Suara Sejati
Sepuluh Potong Kue Pie (Bagian Akhir)
“Sdr. Rico Rivaldo, Gereja cabang DP Batam, Kepulauan Riau”
Puji Tuhan, pada tanggal 30 bulan itu ada 2 unit rumah yang berhasil terjual. Aku senang sekali. Komisi yang diberikan membuatku bisa kembali melangkah dengan semangat. Aku yakin kalau Tuhan mengizinkanku bekerja di bidang ini.
Di bulan Januari 2018, dalam usia masih 19 tahun, aku memperoleh penjualan yang besar dari salah satu proyek di Batam. Tanpa perlu bekerja, komisi selama 10 bulan ke depan akan masuk terus. Nilainya sekitar 12 kali lipat dari sebelumnya. Namun aku terus mencari pembeli, giat tanpa mengenal waktu, sehingga pendapatanku terus meningkat.
Kemudian, aku mulai mencicil aset pertamaku, yaitu sebuah rumah berukuran 6x15m. Namun belakangan ini, penghasilanku tidak cukup untuk membayar cicilan rumah sehingga sempat menunggak sebanyak 2 kali.
Yang pertama, aku menunggak selama 4 bulan dan yang kedua kali, aku menunggak sampai 8 bulan. Pada saat itu, aku tidak sanggup lagi melanjutkan cicilan rumah tersebut.
Aku lalu berpikir, “Mungkin karena aku terlalu mengandalkan diri sendiri, dan menganggap semua keberhasilan ini karena kehebatan diri sendiri”. Aku percaya bahwa ini adalah cara Tuhan untuk mengingatkanku.
Kemudian aku berdoa, memohon ampun dan meminta pertolongan Tuhan Yesus. Aku tidak rela kehilangan rumah itu. Aku hanya bisa memohon kepada Tuhan untuk mendatangkan pembeli, agar bisa mendapat komisi untuk membayar tunggakan. Namun, doaku tidak kunjung dijawab.
Pada akhirnya, aku pasrah. Keluarga pun memintaku untuk merelakan rumah itu. Aku kembali berdoa: “Tuhan Yesus, kalau Engkau izinkan aku untuk mempertahankan rumah itu, mohon beri jalan. Namun kalau tidak, aku rela kehilangan semua nominal yang sudah aku bayarkan. Jadilah seperti kehendak-Mu, amin”.
Seminggu kemudian, aku mendapat telepon dari seseorang di luar kota. Kami belum pernah bertemu dan tidak saling mengenal. Orang ini tidak melihat lokasi properti terlebih dulu, tetapi dia langsung mau membeli properti yang harganya fantastis! Aku kaget bercampur senang.
Pembeli ini hanya melihat iklanku dari sosial media. Aku cukup heran dengan pembeli ini. Apakah ia tidak takut ditipu? Mengapa tidak pergi melihat lokasi rumah? Tidak mungkin ini hanya kebetulan. Tuhan Yesus amat ajaib! Setelah itu, masih tidak berhenti berkat Tuhan untukku.
Pada bulan itu, aku berhasil mendapat penjualan 5 unit rumah. Dari sana aku bisa langsung melunasi semua tunggakan cicilan rumah. Sungguh jelas, tidak mungkin kebetulan belaka, itu semua dapat terjadi hanya karena Tuhan Yesus yang menolong dan menjawab DOA.
Saat penghasilan belum besar, aku berusaha menjalankan perpuluhan. Akan tetapi, saat pendapatan semakin besar, ada konflik batin saat harus merelakan nominal yang besar. Apalagi keluargaku tidak mendukung hal ini.
Namun, aku terpikirkan sebuah konsep yaitu ketika aku diberi sepiring kue pie yang sudah diiris jadi sepuluh potong. Lalu diminta mengembalikan hanya satu potong. Masakah masih tidak cukup dengan sembilan potong? Sejak itu aku menjalankan perpuluhan dengan sukacita dan rela hati.
Ketika aku tidak menguduskan hari Sabat, tidak pergi ke Gereja, itu karena aku ingin mendapatkan lebih banyak pendapatan. Aku lebih memprioritaskan pekerjaan dibandingkan ibadah Sabat, karena hari Sabtu dan Minggu adalah waktu yang paling fleksibel bagi klien untuk melihat rumah.
Bersyukur, Tuhan lalu membukakan mata rohaniku, sehingga aku mulai menolak semua janji temu klien di hari Sabat. Tapi anehnya, penjualan malah berlipat dibanding sebelumnya.
Dalam pekerjaan bidang ini, aku baru mengerti kalau apa yang kita anggap sebagai milik kita, sebenarnya adalah milik Tuhan. Dan bila harus merelakan itu, tetap harus percaya kalau Tuhan akan mengatur yang terbaik untuk kita.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.