungguh-sungguh. Beberapa anak yang saya bina di kelompok saya juga ada yang menerima Roh Kudus. Saat itu saya hanya berpikir, “Ya, memang anakanak hatinya masih polos, pantas saja mereka lebih mudah mendapatkan Roh Kudus. Berbeda dengan saya yang sering mengecewakan Tuhan dengan banyak berbuat dosa, apakah Tuhan masih berkenan memberikan Roh KudusNya?”
Hari demi hari berlalu, sampai tinggal beberapa hari lagi Kursus Alkitab akan berakhir. Jumlah anak-anak yang mendapatkan Roh Kudus semakin bertambah. Pada saat itu hati saya mulai tergerak. Terlintas di benak saya, “Saya sudah berkali-kali mengikuti Kursus Alkitab dan pulang tidak membawa hasil apa-apa (bahkan saya sudah lupa pelajaran dari kursus tahun-tahun sebelumnya), dan apakah Kursus Alkitab kali ini akan sama? Hanya berlalu begitu saja?” Saya terus merenungkan hal tersebut dan timbul dorongan, lalu saya bertekad untuk menjadikan Kursus Alkitab kali ini berkesan. Saya bertekad akan pulang dari Kursus Alkitab ini dengan membawa suatu hasil.
Di sesi doa berikutnya, saya mencoba fokus berdoa untuk mendapatkan Roh Kudus. Tetapi memang tidak semudah itu, sering kali berbagai kekuatiran duniawi seperti masalah berkat jasmani dan pasangan hidup masih muncul di pikiran saya saat berdoa. Sangat sulit untuk memfokuskan pikiran hanya untuk memohon Roh Kudus, harta yang tak ternilai dari Tuhan.
Tetapi sungguh kasih kemurahan Tuhan melimpah bagi saya. Ketika saya mencoba untuk menghilangkan pikiran-pikiran duniawi tersebut dan mencoba untuk fokus mohon Roh Kudus, tiba-tiba saya teringat ………
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin