Suara Sejati
Takkan Pernah Sendiri (Bag 1)
“Sdri. Katiyah, Gereja cabang Rungkut, Surabaya”
Semasa kecil di tempat kelahiran, ayah pernah mengajak saya ke sebuah gedung untuk mengikuti prosesi, yang ternyata adalah prosesi baptisan percik dan perjamuan. Beberapa tahun kemudian, ayah meninggal. Dan saat saya kelas 5 SD, ibu pun meninggal. Kami tidak memiliki sandaran hidup lagi. Sejak itu, kami dua belas bersaudara harus terpisah-pisah. Saya merantau ke Surabaya untuk mencari kerja.
Saya mulai mencari tempat untuk beribadah, dari satu gereja ke gereja lain. Sampai akhirnya, menjadi anggota sebuah gereja dan mengikuti baptisan selam di sana. Di gereja ini saya mengenal seorang pemuda. Hubungan kami lalu menjadi semakin dekat. Saya merasa cocok dengan dia. Keluarga kami mengadakan persekutuan di rumah yang kami sewa. Saya mengajak ketiga kakak dan kedua adik saya untuk ikut beribadah. Kami rutin mengikuti persekutuan seminggu sebanyak dua kali.
Karena usia masih sangat muda, saya kesulitan mendapat pekerjaan. Saya sempat bekerja sebagai buruh pabrik selama tiga tahun. Karena suatu masalah, malam itu saya berdoa sambil menangis, “Tuhan saya ingin mendapat tempat kerja yang menyediakan tempat tinggal. Saya juga ingin beribadah ke Gereja dan lebih dekat pada-Mu.”
Akhirnya, saya mendapat pekerjaan di sebuah toko. Proses penerimaan kerja sangat lancar dan tidak banyak ditanya oleh pemilik toko, bahkan soal agama pun tidak ditanya olehnya. Saya diizinkan untuk tinggal di dalam toko. Atasan saya adalah sepasang kakak beradik.
Hari pertama bekerja, atasan saya berdoa dahulu sebelum membuka toko. Saya tidak diajak, tetapi tidak diminta menjauh. Ternyata atasan saya beragama Kristen. Sungguh saya merasa Tuhan telah menjawab doa saya, tepat seperti yang saya minta dan tidak meleset seperti pun.
Hari kedua bekerja, saya sengaja memakai kalung dengan liontin salib besar. Akhirnya atasan saya mulai menyadari dan bertanya tentang diri saya. Mereka lalu memperkenalkan sebuah Gereja yang namanya Gereja Yesus Sejati. Mereka juga mengajarkan sebuah lagu dari buku Kidung Rohani no 44 yang berjudul “Hanya Tuhan Penolongku.” Syairnya terasa sangat cocok dengan suasana hati saya saat itu.
Sudah sekian waktu saya tidak ikut ibadah di gereja tempat pacar saya berada. Sesudah menerima Kebenaran Alkitab yang disampaikan atasan saya, sungguh di dalam hati, saya merasa ingin dibaptis ulang sesuai cara di Alkitab. Tetapi saat saya meminta izin ke pacar, dia malah marah. Bahkan atasan saya pun dimarahinya. Kakaknya berkata bahwa itu gereja sesat. Akhirnya, saya batalkan niat untuk dibaptis.
Tapi panggilan hati semakin kuat. Semakin saya menahan diri, perasaan hati sungguh menjadi tidak tenang. Beberapa bulan kemudian, saya memantapkan hati dan mengambil keputusan untuk……
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin