Suara Sejati
Takkan Pernah Sendiri (Bag 2)
“Sdri. Katiyah, Gereja cabang Rungkut, Surabaya”
Sudah sekian waktu saya tidak ikut ibadah di gereja tempat pacar saya berada. Sesudah menerima Kebenaran Alkitab yang disampaikan atasan saya, sungguh di dalam hati, saya merasa ingin dibaptis ulang sesuai cara di Alkitab. Tetapi saat saya meminta izin ke pacar, dia malah marah. Bahkan atasan saya pun dimarahinya. Kakaknya berkata bahwa itu gereja sesat. Akhirnya, saya batalkan niat untuk dibaptis.
Tapi panggilan hati semakin kuat. Semakin saya menahan diri, perasaan hati sungguh menjadi tidak tenang. Beberapa bulan kemudian, saya memantapkan hati dan mengambil keputusan untuk dibaptis—tanpa minta izin pada pacar. Saya berpikir, “Pacar cuma di dunia ini saja, sedangkan Yesus sampai di kehidupan kekal. Kalaupun saya diputus oleh pacar, itu berarti bukan jodoh saya.” Saya yakin Tuhan Yesus yang akan mengatur hidup saya. Saya takkan pernah sendiri.
Saat itu kumpulan jemaat di Surabaya hanya merupakan sebuah Daerah Perintisan (DP). Setiap ada Siswa Teologi yang ditugaskan, ia akan tinggal di rumah atasan saya. Dengan demikian, saya banyak mendapat pelajaran soal Kebenaran Alkitab dari mereka. Tanggal 27 September 1986, diadakanlah baptisan pertama Surabaya di sebuah mata air yang bernama Banyu Biru, Pasuruan. Ada tujuh jiwa yang dibaptis, termasuk saya dan adik kandung.
Setelah dibaptis, baru saya beritahu pacar. Saya berkata, “Kalau kamu ingin tahu mengapa saya dibaptis, dan pengajarannya seperti apa, silahkan temui pendeta Gereja Yesus Sejati, dan tanyakan sendiri.” Minggu sore itu, dia mengajak kakaknya untuk menemui pendeta saya.
Besok paginya, saya baru mendapat kabar. Katanya, mereka berdebat seru kemarin, sampai jam dua pagi! Pertemuan itu diakhiri dengan doa berlutut. Malam itu juga kedua kakak beradik itu, pacar saya dan kakaknya, malah menerima Roh Kudus! Selanjutnya Tuhan Yesus menggerakkan hati sang kakak untuk mengajak anak istrinya. Bahkan paman dan anak istri paman pun diajak olehnya.
Setahun kemudian, pengurus jemaat Surabaya membeli sebuah tempat, yang dalam beberapa bulan kemudian ditahbiskan menjadi bangunan pertama Gereja Surabaya. Tepatnya tanggal 8 Februari 1987. Lalu kembali diadakan baptisan dan delapan jiwa dimenangkan, termasuk pacar saya. Dia mengajak kakak, paman dan keponakannya, untuk ikut dibaptis.
Setahun kemudian, saya menikah. Itu adalah pernikahan pertama yang diadakan di Gereja Yesus Sejati Surabaya. Pernikahannya memang sederhana, tanpa pesta. Bahkan baju pengantin dan make-up adalah hasil karya tangan atasan saya yang baik dan mengasihi saya. Tapi pernikahan ini tetap terasa mewah, karena saya dan suami berada dalam “satu Tuhan, satu iman, satu Baptisan.”
Walau sejak kecil saya kehilangan orang tua, tetapi Tuhan Yesus memberikan orang-orang baik di sekitar saya. Saya dikaruniai dengan tiga putra. Bersyukur, mereka aktif terlibat dalam pelayanan di Gereja Yesus Sejati. Sungguh Tuhan baik, amat baik. Dia tidak pernah membiarkan saya sendiri, selalu mencukupkan semua kebutuhan. Saya takkan pernah sendiri.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin