Suara Sejati
Tidak Selalu Mudah
“Sdri. Ester, Gereja cabang Jakarta”
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 banyak membawa dampak, termasuk pada perusahaan tempat saya bekerja. Perusahaan memutuskan untuk memberlakukan sistem “Work From Home” (WFH). Jika tidak ada yang mendesak, kami disarankan untuk bekerja dari rumah. Kantor kami bergerak di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, yang bekerja sama dengan Kemenkes. Saya sendiri bekerja di bagian Laboratorium Riset Penyakit, mempelajari metode pemeriksaan penyakit.
Sepintas terlihat lebih nyaman, karena bekerja dari rumah. Namun kalau boleh memilih, saya lebih suka pola kerja seperti biasa. Sistem WFH membuat beban kerja menjadi lebih berat. Seringkali saya harus menyelesaikan beban pekerjaan hingga larut malam, bahkan hingga dini hari. Saya paham karena pandemi ini banyak yang harus kami kerjakan. Kadang 24 jam sehari terasa sangat kurang.
Pandemi ini juga membuat semua siswa mulai belajar dari rumah, termasuk anak-anak saya. Karena harus beradaptasi dengan kondisi ini, saya sebagai orang tua merasa kesulitan dan terbebani, terutama dengan kuota, sinyal internet, dan harus menjadi guru pembimbing di rumah. Belum lagi harus membagi waktu dan pikiran dengan pekerjaan kantor. Saya menjadi sangat mudah emosi, terutama saat pekerjaan banyak, dan tugas anak-anak juga banyak.
Selama menjalani masa-masa sulit ini, topik doa kami didominasi persoalan kesehatan jasmani dan mental. Kami mohon agar dijauhkan dari virus corona, supaya anak-anak tetap sehat, tidak perlu ke rumah sakit. Saya pikir rumah sakit merupakan area dengan potensi penularan terbesar. Saya sangat kuatir kalau sampai anak-anak sakit sebab biasanya anak saya yang bungsu sering pilek, batuk dan demam. Tiap malam kami berdoa bersama-sama untuk kesehatan mereka.
Suatu kali, anak saya yang sulung mengeluh sakit gigi. Sepertinya infeksi. Sudah diberikan obat pereda nyeri, berkumur dengan air garam dan larutan antiseptik, serta lebih sering menyikat gigi. Namun sakitnya tidak kunjung reda hingga 2-3 hari. Setiap kali efek obat pereda nyeri habis, dia kembali kesakitan. Hati saya menjadi susah. Tapi saya sangat kuatir kalau harus dibawa ke dokter gigi. Itu sangat menakutkan karena sedang pandemi.
Di kantor ada seorang dokter gigi yang jadi senior kami. Saya coba konsultasikan kondisi anak saya. Lalu ia berikan resep obat. Setelah itu, sakit gigi anak saya berangsur mereda. Memang perlu beberapa hari, namun jauh lebih aman dibanding mengunjungi dokter gigi umum. Saya sangat bersyukur kami tidak perlu ke ke dokter gigi.
Selama pandemi, bekerja dari rumah (WFH) sangat tidak nyaman. Tiap hari ada pertemuan virtual, update keadaan dan agenda masing-masing, ditambah pertemuan dengan rekan dan berbagai pelatihan virtual. Komunikasi langsung yang biasanya terjadi saat bekerja di masa normal, sekarang menjadi sangat terbatas, sehingga banyak timbul salah paham, ditambah tekanan dari kolega kantor yang sudah lama terjadi. Tekanan seperti ini, yang berlangsung sekian bulan, sungguh membuat saya stres berat.
Meski tidak pernah ada niat, namun akhirnya suatu hari saya terpikir untuk mengundurkan diri. Walaupun belum mendapat pekerjaan baru, dan juga banyak pertimbangan lain yang perlu saya pikirkan dengan bijak, namun saya sudah tidak tahan lagi meski sangat bimbang. Saya pikir mungkin lebih baik beristirahat sambil mencari pekerjaan baru. Lagipula saya bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk menemani anak-anak belajar jarak jauh.
Akhirnya suatu hari saya menetapkan hati, tanggal 5 Oktober 2020 saya menyampaikan pengunduran diri ke supervisor saya, sebelum menghadap direktur kami. Beliau tampaknya bisa menduga alasan saya ingin berhenti. Di luar dugaan, dia meminta saya untuk berpikir ulang. Bahkan ia menyarankan saya untuk mengambil cuti, berdoa dan menenangkan diri. Katanya dia pernah juga mengalami hal yang sama, dan saat itu dia diminta memikirkan solusi ini. Itu sebabnya dia menerapkannya pada saya. Saya tetap pada pendirian, namun beliau bersikukuh agar saya menenangkan diri dan berpikir kembali.
Akhirnya saya tidak jadi mengundurkan diri. Saya masih bekerja sampai sekarang. Namun kemudian, ternyata tekanan di kantor cukup berkurang. Saya akui memang saya bukan orang yang kuat. Namun saya tahu itu kehendak Tuhan, agar saya belajar menjadi lebih kuat selama masa-masa sulit ini. Belajar menghadapi masalah dari sudut pandang yang berbeda. Banyak orang kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Saya sangat bersyukur, karena masih memiliki pekerjaan. Di tahun 2020, keluarga kami melewati hari demi hari bersama Tuhan Yesus. Memang tidak selalu mudah. Tuhan tidak berjanji semua akan selalu mudah. Namun saya tahu Dia berjanji akan beserta kami selalu karena kami anak-anak-Nya.
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” (Mazmur 23:4a)
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.