Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.
Mazmur 119:11

[Editor: Pada teks asli bahasa Ibrani, yang dimaksud dengan janji Allah – “imrah” atau “emrah”, adalah firman-Nya.]

Firman Adalah adalah pedoman kehidupan dan dasar penghakiman-Nya. Agar tidak melanggar hukum-hukum Allah, kita harus menyimpan firman-Nya di dalam hati kita. Apabila kita melupakan firman-Nya dan melawan Dia, Murka-Nya akan turun kepada kita. Hukuman ini tidak dapat kita hindari. “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.” (Ibr. 10:26-27).

Saat Musa akan pergi untuk selama-lamanya, ia memerintahkan bangsa Israel untuk mengingat firman Allah dari generasi ke generasi – agar mereka tidak menjauh dari Allah dan meninggalkan-Nya:

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ul. 6:6-9)

Allah melarang Adam untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat – apabila ia memakannya, ia akan mati. Adam tidak menyimpan firman Allah di dalam hatinya, sehingga ia tertipu oleh Iblis dan memakan buah terlarang itu. Perbuatan ini dengan segera mengakibatkan kematian rohani, walaupun secara fisik Adam masih terus hidup sampai beberapa waktu.

Setelah Yesus berpuasa selama 40 hari dan malam, Ia merasa lapar. Iblis datang untuk mencobai-Nya. Di tiap pencobaan, Yesus menjawab Iblis dengan firman Allah. Setelah Iblis tidak berhasil menjatuhkan Yesus, ia meninggalkan-Nya.

Kegagalan Adam dan kemenangan Yesus menunjukkan pentingnya penyimpan firman Allah dalam hati kita, dan melakukannya dalam kehidupan ini. Dalam melakukan firman-Nya, kita berjalan dengan mengingat firman-Nya dan mengajarkannya ke generasi berikutnya: yang tua mengajarkan yang muda, orangtua mengajarkan anak mereka. Apabila kita acapkali mempelajari dan merenungkan firman Allah dan perintah-perintah-Nya di rumah di mana pun kita tinggal dan beribadah, barulah kita dapat memupuk keluarga dan jemaat yang rohani.