Suara Sejati
Lupa Umur
“Sdr. Rusmidi Karyoko, Gereja cabang Jakarta”
Rumah kami belum memakai token listrik. Setiap akhir bulan, biasanya pencatat meteran listrik akan datang untuk mencatat pemakaian listrik bulan itu. Tapi sekitar setahun belakangan ini, kami cukup memberikan foto meteran listrik itu dan kirim ke no aplikasi WhatsApp si petugas. Tetangga rumah kami, yang tinggal di daerah lain, juga menitipkan pada kami untuk memfoto meteran listriknya. Mereka menitipkan kunci rumahnya kepada kami.
Sekitar akhir 2018, seperti biasanya saya keluar hendak memfoto meteran listrik milik tetangga. Saat mau buka pagar, baru sadar saya lupa membawa kuncinya. Karena malas ambil kunci, saya panjat saja pagarnya. Selain itu, saya juga ingin sedikit berolahraga, karena memang sejak kecil saya suka sekali beraktivitas panjat memanjat. Saat SMP, saya sering panjati pagar sekolah yang tingginya 3 meter. Jadi pagar rumah setinggi 1,7 meter tentu bukan apa-apa.
Saya tidak sadar kalau bagian atas pagar ini terbuat dari besi yang tajam. Ujung pagar berbentuk tombak dan bagian atas tiap tombak dibuat meruncing kecil sehingga cukup tajam. Saya juga lupa kalau semalam baru saja hujan. Dengan hanya menggunakan sendal, saat memanjat bagian atas, tiba- tiba saya terpeleset. Salah satu tombak runcing langsung menghujam bagian bawah perut. Saat itu juga pandangan saya tiba-tiba gelap. Saya hampir pingsan tetapi saya paksakan pegang bagian pagar lain supaya tidak terjatuh. Saya bergantung di atas pagar selama beberapa saat dan tidak bisa turun. Saya tidak tahu berapa lama saya berada dalam posisi seperti itu. Jalan di depan rumah kami sepi, apalagi di siang hari. Tidak ada orang yang lewat untuk bisa menolong saya.
Saat membuka mata, terasa nyeri hebat di bagian bawah perut yang tertusuk itu. Pelan-pelan saya berusaha turun dari pagar, lalu masuk rumah kami. Setelah masuk kamar, saya langsung terkapar di ranjang. Istri saya cepat-cepat masuk kamar dan terkejut mendengar saya mengerang kesakitan.
Saat diperiksa, kami bersyukur bahwa luka saya tidak sampai menembus ke organ bagian dalam. Saya baru sadar, usia saya sudah tidak muda lagi. Tenaga pun tidak lagi sekuat saat saya muda. Beberapa bulan sebelumnya, dekat rumah kami ada seorang remaja yang memanjat pagar rumah warga untuk mengambil bola. Dia juga terpeleset jatuh dan lehernya tertembus pagar. Sungguh merinding jika dipikirkan kalau hidup saya waktu itu bisa berakhir sama seperti remaja ini. Saya bisa tetap hidup, semua ini tidak lain karena kasih dan perlindungan Tuhan. Terima kasih kepada Tuhan Yesus yang selalu menjaga dan melindungi saya.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.