Suara Sejati
Apa Balasanmu Untuk-Ku
“Sdri. Ermina, Gereja cabang Fatmawati, Jakarta”
Saya lahir di Jakarta, anak bungsu dari 4 bersaudara. Saat berusia 6 tahun, keluarga kami pindah ke Sumatera Utara. Ayah kami bukanlah orang Kristen dan beliau adalah salah satu pemimpin agama di daerah ini. Kami sembahyang dua kali sehari, tiap kali durasinya 15-30 menit. Demikianlah kami lakukan setiap hari, selama bertahun-tahun.
Saat kuliah, saya kembali ke Jakarta. Karena sebelumnya saya aktif dalam kegiatan keagamaan, saat pindah ke Jakarta pun, saya masih tetap aktif.
Suatu ketika terjadi perpecahan dalam organisasi keagamaan tersebut. Dari yang tadinya hanya 1 pemimpin terpecah menjadi 2 pemimpin. Umat pun ikut terpecah. Membuat saya menjadi kurang nyaman beribadah. Saya pun mulai mengurangi aktivitas keagamaan saya.
Setelah lulus kuliah, saya bekerja di sebuah perusahaan. Suatu malam, saya mendapat mimpi aneh. Dalam mimpi itu ada sesosok manusia yang berkata “Aku bisa menyelamatkan mu.” Saat itu, saya belum mengenal agama Kristen itu seperti apa. Hanya saja, saya jadi mulai tertarik untuk mengenal agama lain, karena selama ini saya cuma mengenal agama keluarga saya.
Ada teman sekantor mengajak saya untuk ikut ibadah ke agamanya. Saya coba ikut sekali, tapi tidak saya teruskan lagi. Lalu ada teman beragama Kristen juga mengajak saya datang ibadah ke gerejanya. Saya lalu putuskan untuk coba lihat juga.
Saat datang ke gerejanya, saya kaget sekali melihat keadaan ketika jemaatnya berdoa. Katanya itu bahasa Roh. Saat itu juga saya langsung putuskan, tidak akan pernah lagi mau datang ke gereja ini. Saya tidak bisa menerima kalau cara doa nya seperti ini.
Tapi sungguh heran, selalu ada dorongan untuk datang kembali. Seiring dengan itu, saya juga diajak ikut kegiatan Pemahaman Alkitab (PA) di rumah teman kantor yang Kristen ini. Saya coba ikuti, tapi di awalnya saya ultimatum semua peserta PA dengan kalimat “Jangan berbicara tentang agama saya, karena kalian tidak paham agama saya.”
Dalam kegiatan PA, saya banyak lontarkan pertanyaan, karena saya memang tidak paham Alkitab dan banyak hal yang tidak saya setujui. Saya coba jalani dan pelajari agama Kristen ini selama 1 tahun.
Satu hal yang paling tidak bisa saya terima dari agama Kristen, yaitu bagaimana sosok yang disebut Yesus bisa mati di atas salib, untuk menebus dosa manusia. Sungguh saya tidak melihat korelasinya. Apa hubungannya? Prinsip saya selama ini: harus ada sebab-akibat. Saat seseorang bersalah, dia harus menanggung akibatnya, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal ini yang terus menggantung di pikiran saya.
Saat ikut ibadah yang kesekian kali di Gereja Yesus Sejati, ada ibadah khusus yang disebut Perjamuan Kudus. Ada satu lagu yang dinyanyikan jemaat. Liriknya kira-kira, “Aku berkorban untukmu, apa balasanmu untuk-Ku?” Saya lalu mencucurkan air mata ketika mendengar lirik lagu tersebut.
Sejak saat itu, saya seperti digerakkan, mulai percaya kalau Yesus sungguh mati disalib untuk dosa manusia, dosa saya. Saya baru sadar, saat percaya Yesus, kita tidak bisa memakai logika atau pengetahuan secara manusia. Bersyukur, Tuhan Yesus punya cara untuk menjamah hati manusia dan pada akhirnya saya dapat percaya kepada Yesus.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.