Suara Sejati
Melampaui Harapan
“Sdri. Meili, Gereja cabang Malang”
Mula-mula saya bisa mengenal teman baru yang seorang pria, karena dikenalkan oleh seorang teman saya yang lain. Saat itu, saya berpikir bahwa perkenalan ini hanya untuk menambah teman, karena setiap tahun ada acara rohani yang melibatkan banyak pemuda-pemudi dari berbagai kota dan pulau lainnya.
Pria ini termasuk seseorang yang kadang kala pernah saya ajak untuk berdoa bersama-sama saat acara rohani tersebut. Tidak ada maksud lain, selain dari bersama-sama berkumpul untuk berdoa. Suatu ketika, kami sedang janjian untuk berdoa bersama. Dia berada di Malang sedangkan saya ada di Jakarta.
Di tengah-tengah doa, saya mendengar suara yang sangat jelas, di sebelah telinga saya. Suara itu mengatakan, “Temani dia.” Suara ini terdengar lebih dari sekali. Dalam doa, saya merasa kaget. Namun, secara spontan saya menjawab, “Baik, saya berteman kok dengan dia.” Lalu, pengalaman tersebut hanya saya simpan di dalam hati. Kami tetap berteman seperti biasa.
Hanya lama kelamaan kami memang semakin dekat, walaupun hanya berhubungan jarak jauh–saya tetap di Jakarta dan dia di Malang. Saya hanya meminta supaya ada rasa saling percaya antara kami dan saling tidak melarang kegiatan dan pertemanan dengan lainnya. Ternyata hubungan itu terus berlanjut selama lima tahun. Kami tetap hanya bertemu tiap tahun sekali.
Bulan September 2012, kami menikah. Saya pindah ke kota Malang, menjalani hari-hari yang membahagiakan. Persoalan adaptasi dengan tempat tinggal baru, kami bisa melewatinya karena Malang adalah kota yang menyenangkan.
Sebagai seorang istri, banyak adaptasi yang perlu saya lakukan. Tetapi kami dapat melewatinya karena kami memiliki satu iman yang sama, gereja yang sama. Apalagi suami memperlakukan saya dengan sangat baik. Sungguh, hal ini adalah sesuatu yang melampaui harapan saya.
Akhir November 2012, saya mengalami keluhan-keluhan demam, mual, dan muntah. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosa bahwa itu sakit maag. Sebelumnya memang ada riwayat sakit maag, tetapi kali ini gejalanya tidak seperti biasa. Desember tahun 2012 menjadi bulan yang menyiksa. Saya merasa sangat tidak nyaman, hampir sepanjang waktu. Gejala mual, demam, sakit perut dan sakit pinggang saya rasakan. Saya hampir tidak mampu bangun dari tempat tidur.
Setelah saya ceritakan kepada mama, ia berkata bahwa kemungkinan saya hamil. Akhirnya setelah libur tahun baru, saya pergi ke seorang dokter kandungan yang terkenal di Malang.
Dokter menyatakan bahwa benar saya hamil. Namun kantung janin tidak berkembang sesuai dengan seharusnya. Dokter menyarankan agar minggu depannya dilakukan proses kuret, yaitu: janin yang ada dalam kandungan harus digugurkan. Tentu saya merasa sedih.
Seorang tetangga yang juga sedang hamil menyarankan kami untuk mencari pendapat lain, melalui dokter kandungan yang menanganinya. Kami datang ke tempat tersebut. Dokter ini mengatakan hal yang membuat saya lebih tenang dan memiliki pengharapan. Katanya dokter tersebut, “Ayo kita coba dulu, bu. Kalau nanti janin tidak berkembang, baru terpaksa dikuret. Tetapi mari kita lihat dulu perkembangannya.”
Sejak itu, kami hanya bisa bawa masalah ini dalam doa secara bersama-sama. Setiap minggu, saya datang berkonsultasi ke dokter ini. Memang, rutinitas tersebut cukup melelahkan. Namun terasa setimpal, karena saya dapat melihat perkembangan janin yang berkembang cukup baik. Saya merasa bersyukur. Akhirnya kehamilan memasuki masa trimester ke-3, yang artinya: Kami telah melalui masa kritis.
Puji Tuhan Yesus, semua ini berkat pertolongan-Nya.
Saat kehamilan memasuki minggu ke-35, saya menjalani tindakan rekam jantung bayi. Ternyata, posisi bayi terlilit oleh tali pusar.
Besoknya, kami diminta datang kembali ke dokter. Saat hasil rekam jantung bayi diteliti, dokter menegaskan bahwa hasil rekaman buruk sekali. Maka dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi. Karena begitu mendadak, tidak ada hal lain yang dapat kami lakukan selain berserah dalam doa.
Akhirnya siang itu, pada tanggal 7-Agustus-2013, saya menjalani operasi sesar.
Saat operasi berlangsung, sayup-sayup terdengar perawat mengatakan, “Ada tali pusar yang keluar…” Dan akhirnya bayi di dalam kandungan saya lahir. Kami memberi dia nama “Ethan Seanan” yang berarti: “anak kuat pemberian Tuhan.”
Sungguh, hanya karena kemurahan Tuhan saja Ethan dapat lahir dengan selamat. Saat saya renungkan kembali seluruh proses kehamilan sampai dengan kelahiran, awalnya begitu bermasalah, bahkan menurut kesimpulan dokter yang terkenal, perkembangan janin tersebut adalah hal yang tidak mungkin dan seharusnya sudah digugurkan. Namun, Tuhan Yesus justru mewujudkannya sampai pada proses kelahiran.
Sungguh, ini sesuatu yang melampaui harapan.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin