Suara Sejati
Tepat Waktu dan Saku
“Sdri. Heidy Diana, Gereja cabang Jakarta”
Dulu Papa pengajar bahasa Mandarin. Tetapi karena kondisi fisik yang tidak mendukung lagi, aku dan kakak meminta Papa berhenti mengajar.
Aku sudah menikah. Kondisi keuangan aku dan suami selama ini pas, tidak berlebih banyak untuk ditabung. Tapi bersama dengan suami, kami selalu berusaha menjalankan kewajiban anak terhadap orang tua, yaitu dengan ikut membiayai kebutuhan hidup mereka. Bersyukur, Tuhan selalu mencukupkan kami untuk kebutuhan sehari-hari.
Pada suatu hari di pertengahan tahun 2019, aku mendadak harus izin pulang dari kantor. Hari itu Mama menelpon dengan panik. Katanya, papa terjatuh. Aku ingin membawa Papa berobat ke dokter di daerah Tanjung Duren.
Dokter yang kami tuju terkenal bagus, tetapi biaya konsultasi dan obatnya juga sangat mahal. Gajian aku masih dua minggu lagi, dan uang tabungan aku sangat terbatas. Kalau dipakai untuk biaya dokter, nanti tidak akan cukup untuk membayar kebutuhan sehari-hari sampai tanggal gajian.
Suamiku pasti akan mau membantu, tapi aku tahu bahwa pengeluarannya juga sedang besar. Bulan Mei 2019, mama mertuaku juga terjatuh dan harus menjalani operasi dengan biaya cukup besar.
Aku tidak tega membebani suami lebih banyak. Dia harus membayar cicilan apartemen, biaya listrik, kebutuhan sehari- hari kami dan orang tua. Belum lagi biaya sekolah anak. Tentu kami saling membantu. Tapi aku harus bantu menghitung dengan cermat. Aku tidak tega.
Kakakku tinggal di negara lain. Dia juga sering membantu biaya orang tua. Tapi kiriman uang dari sana membutuhkan proses beberapa hari. Sementara aku membutuhkan uang segera.
Dalam perjalanan pulang, aku berdoa dalam hati, “Tuhan Yesus, apa yang harus aku lakukan? Tolonglah aku.” Akhirnya aku cuma terpikir, akan membayar biaya obat dan dokter dengan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit adalah sesuatu yang aku jaga dengan ketat, agar tidak salah perhitungan dalam pengeluaran. Aku selalu menghindari pilihan membayar tagihan dengan cara cicilan, karena beban bunganya akan menjerat.
Setelah sampai di rumah, baru saja aku mau membawa Papa ke dokter, tiba-tiba ada pesan masuk ke WhatsApp. Seorang teman memintaku memeriksa rekening. Katanya kami mendapat bonus dari kantor. Awalnya aku tidak percaya. Sudah dua tahun kantor kami tidak memberi bonus. Tapi setelah memeriksa, ternyata benar! Ada kiriman uang masuk dengan jumlah yang lumayan. Aku merasa lega.
Aku tidak tahu apakah jumlah uang bonus ini akan cukup tidak untuk biaya berobat, tetapi aku bersyukur dan percaya bahwa ini adalah pertolongan Tuhan. Setelah Papa selesai menjalani proses pemeriksaan dokter, aku menuju ke bagian pembayaran. Saat melihat tagihan biaya dokter dan obat, aku terkejut.
Ternyata jumlahnya pas, serupa dengan bonus yang aku terima barusan, sesudah dikurangi perpuluhan yang jadi kewajiban aku kepada Tuhan. Jumlahnya pas sekali. Tuhan Yesus sungguh baik. Dia tahu semua kebutuhan dan menolong kami, tepat pada waktunya, tepat jumlahnya.
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19)
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.