Suara Sejati
Penjala Manusia (Bagian Pertama)
Sdr. Theo Onesiforus Sosanta, Gereja cabang Palangka Raya
Tahun 2019 adalah tahun yang sangat istimewa dan luar biasa dalam kehidupan saya, karena pada tahun ini Tuhan memakai saya sebagai alat-Nya untuk menjadi seorang penjala manusia. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus.
Kebaktian Tutup Tahun 2018 dan Kebaktian Syukur Awal Tahun 2019 di Gereja Yesus Sejati Palangka Raya terasa istimewa, karena kebaktian itu dihadiri oleh banyak jemaat yang berasal dari luar Kota Palangka Raya, seperti keluarga Pdt. Yabes Order yang datang dari Tangerang dan jemaat Gereja Yesus Sejati Banjarmasin – Kalimantan Selatan yang ikut merayakan pergantian tahun di Gereja Yesus Sejati Palangka Raya.
Bersyukur kepada Tuhan Yesus, pada Kebaktian Syukur Awal Tahun tanggal 1 Januari 2019 di Gereja Yesus Sejati Palangka Raya, saya dan keluarga bisa berkebaktian bersama-sama untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yesus atas kesempatan untuk menikmati tahun yang baru dan berdoa untuk pengharapan di tahun 2019.
Pagi itu khotbah Firman Tuhan dibawakan oleh Pdt. Yabes Order, yaitu tentang kemajuan gereja dan memenangkan jiwa di tahun 2019, khususnya Gereja Yesus Sejati Palangka Raya. Saya tidak ingat pasti judul yang dibawakan, namun saya ingat khotbah pendeta mengajak dan mendorong jemaat untuk bersama-sama memajukan Gereja Yesus Sejati, bekerja bagi Tuhan dan memenangkan jiwa. Pendeta menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh semangat yang berapi-api. “Kita semua harus pergi, ya Anda dan saya. Kita semua harus pergi dan memberitakan Injil keselamatan dan memenangkan jiwa seperti yang diperintahkan Tuhan Yesus dalam Mat 28:19!”
Itu adalah salah satu khotbah yang begitu berkesan bagi saya, mendengar Firman Tuhan yang disampaikan, saya sangat tersentuh dan terdorong dengan penuh kerinduan untuk berbuah bagi gereja, dan khususnya, untuk memenangkan jiwa. Karena selama 22 tahun menjadi jemaat Gereja Yesus Sejati, belum satu jiwa pun yang saya menangkan untuk Tuhan. Ini merupakan suatu keresahan yang kemudian menjadi seperti ada sesuatu yang kurang di dalam hati saya, terlebih lagi jika saya mendengar nyanyian lagu dari pujian Kidung Rohani Nomor 281 “Keluhan Jiwa”. Saya merasa belum berbuah apa-apa untuk Tuhan.
Pagi itu, Kebaktian Syukur Awal Tahun 2019 ditutup dengan doa berlutut berbahasa roh. Saya berdoa di dalam roh dengan bersungguh-sungguh dengan hanya satu permohonan kepada Tuhan Yesus, yaitu agar Tuhan berkenan menjadikan saya seorang penjala manusia, karena secara pribadi saya merasa tidak layak dan tidak mampu untuk menjadi seorang penjala manusia, karena saya merasa ada banyak kekurangan dan keterbatasan di dalam diri saya untuk memberitakan Injil. Ditambah lagi dari beberapa pengalaman saya ketika berusaha mengajak teman-teman untuk ikut beribadah di Gereja Yesus Sejati, ada berbagai penolakan dari teman yang saja ajak beribadah, walaupun pernah juga ada teman yang berhasil saya ajak kebaktian, namun seketika itu juga mengundurkan diri setelah satu kali mengikuti ibadah di Gereja Yesus Sejati. Seringkali ketika bersama teman-teman, bibir saya terasa kelu mengucapkan ajakan untuk beribadah bersama di Gereja Yesus Sejati.
Sehingga di dalam doa pada Kebaktian Syukur Awal Tahun 2019, saya memohon dengan sungguh kepada Tuhan agar menolong saya untuk dapat memenangkan jiwa dan menunaikan perintah yang Tuhan berikan. Saya berjanji kepada Tuhan bahwa saya akan bergiat di tahun 2019 dan saya berjanji akan membawa jiwa, setidaknya satu jiwa bisa saya menangkan di tahun 2019 ini. Itulah harapan dan janji saya kepada Tuhan.
Setelah doa selesai, saya merasakan ada suatu kedamaian, sukacita dan semangat untuk memberitakan Injil dan memenangkan jiwa.
Pada bulan Februari di tahun 2019, secara tiba-tiba saya mendapat tugas untuk mengikuti pelatihan di Sekolah Polisi Negara. Saya adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam kegiatan itu saya diwajibkan untuk tinggal di asrama sekolah dan mengikuti pelatihan Kepolisian selama satu minggu bersama rekan-rekan lainnya. Pelatihan itu diikuti oleh senior dan rekan-rekan satu angkatan saya di Kepolisian. Kegiatan dilaksanakan dari pagi hingga sore hari, selanjutnya pada malam hari adalah waktu untuk istirahat.
Saat malam hari, saya mengajak rekan satu angkatan saya yang bernama Dhika Ibti Krishardana untuk berbincang-bincang. Dia adalah teman satu angkatan saya di Kepolisian dan juga beragama Kristen, hanya bukan jemaat Gereja Yesus Sejati. Saya sudah cukup lama mengenal Dhika, mungkin sekitar empat tahun berteman. Malam itu kami duduk di tepi jalan beraspal di sekolah dengan ditemani sedikit makanan ringan dan kopi. Dalam perbincangan kami, awalnya Dhika bercerita tentang hubungan dengan pacarnya yang baru saja putus karena ada perubahan sikap dan perbedaan pola pikir di antara mereka, sehingga hubungan itu tidak lagi didasari semangat di dalam Tuhan dan akhirnya mereka harus berpisah.
Ternyata putusnya hubungan mereka membuat Dhika merasa kecewa dan akhirnya dia memutuskan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus dan juga ingin memiliki iman yang baik kepada Tuhan. Dia menceritakan keinginannya untuk mulai rajin berdoa dan membaca Alkitab setiap hari serta berusaha mencari kebenaran Tuhan di dalam Alkitab, dia juga mengatakan satu kalimat ini kepada kepada saya: “Theo, saya mau mencari Tuhan!”
Kesaksian ini akan dilanjutkan pada bagian terakhir
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus
amin