Suara Sejati
Cara Tuhan Memanggilku (Bagian Pertama)
Sdri. Mellisa Stefani, Gereja cabang Cianjur & Bandung
Saya lahir di keluarga yang belum percaya Tuhan Yesus. Dari sejak kecil saya sudah dikenalkan agama yang diyakini oleh ayah saya. Sebagai anak yang taat dan menghormati orang tua, saya mengikuti apa yang diinginkan ayah saya, yaitu mengikuti kepercayaan ayah saya. Hal itu bukanlah percaya kepada Tuhan Yesus. Saya sangat rajin beribadah di tempat ibadah dan saya sering mengikuti lomba yang berkaitan dengan agama saya. Saya sering menjadi salah satu peserta terbaik. Namun selama saya menjalaninya, saya tidak pernah mengalami pembaruan dalam kehidupan saya. Saya pergi ke ibadah seakan-akan hanya rutinitas belaka.
Setiap minggu saya mengikuti ibadah dan tidak mendapatkan sukacita setelah saya selesai beribadah. Suatu ketika saat saya kelas 3 SMP, di Sekolah Kristen Kanaan diadakan acara retret yang diikuti oleh siswa-siswi kelas 3 SMP dan 3 SMA. Saya sangat bersemangat untuk mengikuti acara itu. Namun selain karena diwajibkan, tujuan saya mengikuti acara tersebut adalah untuk bersenang-senang dengan teman-teman saya.
Saya dan teman-teman mengikuti acara yang telah disiapkan oleh para guru dan panitia lainnya. Pada acara itu, saya mendapatkan pengajaran mengenai Roh Kudus. Di sekolah, saya hanya mendengar saja setiap kali orang-orang yang beribadah di Gereja Yesus Sejati berdoa dengan bahasa yang tidak saya mengerti. Namun saya tidak tahu doa apakah itu, dan mengapa orang-orang berdoa seperti itu. Setelah retret itu, saya mengetahui bahwa itu adalah Roh Kudus, Roh yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh memintanya. Pendeta mengatakan bahwa apabila kita sungguh-sungguh datang kepada Tuhan Yesus dan meminta Roh Kudus dengan setulus hati, maka Tuhan akan memberikannya. Roh Kudus adalah jaminan untuk mendapatkan kerajaan Allah.
Saya menerima teori itu, namun saya menganggapnya sebagai teori belaka dan merasa hal itu tidak benar-benar terjadi. Saya menganggap orang-orang berdoa di gereja dengan bahasa roh karena kebiasaan saja atau diajarkan oleh pendeta. Ternyata apa yang saya kira selama ini keliru. Saya bisa berkata hal ini, karena saya merasakan sendiri kehadiran Tuhan ketika saya memperoleh kesempatan untuk berdoa memohon Roh Kudus. Namun pada acara retret itu saya belum mendapatkan Roh Kudus dari Tuhan. Dari semenjak acara tersebut saya mulai menggali kebenaran Tuhan, dan saya mulai mengikuti persekutuan-persekutuan di gereja. Dari sana saya yakin bahwa gereja ini adalah gereja yang benar karena disertai oleh Roh Kudus.
Sejak retret itu, entah mengapa sekolah kemudian lebih sering mengadakan doa memohon Roh Kudus untuk anak-anak SMP Kristen Kanaan. Saya sangat bersemangat mengikutinya, namun setiap kali berdoa Tuhan belum juga memberikan Roh Kudus. Sampai suatu ketika saya mulai merasa tidak enak hati, entah mengapa hal itu terjadi. Mungkin karena pada saat itu saya masih beribadah di tempat ibadah saya yang lama. Akhirnya saya memutuskan untuk berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan di dalam doa itu saya meminta petunjuk kepada Tuhan. Pada saat itu ada satu hari terakhir doa mohon Roh Kudus bagi anak kelas 3 SMP. Saya meminta petunjuk kepada Tuhan, apabila saya mendapatkan Roh Kudus saat itu, artinya Tuhan benar-benar memilih saya untuk mengikuti Dia.
Hari doa mohon Roh Kudus pun tiba. Pada saat itu saya beriman akan apa yang saya doakan pada hari sebelumnya. Dan inilah jawaban Tuhan, Ia memberikan Roh Kudus kepada saya. Saat itu saya merasakan sukacita yang begitu besar, dan saya tidak pernah merasakan kebahagiaan sebesar itu selama hidup saya. Cara Tuhan memanggil seseorang tentu akan berbeda-beda, dan inilah cara Tuhan memanggil saya.
Mengikut Yesus ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus memikul salib. Ya, itulah yang saya rasakan. Tidak mudah bagi saya untuk berjalan bersama-sama dengan Tuhan dan pergi ke gereja menyembah-Nya. Setelah saya memutuskan untuk tidak beribadah lagi ke tempat ibadah saya yang semula, ayah saya mulai menasehati saya. Akhirnya saya menjelaskan bahwa saya ingin berjalan bersama Tuhan, saya sudah tidak lagi bisa untuk beribadah seperti dahulu.
Ayah saya adalah orang yang sangat baik, saya tidak pernah sekalipun dimarahi oleh ayah selama hidup saya, tetapi ketika saya meminta izin kepada ayah untuk pergi ke gereja, saat itu ayah melarang dengan cukup keras. Pada saat itulah pertama kalinya saya menangis di depan ayah. Saya merasakan ……….
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
Amin