SAUH BAGI JIWA

Apa Yang Lebih Penting: Aturan Atau Kasih? 

Bacaan Alkitab Harian –

Renungan Tanggal: 15 Agustus 2025

 

“Kemudian Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’” (Lukas 14:5)

Ada seorang pemuda yang sangat taat pada aturan di gerejanya. Ia selalu hadir tepat waktu, berpakaian rapi, dan tidak pernah absen dari pelayanan. Namun suatu hari, saat seorang jemaat baru datang dengan pakaian sederhana dan tidak tahu banyak tata cara ibadah, pemuda tersebut langsung menegur dengan dingin. Jemaat baru itu pun merasa tidak diterima dan akhirnya tidak datang kembali. 

Apa yang salah? Kesalahannya terletak pada sikap si pemuda tersebut. Pemuda tersebut memang mematuhi aturan, tapi ia lupa menyampaikannya dengan kasih.

Hal yang sama juga dilakukan oleh orang Farisi dalam Lukas 14. Mereka begitu terpaku pada hukum Taurat tentang hari Sabat sehingga tidak peduli pada penderitaan seseorang. Ketika Yesus bertanya apakah boleh menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, mereka diam membisu. Mereka juga tidak sanggup membantah ketika Yesus bertanya siapa yang tidak segera menolong anaknya atau lembunya ketika terperosok ke dalam sumur, meskipun pada hari Sabat. Hati mereka lebih dikendalikan oleh aturan daripada kasih.

Dalam kehidupan orang Kristen masa kini, masalah seperti ini masih sering terjadi. Banyak orang sibuk membela bentuk ibadah, aturan gereja, atau tradisi, tapi lupa bahwa esensi kekristenan adalah kasih kepada Allah dan sesama. Aturan memang penting sebagai pedoman, tapi aturan tidak boleh menyingkirkan kasih yang menjadi dasar dari semua hukum. Yesus mengajarkan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi (Mat 22:37-40).

Saudara, jika hati kita hanya berpegang pada hukum tanpa kasih, kita bisa menjadi sama seperti orang Farisi, yang tahu kebenaran tapi tidak menghidupi kebenaran itu. Rasul Paulus juga mengingatkan dalam 1 Korintus 13:2, “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”

Melalui perikop kitab bacaan kita pada hari ini, Yesus mengajak kita untuk memperbaiki diri dari kekristenan yang hanya berpegang pada bentuk, tapi kehilangan isi. Tuhan Yesus pernah berkata dalam Matius 9:13, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” 

Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita lebih mematuhi aturan dengan kaku atau lebih mengutamakan kasih kepada Allah dan sesama? Terkadang perbuatan kasih tidak harus dalam bentuk besar. Kita dapat memulainya dari hal kecil, seperti sapaan hangat, senyum, atau menahan komentar negatif. Kiranya kita dapat menjadi pribadi yang tidak hanya taat secara lahiriah, tetapi juga menghidupi kasih Kristus dalam kehidupan kita setiap hari. Haleluya.

  • Lukas 14:1-6

    1

    Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

    2

    Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.

    3

    Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?”

    4

    Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.

    5

    Kemudian Ia berkata kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?”

    6

    Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

     

Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?

bible-2167778_1920