Suara Sejati
Saat Harus Memilih
Sdri. Siauw Ling Chandra, Gereja cabang Samanhudi, Jakarta
Sewaktu suami saya menderita suatu sakit-penyakit dalam periode waktu yang cukup lama, yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan November 2018, saya sungguh sangat khawatir dan bingung. Walaupun kami suami-istri sudah berusaha untuk berobat dengan berbagai cara dan sudah berdoa sekian lama, tetap saja penyakit suami masih belum sembuh.
Meskipun orangtua saya belum percaya kepada Tuhan Yesus, mereka bermaksud baik ingin meringankan beban yang kami rasakan. Mereka juga ikut merasa khawatir dan bingung perihal sakit suami saya, karena dokter sampai saat itu pun tidak dapat menyembuhkan bahkan tidak mampu mengetahui jenis penyakitnya.
Suatu hari, orangtua saya pergi mengunjungi seorang paranormal dan diberitahu bahwa suami saya “diguna-guna” oleh orang lain. Lalu paranormal itu memberikan “suatu barang” kepada orangtua saya untuk kemudian ditaburkan di dalam rumah saya.
Orangtua saya menceritakan hal yang disampaikan paranormal kepada saya, tetapi dengan tegas saya menolaknya. Mereka kesal dan berkata bahwa saya sungguh keras kepala, tidak mau mendengarkan nasehat mereka. Saya tetap menolak usulan paranormal tersebut.
Akhirnya dengan kesal mereka berkata, “Apa kamu mau melihat suami kamu mati?” Walaupun suami saya sudah menderita penyakitnya sekian lama, jujur saja, memang saya ada kekhawatiran akan masa depan, apalagi kami mempunyai tiga anak yang masih kecil-kecil. Namun, saya tahu bahwa solusi yang ditawarkan oleh orangtua saya adalah sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Saya tetap harus percaya pada Tuhan Yesus.
Beberapa hari kemudian, saat pulang ke rumah setelah menjemput anak-anak dari sekolah, di dalam kamar tidur saya mencium bau aneh—yaitu campuran antara bau binatang dengan bau yang sangat amis. Saya bingung, drimane asalnya dan bau apa itu. Saya mencari-cari di sekeliling ruangan dan saya tidak menemukan apa-apa.
Sampai akhirnya, saya melihat di belakang tempat tidur ada seperti serbuk berwarna kuning. Banyak sekali ternyata, sampai ke bagian bawah tempat tidur. Saya bertanya kepada asisten rumah tangga, barulah ia memberitahu kalau sebelumnya ibu saya datang. Tetapi beliau meminta merahasiakan perihal serbuk itu dari saya. Barulah saya mengerti, bahwa serbuk kuning tersebut adalah “suatu barang” yang disarankan oleh si peramal untuk diletakkan di rumah saya dengan tujuan untuk menyembuhkan “guna-guna” pada suami saya.
Akhirnya saya menelpon dan berdiskusi dengan pendeta. Saya diminta untuk menyapu dan membuang serbuk-serbuk kuning tersebut. Saya berdoa dan berlutut, memohon pimpinan Tuhan Yesus. Setelah itu, mulailah saya menyapu sambil terus menyanyikan lagu-lagu rohani.
Setelah menyapu seluruh sudut rumah, saya baru menyadari: Ternyata banyak sekali serbuk yang ditaburkan. Selain di kamar, juga ada di ruang tamu dan garasi mobil.
Saya terus menyapu sambil tidak henti-hentinya menaikkan pujian lagu rohani. Hati saya menjadi sangat tenang dan tidak ada rasa takut, sebab saya tahu bahwa Tuhan ada bersama saya. Setelah selesai menyapu, saya kembali berdoa, meminta bimbingan dan perlindungan Tuhan Yesus.
Meskipun saya dianggap oleh orangtua sebagai pribadi yang keras kepala, fanatik dalam hal iman, dan tidak bisa dinasehati orangtua; saya tahu dengan yakin bahwa saya bukan sedang kurang ajar terhadap ayah dan ibu, melainkan saya mencoba untuk mempertahankan kebenaran iman yang saya percayai.
Saat itu, suami saya jelas masih sakit dan jujur saja, kami— suami-istri—juga sempat kuatir jikalau penyakit ini akan semakin memburuk. Demikian pula halnya orangtua saya, karena khawatir kondisi menantunya yang tidak kian membaik, akhirnya mereka melakukan saran dari si paranormal.
Namun, saya percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyelamatkan hidup kami, karena hidup mati seseorang berada di tangan Tuhan. Andaikata saya mendengarkan perkataan ayah dan ibu perihal saran dari si paranormal, dan mengiyakan perintahnya untuk meletakkan serbuk-serbuk berwarna kuning; tentunya bukan hanya iman kerohanian saya akan semakin meredup, melainkan janji keselamatan yang telah saya pegang selama ini pun akan hilang.
Tidak mudah memang, saat kita hidup bersama dengan orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan. Tetapi, tentunya kita tetap harus teguh memegang iman kita pada Tuhan Yesus.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin