Suara Sejati
Renungan Hidup Mama Mertua
“Sdr. Chandra Gunawan, Gereja cabang Jakarta”
Kisah hidupmu mungkin tidaklah seindah apa yang aku alami,
Sebab sakit yang membuatmu sungguh mendrita,
Namun aku belajar banyak mengenai makna cinta,
Juga kesetiaan pada imanmu membuatku terharu setiap kali mengenangmu…
Mama, kau memang bukanlah manusia yang tak luput dari kesalahan,
Namun kau adalah Mama yang sempurna untuk semua anak- anakmu,
Kini Tuhan telah membawamu pergi,
Biarlah segala budi baikmu terukir selalu dalam sanubari kami…
Puisi sederhana di atas aku tulis untuk mengenang Mama mertuaku yang kini telah tiada. Mama dipanggil Tuhan pada tanggal 22 Februari 2020 yang lalu, tepat sehari setelah ulang tahun pernikahan aku dan Yenny, putri kesayangan Mama mertuaku.
Mama meninggal dunia setelah menjalani penderitaan panjangnya akibat kanker sejak tahun 2014; selama itu Mama tetap penuh semangat menggunakan waktu yang ada untuk beribadah dan melayani, sampai pada akhirnya kondisi Mama tak lagi memungkinkannya untuk berkegiatan di luar rumah.
Sebelumnya jika sakit perut Mama tidak sedang kambuh, ia dengan penuh semangat berangkat ke gereja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Hati Mama selalu rindu untuk mendengarkan firman Tuhan, maka ia selalu mohon dukungan doa dari kami semua agar diberi kesehatan saat tiba waktunya beribadah pada hari Sabat.
Bahkan ketika Mama tak lagi kuat menempuh perjalanan ke gereja, ia selalu meminta dibawakan audio rekaman khotbah para hamba Tuhan di gereja. Sejujurnya kami anak-anaknya yang masih muda ini sepatutnya belajar dari teladan kesetiaan iman Mama tersebut.
Pada bulan-bulan terakhir, sakit Mama kian parah karena sel-sel kanker telah menyebar dari usus besar ke paru-paru dan tulang-tulang. Hal ini membuat Mama sering mengeluh karena sakit yang tak tertahankan, terutama pada bagian pinggangnya yang memang menjadi keropos tulang- tulangnya, sebab sel-sel kanker yang terus menggerogotinya; bahkan sebulan sebelum kepergiannya Mama harus terbaring nyaris tak berdaya.
Setelah Mama tiada, aku merenungkan apa saja yang sudah aku lakukan untuk Mama semasa hidupnya; sepertinya tak banyak yang telah aku perbuat karena aku pun tak luput dari kelemahan dan kesalahan. Aku bukanlah menantu yang terbaik untuk Mama!
Mungkin hal terbaik yang pernah aku lakukan ketika aku memijat tangan, kaki, dan pundak Mama setiap kali berkunjung ke rumahnya, tapi hal itu tak lagi bisa aku lakukan setelah sakit Mama kian berat, disentuh saja Mama sudah mengeluh kesakitan, bagaimana aku bisa memijatnya?
Mungkin hal terbaik lainnya adalah ketika aku menggendong Mama karena tulang pahanya patah akibat terjatuh di halaman rumahnya. Tapi pada detik-detik terakhir hidupnya, rasanya aku telah menyia-nyiakan kesempatan untuk melaksanakan cinta kasih yang Tuhan ajarkan kepadaku; sungguh aku masih harus banyak belajar lagi untuk menjadi seorang anak yang berbakti.
Kini Mama telah pergi. Pada tanggal 24 Februari yang lalu hal terakhir yang aku lakukan untuk Mama adalah menaburkan bunga di atas peti tempat jenazahnya terbaring sebelum kremasi mengakhiri semuanya.
Yenny adalah putri kesayangan Mama, mungkin karena dia adalah anak satu-satunya yang disabilitas. Yenny pun berusaha membahagiakan Mama semampunya.
Salah satu yang dilakukan Yenny adalah berjualan makanan beku dan produk camilan dari sebuah komunitas disabilitas, yang memotivasi para anggotanya agar memanfaatkan kemampuan yang ada untuk mencari nafkah; sehingga tidak terlalu tergantung kepada keluarganya dalam hal finansial.
Yenny berulang kali meminta maaf kepadaku sebab hasil penjualannya belum bisa dipergunakan dengan maksimal untuk membantuku memenuhi kebutuhan Grace putri tunggal kami.
Sebab Yenny pun harus membantu biaya berobat Mama, selagi masih ada kesempatan untuk menyenangkan hati Mama. Betapa sedih hati Yenny karena pada akhirnya jerih payahnya telah selesai, tenggelam dalam tangis dukanya yang mengiringi kepergian Mama.
Apa yang aku tuliskan di sini bukan hanya untuk menuangkan gejolak hatiku, tapi lebih dari itu aku mengharapkan para sahabat yang membacanya dapat menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk membahagiakan orang-orang terdekat kita, terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan mereka.
Bagaimanapun cinta kasih mereka yang tulus untuk kita merupakan salah satu anugerah terindah yang Tuhan berikan.
Semoga apa yang kita lakukan akan selalu terkenang di hati mereka setelah sang waktu memisahkan kita sampai tiba saatnya kita berjumpa lagi dengan mereka. Selamat jalan Mama, selamat menikmati kebahagiaanmu yang abadi dalam damai di sisi Sang Penciptamu di surga yang mulia!
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.