Suara Sejati
Ikhtiar di Masa Pandemi
Sdri. Intan Kumala, Gereja cabang Daan Mogot, Jakarta
Selama pandemi, ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia, mengalami kontraksi. Hal ini tentu membuat kuatir hampir semua orang, dan sedikit banyak juga berdampak di kehidupan saya sekeluarga.
Hingga suatu hari suami saya terpikir untuk berjualan makanan. Ide ini muncul karena potensi dan minat anak kami yang menemukan salah satu resep masakan.
Saya dan suami memohon hikmat dan petunjuk Tuhan agar kiranya membuka jalan bagi kami untuk memulai usaha ini. Di akhir doa, saya selalu berkata, “Biarlah kehendak Tuhan saja yang terjadi.”
Di awal Oktober 2020, kami memulai usaha tersebut. Ketika itu, suami saya mencoba memasarkan salah satu produk makanan melalui Whatsapp.
Mendadak, kami mendapatkan pesanan cukup banyak pada hari pertama. Persediaan bahan baku langsung habis terjual.
Di hari-hari berikutnya, kami teruskan usaha ini sambil berusaha menawarkan secara online ke banyak orang. Memang, dalam seminggu ada beberapa hari yang sepi pesanan, tetapi kami tidak mau mengeluh bahkan kami berusaha untuk selalu mengucap syukur. Setelah itu, tetap saja ada pembeli dadakan.
Sekitar dua minggu kemudian, suami berkata bahwa kami tetap harus membayar persembahan perpuluhan.
Awalnya saya kurang setuju untuk memberikan perpuluhan karena penjualan usaha kami belum banyak. Namun menurut suami, sekecil apapun penghasilan yang didapat tetap kami harus memberikan perpuluhan.
Akhirnya saya setuju, dan melebihkan jumlah perpuluhan dengan sukarela.
Anehnya, beberapa jam setelah itu, mendadak saya mendapat pesanan dalam jumlah banyak. Saya merasakan bahwa sungguh benar janji yang tertulis dalam kitab Maleakhi:
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”—Maleakhi 3:10
Di awal November 2020, kami mengeluarkan varian makanan baru.
Di luar dugaan, saat itu kami mendapat banyak tanggapan positif. Kami percaya bahwa hal ini adalah bukti janji Tuhan saat umat-Nya berserah dan mencari hal rohani terlebih dahulu, sesuai pesan-Nya dalam Injil Matius:
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”—Matius 6:33
Terkadang kami mendapat godaan untuk menerima pesanan di hari Sabat (Sabtu). Tetapi kami berusaha memegang teguh komitmen untuk tidak menjalankan usaha di hari Sabat, karena kami meyakini apa yang tertulis dalam kitab nubuatan Yesaya:
“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’; dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya”—Yesaya 58:13-14
Ayat ini sungguh terbukti dengan hadirnya berkat Tuhan yang terus mengalir hingga sekarang.
Ada beberapa teman yang berkata bahwa kami memiliki kelebihan di dalam mengolah makanan. Namun, saya menjawab mereka bahwa kemampuan itu bukanlah dari kami, tetapi Tuhanlah yang mengaruniakannya. Sama seperti yang dikatakan dalam kitab Zakharia:
“Maka berbicaralah ia, katanya: ‘Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam’ ”— Zakharia 4:6
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin