“Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” – Yakobus 1:4

Belum lama ini, film-film tentang bencana alam sangat populer. Banjir, gempa bumi, benturan kosmik, dan akhir peradaman manusia digambarkan sebagai keadaan yang nyata. Sesungguhnya kejadian-kejadian ini telah terjadi di masa lalu, dan itu semua akan terjadi lagi di masa depan. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita harus bersiap-siap menghadapi akhir segala kehidupan. Mari kita mengingat kembali apa yang masih menjadi kekurangan kita, agar kita dapat bertumbuh dan menjadi sempurna.

Pertama, kita berhutang pada kemuliaan Allah. Saat kita dibaptis di dalam nama Yesus, kita telah mempunyai ketetapan untuk bersinar bagi Dia. Tetapi kadang-kadang, atau seringkali, kita mempermalukan nama Tuhan di hadapan orang-orang tidak percaya. Kita tidak berhasil menjadi garam dan terang dunia. Mari kita tidak sekadar memuliakan Tuhan dengan kata-kata saja, tetapi melalui tindakan dan perbuatan, dengan pertolongan Roh Kudus.

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1Kor. 6:20)

Kedua, kita masih kekurangan kasih kepada sesama saudara seiman. Apakah kita telah memberikan cukup kasih? Apakah kita saling mengasihi karena sekadar kewajiban, atau kita memberikannya dengan tulus? Paulus menjawab, “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Rm. 13:8).

Terakhir, kita mempunyai kewajiban untuk mengabarkan injil kepada orang-orang di dunia ini. Masih ada banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan injil sejati. Saat hari penghakiman tiba, apakah orang-orang yang kita kenal akan bertanya, mengapa kita tidak menginjili mereka? Mari kita “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (2Tim. 4:2).

Kita tidak dapat membayar apa yang kita terima dari Tuhan Yesus. Apa yang Ia inginkan dari kita sederhana saja: Ia ingin agar kita mengasihi-Nya dan sesama manusia dengan segenap hati dan tenaga.