Suara Sejati
Dari Semanggi ke Pasar Senen
“Sdri. Fung Lian, Gereja cabang Cibaduyut, Bandung”
Saya kuliah di Semanggi dan bekerja di daerah Tangerang, sedangkan tempat kost saya berada dekat Pasar Baru, Jakarta pusat. Setiap subuh saya harus berangkat kerja dan pulangnya harus kuliah. Saat malam hari, saya balik lagi ke tempat kost. Antar lokasi sangat berjauhan sehingga sangat memakan waktu bagi saya untuk menempuhnya.
Di jam yang tidak ada kuliah, saya gunakan untuk mengajar les privat untuk menambah penghasilan. Hari Sabtu – Minggu, secara rutin saya pun ikut tim muda-mudi Jakarta, pergi ke kota Sukabumi untuk melayani sebagai guru agama di sana. Karena itulah hampir setiap hari saya mengantuk di dalam bus kota.
Seorang saudari seiman bertanya, “Saya heran, bagaimana kamu bisa mengatur waktu antara kuliah, kerja, dan ke gereja?” Dia berpikir bahwa saat itu saya sudah berhasil melewatinya. Padahal saya justru sedang bergelut dengan pertanyaan itu, “Memang saya ingin menjadi guru, suka sekali mengajar. Tapi mengapa saya harus ditempatkan di Tangerang? Jaraknya jauh, tiap subuh sudah harus bangun. Perjalanan ke kampus juga jauh sekali, sangat melelahkan.”
Suatu kali, saya diajak seorang rekan guru sekolah Minggu, pergi membeli kue di Pasar Senen yang buka jam 3-5 subuh, sehingga dikenal sebagai “Pasar Kue Subuh”. Di sana, saya melihat begitu banyak pedagang padahal hari masih gelap. Saya bertanya-tanya dalam hati, “Sejak jam berapa mereka persiapan? Tentunya jauh lebih pagi dari saya.” Melihat pasar kue subuh itu, seperti mengingatkan saya untuk tidak mengeluh. Apapun yang dialami, tetap harus mengucap syukur. Akhirnya saya berusaha bertahan dengan siklus kuliah-kerja-gereja itu selama 4 tahun. Semua ini dapat saya lalui karena kasih dan kemurahan Tuhan.
Segala Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus,
amin.