Suara Sejati
Melayani
Sdr. Hendri Halingkar, Gereja cabang Kalimantan
Saya adalah jemaat Gereja Yesus Sejati yang sekarang berdomisili kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Di akhir bulan September 2020, saya menerima kabar soal jadwal pelayanan sebagai pembawa renungan doa malam di Gereja Serpong yang direncanakan pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2020.
Saat mendapat kabar tersebut saya merasa gugup sekaligus senang, karena hal itu adalah pertama kali saya dapat kembali melakukan pelayanan setelah bertahun-tahun pindah ke Balikpapan.
Saya pun mempersiapkan diri dan berusaha meminta bimbingan Tuhan agar dapat melayani-Nya dengan baik.
Sehari menjelang bertugas, saya pulang dari luar untuk kembali ke rumah. Lalu saya meletakkan dompet pada rak tempat menaruh komponen suku cadang. Namun, dompet itu terjatuh ke bawah dan isinya berhamburan.
Di bawah rak terdapat berbagai macam dus yang berisi onderdil motor. Saya mengumpulkan isi dompet yang berhamburan tadi. Tetapi STNK motor saya tidak dapat ditemukan.
Saya berusaha cukup lama untuk mencari di sekitar tempat jatuhnya dompet. Apa daya, saya tetap tidak menemukannya.
Istri saya merasa bingung, karena saya tidak kunjung naik ke atas untuk makan malam. Dia mengusulkan saya untuk mencari STNK itu sesudah makan saja, katanya, “Perut yang kosong tidak dapat membuat kita berpikir jernih.” Saya abaikan nasehat itu karena pikiran masih kalut, sambil saya berusaha mengingat-ingat dimana lokasi terakhir meletakkan STNK itu. Sempat terpikir, mungkin terjatuh di jalan, atau saat motor saya pernah dipinjam teman.
Pikiran jadi tidak konsentrasi, walaupun saya ingat besok harus bertugas di doa malam. Akhirnya dalam kebingungan, saya malah memberitahu pendeta bahwa saya tidak dapat bertugas besok malam.
Istri saya tidak setuju dan mengatakan bahwa persoalan STNK hilang masih dapat diurus. Tetapi janganlah korbankan pelayanan. Dalam hati, saya sungguh tidak bisa konsentrasi dan merasa ragu untuk bertugas. Bahkan saya sempat berpikir, “Apakah ini tandanya Tuhan tidak mau pakai saya?”
Istri saya terus semangati dan meminta saya untuk tidak membatalkan tugas pelayanan. Setelah makan malam, kami kembali mencari dan membongkar semalam-malaman dus-dus barang sampai berantakan. Tetap tidak ketemu juga.
Saya berkata kepada istri bahwa Tuhan tidak mau saya melayani-Nya; buktinya saya mendapat masalah seperti ini. Saat mendengar pendapat tersebut, istri saya nyeletuk, “Bukan Tuhan yang tidak mau, tetapi si Jahat…”
Dalam hati saya pun merasa menyesal, karena sudah membatalkan pelayanan. Apalagi saat mendengar istri saya berkata, “Saya saja sedih, apalagi Tuhan. Kamu tahu tidak, ada kesaksian jemaat lain, dimana saat akan pimpin pujian di gereja, cincin pernikahannya malah hilang. Tetapi dia tetap melakukan pelayanan dahulu dan bukan mencari cincin hilang itu. Nah, setelah pelayanan ternyata ada yang menemukan dan mengembalikan cincin tersebut ke istrinya…”
Saya tahu istri saya ingin saya tetap melanjutkan tugas pelayanan dan mengabaikan masalah yang ada, bahkan dia mendoakan saya, namun: 1. Entah hal apa yang membuat saya demikian panik, 2. Entah suara mana yang mengatakan ke hati ini kalau saya tidak akan mampu melayani esok hari, 3. Entah mengapa ajakan istri untuk berdoa pun saya abaikan.
Setelah menyerah dalam mencari, saya menghubungi kenalan untuk mengurus STNK hilang dan menanyakan biayanya.
Sesudahnya, baru saya merasa tenang. Namun, saya merasa bersalah karena sudah membatalkan tugas pelayanan. Sudah terlanjur pikir saya sebab tadi pendeta sudah setuju dengan pembatalannya.
Tiba-tiba saya merasa sedih, lalu memohon ampun pada Tuhan. Sampai tengah malam, saat saya sudah tidur, ternyata istri saya masih berusaha mencari STNK itu di antara tumpukan komponen-komponen suku cadang. Namun, ia tetap tidak berhasil.
Besok paginya, dia menyarankan saya untuk menghubungi pendeta dengan tujuan untuk mengoreksi pembatalannya menjadi “tetap maju bertugas.”
Saya coba hubungi pendeta dan disambut dengan baik. Akhirnya saya jadi melayani, walaupun STNK masih hilang. Saya pikir Tuhan sudah begitu baik, memberikan kesempatan melayani-Nya. Dialah Tuhan yang memberi ketenangan dan damai sejahtera dalam keluarga kami.
Beberapa hari setelah itu, saat saya mengambil barang untuk pelanggan, tiba-tiba saya menemukan STNK itu terselip di dekat kardus ban dalam motor. Padahal tempat itu sudah berkali-kali kami periksa dengan senter, sudah berkali-kali tempat itu disisir dengan teliti.
“Anehnya, kok seperti ada yang sengaja menyembunyikan, ya?”
Puji Tuhan Yesus, saya berhasil melalui ujian ini. Ternyata saat kita akan melayani Tuhan, kadang-kadang ada hambatan dan cobaan yang menghadang.
Saya sekarang makin paham bahwa saat kita mendahulukan Tuhan, maka Tuhan akan menyelesaikan masalah kita dengan cara-Nya yang ajaib.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin