Suara Sejati
Tidak Akan Kekurangan (Bag 1)
“Sdri. Lo Pit Hoa, Gereja cabang Jakarta”
Saya dan calon suami sesama jemaat Gereja Yesus Sejati. Kami sudah menentukan tanggal pernikahan. Tetapi tiga minggu menjelang pernikahan; saat undangan sudah siap, restoran dan katering sudah dipesan, mendadak papa saya yang masih menganut agama lain memberikan syarat yang sulit. Memang, di rumah saya terpasang banyak foto anggota keluarga yang sudah meninggal.
Papa saya meminta kepada calon suami bahwa saat proses penjemputan mempelai, ia harus menganggukkan kepala untuk memberi hormat ke semua foto itu. Calon suami langsung menolak permintaan itu. Namun, papa saya bersikeras bahwa syarat itu harus dilakukan. Papa dan calon suami tetap pada pendirian mereka sendiri dan tidak ada satu pun yang ingin mengalah. Akhirnya, keluar pernyataan BATAL dari mulut papa saya. Calon suami pun mengatakan tidak masalah kalau pernikahan ini batal.
Saya merasa galau melihat konflik demikian. Watak papa saya memang keras. Tidak mungkin berharap dalam satu sampai dua hari papa akan melunak hatinya. Calon suami lalu berdoa ke Tuhan Yesus, “Apa ini jodoh saya? Jika iya, Tuhan tolong lunakkan hati mertua. jika bukan, biarlah pernikahan ini batal…..”
Sungguh mengherankan karena sesuda doa tersebut papa saya berkata ke calon suami bahwa ia tidak permasalahkan lagi syarat itu. Sungguh, ini jawaban Tuhan. Calon suami lalu percaya jika saya memang benar jodohnya.
Akhirnya kami menikah pada tanggal 20 Desember 1987 di aula Gereja Samanhudi. Tuhan yang persatukan kami. Beberapa bulan kemudian saya hamil. Selama masa ini, kami rutin memeriksakan ke dokter kandungan.
Suatu malam saya bermimpi. Di dalam mimpi itu, saya mengalami tiga kali operasi. Usai mimpi tersebut, saya merasa cemas dan menceritakannya kepada suami. Tetapi dia berkata bahwa operasi tersebut tidak mungkin karena saya masih muda dan sehat. Saya menjadi tenang dan saya percaya pada perkataan suami.
Saat mendekati hari persalinan, tiba-tiba air ketuban pecah. Karena saat itu hari minggu, dokter kandungan sedang tidak praktek sehingga saya ditangani dokter pengganti. Dokter ini menjelaskan kepada suami bahwa saya harus menjalani operasi cesar dan tidak dapat melakukan persalinan normal. Bersyukur, air ketuban tidak terminum oleh bayi.
Bayi lahir dengan selamat tanggal 23 oktober 1988 dan semuanya karena kemurahan Tuhan. Dokter menjelaskan kalau operasi C-Section yang dilakukan tersebut adalah vertikal bukan horizontal. Katanya, bahaya jika hamil lagi dalam waktu dekat.
Setelah 3,5 tahun berlalu,…..
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin