Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami. (Filemon ayat 1)

Sebuah peristiwa yang menarik dan inspiratif menetap dalam benak saya. Saya pernah mendapat kesempatan untuk mengamati kelas yang penuh dengan anak sekolah dasar. Ketika saya masuk ke dalam kelas, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah dua orang anak, seorang gadis kecil dan seorang anak laki-laki, sibuk berebut mainan. Tiba-tiba, tanpa peringatan apapun, gadis itu meninju anak laki-laki tepat di wajahnya. Saat itu memang saat yang mengejutkan !

Seiring mereka dipisahkan, anak laki-laki, yang hidungnya memar terkena tinju, terus berteriak pada gadis kecil, “Kau bukan temanku, kau bukan temanku!” Lalu berakhirlah hari pertama dari kunjungan kelas yang saya lakukan. Pada hari kedua, saya tidak bisa menahan diri untuk mencari dua anak yang sama. Secara mengejutkan, mereka bermain bersama lagi, dengan mainan yang sama.

Dipenuhi dengan rasa ingin tahu, saya mendekati anak itu dan bercanda dengan dia, “Hei, bukankah kamu bertengkar dengan temanmu kemarin?” Anak itu terdiam sejenak. Dengan tampang tanpa dosa, dia menjawab, “Yah, guru mengatakan bahwa kita harus berbagi.” Dan itulah bagaimana mereka menjadi teman lagi.

Mari kita berhenti sejenak untuk berpikir tentang pertanyaan ini: “? Apa arti persahabatan bagi Anda”

Untuk kelas sekolah dasar, persahabatan hanya berarti kemauan untuk melakukan hal-hal bersama-sama. Tapi saat kita beranjak tua, hubungan antara teman-teman tidak lagi sesederhana. Ketika kita mengenal teman-teman kita yang lebih baik, kita mulai mengubah hubungan menjadi komitmen jangka panjang.

Persahabatan tidak lagi hanya didasarkan pada kepentingan atau kegiatan yang sama; melainkan hal itu didirikan dengan membantu dan berbagi kesulitan dan beban masing-masing. Itulah sebabnya John Ray mengeluarkan pepatah “Seorang teman yang membutuhkan adalah memang seorang teman.”

Alkitab juga memberi kita banyak pelajaran tentang persahabatan dalam Kristus Yesus. Dalam surat Filemon, kita menemukan sebuah cerita yang sangat menyentuh antara dua orang teman. Paulus menulis surat singkat ini seiring ia dipenjara karena Injil. Selama penahanan, dia tidak disertai keluarganya. Bahkan, beberapa teman-temannya meninggalkan dia.

Tapi masih ada seseorang yang berdoa untuknya. Seseorang itu tidak lain adalah Filemon, seorang teman yang Paulus anggap dekat dan sangat ia sayang. Tidak heran Paulus merasa gembira dan bersyukur di tengah-tengah kesulitan-kesulitannya. Hal ini karena perhatian penuh kasih dari sahabatnya. Sungguh persahabatan yang indah!

Ketika membaca surat-surat Rasul Paulus lainnya, kita melihat banyak masalah dan kesulitan yang dia alami dalam hidupnya. Tentu saja, hatinya pasti tersentuh untuk mengetahui bahwa masih ada seorang teman yang mempedulikan kesejahteraannya. Bukankah hal itu persis seperti apa yang kita rindukan?

Ketika hati Anda penuh dengan kesukaran, memiliki seorang teman yang berdiri di samping Anda dan mendukung Anda dengan kepedulian mereka merupakan sebuah perbedaan yang besar. Mari kita juga berusaha untuk menjadi teman untuk orang lain karena Tuhan Yesus tidak pernah lelah untuk mendengarkan ketika kita sedih, berduka, atau frustrasi.

 

Pertanyaan untuk Refleksi:

  1. Apakah anda pernah mempertimbangkan Kristus sebagai teman Anda di saat anda membutuhkan?
  2. Pikirkan tentang terakhir kali Anda menjadi telinga yang mendengarkan jika teman anda memiliki masalah atau kesulitan.