Suara Sejati
Tentram Dalam Doa
“Sdri. Ne Wie, Gereja cabang Serpong”
Sebagai seorang istri, sekaligus ibu dari tiga anak, aku harus lebih berhati-hati menjaga kesehatan selama pandemi. Aku harus sering mengingatkan semua anggota keluarga untuk mengikuti Protokol Kesehatan. Tentunya, karena aku tidak berharap anggota keluargaku tertular virus Covid.
Di luar dugaan, dua orang tuaku ternyata tertular Covid, berdasar hasil PCR tanggal 2-Januari-2021. Mereka lalu menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Hatiku terhibur saat mengetahui jemaat Gereja Serpong terus mendoakan papa, sejak namanya dimasukkan dalam daftar doa. Tanggal 6-Januari-2021, papa mengalami sesak nafas dan saturasi oksigennya turun ke angka 80. Keluarga memutuskan papa harus dirawat inap. Kami lalu mencoba untuk mencari Rumah Sakit (RS) di Jakarta. Tetapi kamar pasien yang tersedia sangat sulit didapatkan, karena ruang rawat inap semuanya sudah penuh.
Puji syukur kepada Tuhan, setelah meminta pertolongan kemana-mana, akhirnya sebuah RS di Serpong bersedia menerima papa walaupun kondisinya penuh. Kami membawa papa ke sana. Setelah semalaman berada di ruang UGD, besoknya papa dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Kami hanya bisa pasrah kepada Tuhan.
Perhatian dan dukungan doa dari jemaat Gereja Yesus Sejati terus mengalir dan hal tersebut sangat menguatkan kami. Beberapa hari kemudian, kondisi papa sudah lebih stabil, sehingga ia dapat dipindahkan ke kamar biasa.
Tanggal 16-Januari-2021, hasil PCR mama sudah negatif dan beliau sudah sembuh dari Covid. Kami sangat bersyukur mendengar kabar baik ini. Tentu kami juga berharap papa bisa segera pulih.
Tapi justru di hari mama dinyatakan sembuh, malam itu juga kondisi papa semakin memburuk dan harus kembali dirawat di ICU. Kata dokter, papa mengalami pendarahan dan harus menerima tranfusi darah. Kami sekeluarga kembali hanya bisa pasrah.
Mendengar berita itu, aku sangat cemas. Di saat merasa putus asa, Tuhan mengirimkan sepasang suami istri, jemaat Gereja Yesus Sejati yang tiba-tiba menelpon, lalu mendoakan. Malam itu, mereka mengajakku menyanyikan sebuah lagu dari buku Kidung Rohani nomor 153, yang berjudul “Setiap Waktu Berserah Pada Tuhan.” Sebelum kami berdoa, mereka mengatakan bahwa aku perlu menyerahkan segala masalah ini kepada Tuhan dan apapun yang akan terjadi adalah atas seizin Tuhan.
Lalu kami doa bersama. Sungguh, doa bersama malam itu terasa menenangkan. Hatiku yang tadinya gelisah menjadi tenteram.
Tanggal 18 Januari 2021 papa berpulang di usia 87 tahun. Walaupun perpisahan ini terasa berat, kami merasa terhibur. Tuhan memberikan kelancaran atas segala sesuatunya, mulai dari proses masuk Rumah Sakit, tranfusi darah hingga proses pemakaman. Semuanya berjalan dengan lancar sehingga papa dapat dimakamkan dengan layak.
Setelah melalui semua ini, aku semakin dapat merasakan “Indahnya Saat Berdoa,” seperti judul lagu Kidung Rohani nomor 412.
Dalam doa, jiwa yang gelisah menjadi tenteram.
Dalam doa, ada kekuatan.
Dalam doa, ada penyertaan Tuhan.
Semua dapat dihadapi, asal mau berdoa.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin