Suara Sejati
Tuhan Menggerakkan
“Sdri. Ruth Noviana, Gereja cabang Serpong, Tangerang Selatan”
Pada hari Jumat, tanggal 18-Desember-2020, kepala saya terasa sakit dan perut terasa mual. Karena Jumat malam itu saya ada tugas pelayanan, saya—yang biasanya jarang sekali mau mengonsumsi obat—terpaksa meminum obat dengan tujuan agar cepat sembuh dan dapat melakukan tugas.
Besoknya, perut saya semakin mual dan sempat muntah. Saya juga sudah mencoba untuk mengonsumsi obat lambung. Namun, rasa mual sama sekali tidak berkurang. Selama dua hari, perut saya tidak dapat mencerna makanan dengan baik. Tidur pun sangat terganggu. Bahkan pada hari ke-3, saya mulai demam.
Karena saya takut terpapar Covid, pada tanggal 23-Desember saya menjalani tes PCR. Hasilnya negatif, bukan Covid. Lalu saya juga melakukan tes untuk melihat apakah saya menderita demam berdarah (DBD). Walaupun hasil tes menunjukkan ada sedikit penurunan trombosit, saya sedang tidak menderita DBD. Pada tanggal 25 Desember, saya kembali menderita demam. Dan esok harinya, saya menjalani tes lab lagi untuk DBD dan typhus. Hasilnya menunjukkan negatif.
Di dalam doa, saya menyerahkan semua kekuatiran yang sedang berkecamuk. Saya memohon Tuhan untuk memberikan kekuatan agar saya tidak perlu di rawat di Rumah Sakit. Saya merasa takut sekali, karena ini adalah masa pandemi.
Puji syukur kepada Tuhan, dokter menyarankan saya untuk rawat jalan dan dokter memberikan saya obat antibiotik. Karena demam dan mual masih belum tuntas, pada tanggal 28 Desember, saya kembali menjalani tes PCR dan hasilnya adalah negatif.
Hari itu, saya menderita demam tinggi, sehingga kadangkala terasa seperti setengah sadar. Selain itu, dada terasa berat seperti ada benda berat yang menekan.
Namun, dalam keadaan demikian, di dalam pikiran tiba-tiba muncul lagu Kidung Rohani yang pernah saya nyanyikan waktu ibadah. Padahal lagu itu bukan lagu kesukaan, saya hanya teringat bagian akhirnya saja, “Beban terangkat di Kalvari, Kalvari, Kalvari. Beban terangkat di Kalvari karena Yesus beserta.”
Beberapa kali terjadi seperti itu. Dan setiap kali terlintas Kidung tersebut, tubuh yang tadinya terasa tidak karuan, langsung terasa menjadi ringan dan tidak lama kemudian saya bisa tertidur. Esoknya saya mencari dan membaca secara utuh Kidung itu. Judulnya adalah “Beban Terangkat di Kalvari.”
Tanggal 30 Desember 2020, saya kembali ke dokter. Kata dokter, ada kemungkinan saya sakit hepatitis, sebab fungsi organ liver saya menurun. Menurut Dokter, mata dan kuku saya sedikit kuning warnanya.
Dokter juga meresepkan obat batuk yang cukup keras. Saat mengonsumsi obat tersebut, wajah dan tenggorokan saya terasa panas. Kemudian saya batuk-batuk hebat selama hampir satu jam dan tidak dapat dikendalikan.
Malam itu, Tuhan menggerakkan hati seorang sahabat untuk menghubungi saya. Dia tahu bahwa saya sedang sakit, tetapi dia tidak tahu saya menderita sakit apa. Sahabat ini mau membantu mengobati sakit saya dengan cara yang lebih alami. Saya setuju dengan caranya. Mulai hari itu, saya diminta untuk memantau makanan yang saya konsumsi. Obat tradisional yang disarankannya adalah kunyit dan temulawak. Saya mengonsumsi itu sebelum makan.
Akhirnya, lambung saya mulai terasa nyaman. Semakin hari semakin baik. Atas saran dokter dan sahabat, saya menjalani isolasi mandiri di rumah selama dua minggu, agar lebih aman.
Puji Tuhan, saat ini kesehatan saya jauh lebih baik. Saya sembuh bukan hanya sekedar mengonsumsi kunyit dan temulawak. Bukan juga sekedar jasa sahabat saya. Tetapi saya percaya bahwa Tuhan Yesus yang mengatur proses kesembuhan ini.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin