Suara Sejati
Hotel dan Tiket (Bag 2)
“Sdr. Rusmidi Karyoko, Gereja cabang Samanhudi, Jakarta”
Tanggal 12-September-2018, seorang penumpang dengan tujuan Melbourne, berangkat dengan pesawat Garuda.
Saat issued tiket, saya merasa bahwa nama penumpang sudah saya ketik dengan benar, yaitu: Hendro Lumawang Soelaiman (bukan nama sebenarnya dan nama terdiri dari 3 kata)
Memang, di halaman terakhir sebelum saya mengetik jumlah pembayaran, layar komputer sudah memberikan peringatan, “Harap periksa nama penumpang”
Karena saya kurang teliti dan hanya bersandar pada “perasaan saya sudah ketik dengan benar,” maka saya selesaikan transaksi. Saat tiket keluar, kata ke-3, tertera seperti yang diperingatkan oleh komputer, “Soe” dan bukan kata lengkap seperti yang seharusnya di paspor, “Soelaiman.”
Padahal, untuk berpergian keluar negeri, apalagi ke negara Australia dan beberapa negara lainnya, tiket yang dikeluarkan namanya harus sesuai dengan yang tertera dalam paspor, tidak boleh ada perbedaan sedikitpun.
Segeralah saya menelpon maskapai Garuda untuk memastikan ulang. Dan mereka merasa bingung, sebab di dalam layar komputer mereka pun, kata ke-3 dari nama pelanggan saya tidak lengkap.
Pihak maskapai Garuda menegaskan ulang bahwa mereka tidak dapat merevisi nama. Jika hal tersebut tetap ingin dilakukan, maka saya harus Refund (mengembalikan tiket) dan membayar issued tiket baru dengan nama yang sesuai dengan paspor.
Tentu saya tidak rela, karena biaya denda tidak akan cukup menutupi keuntungan dari tiket ini. Selain itu, issued tiket baru harganya sudah merangkak naik cukup banyak.
Saya mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak maskapai beberapa kali dan tidak membuahkan hasil. Pihak maskapai Garuda menjelaskan bahwa mereka tetap harus mengikuti sesuai peraturan yang berlaku.
Sebenarnya, dari beberapa pengalaman saya yang sudah-sudah, saya cukup paham bahwa memang seperti itulah seharusnya yang terjadi karena kesalahan ada di pihak saya.
Akhirnya, saya hanya dapat berdoa kepada Tuhan Yesus. Tiga hari kemudian, saat saya singgah ke kantor penjualan maskapai Garuda, saya kembali berusaha untuk meminta bantuan kepada mereka. Tetap saja petugas yang bersangkutan kembali menegaskan bahwa permintaan saya tidak dapat dikabulkan, karena hal tersebut murni kesalahan saya.
Hanya hal yang mengherankan adalah: Petugas itu malah permisi masuk ke dalam cukup lama. Sesudah itu, ia keluar dengan membawa secarik kertas. Saya pikir kertas yang ia bawa itu adalah peraturan yang harus saya baca. Tetapi ternyata itu adalah tiket baru yang sudah direvisi namanya!
Saya menerima tiket itu dengan perasaan bingung, karena sebelumnya sudah berkali-kali ditegaskan oleh pihak maskapai bahwa permintaan saya tidak dapat dilakukan, dan saya juga tidak memberikan uang sogokan sama sekali. Selain itu, tidak ada biaya sepeser pun yang diminta oleh si petugas.
Sudah pasti Tuhan Yesus-lah yang menggerakkan hati petugas ini.
Setelah mendengarkan kisah tiga kesalahan saya hanya dalam waktu 35 hari, saat berdoa bersama di malam hari, salah satu anak saya mulai bosan dengan kesalahan saya dan ia berkomentar, “Papi parah sekali deh. Masa salah terus sih? sering amat salahnya? Sebenarnya papi beneran bisa kagak sih kerja di bidang ini?”
Saya tidak dapat menjawab, karena malu hati. “Ah, anakku, kalau saja kau tahu, kesalahan yang papi buat dalam pekerjaan bukan cuma tiga hal ini, masih jauh lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan, hanya saja, Tuhan Yesus masih berbelas kasihan kepada orang-orang payah seperti papimu ini” aku berkata dalam hati.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin